Ify memperhatikan wajah damai Rio yang terlelap. Pria itu sepertinya beneran mengantuk sampai bisa tidur sepulas ini padahal hari belum terlalu malam. Sepertinya pria ini terlalu lelah."Badan Rio kok panas ya."
Ify merasakan hawa tubuh Rio tidak normal saat ia mengusap kening pria itu.
"Kayak demam deh. Mukanya juga agak pucat,"
"Aku kompres aja kali ya. Siapa tau bisa mendingan."
Gumam Ify dengan cepat ia keluar dari kamar menuju dapur untuk mengambil alat kompres seperti handuk dan air dingin.
Dengan telaten Ify mengompres Rio menggunakan handuk kecil dan sesekali ia peras handuk kecil itu pada baskom yang berisi air dingin.
"Errr dingin."
Gumam Rio sambil melengkungkan badannya. Ia meringkuk di tempat tidur Ify. Ify menyelimuti Rio dengan selimut tebalnya. Setelah itu ia ikut naik ke atas ranjang sambil terus
mengompres Rio. Merasa kantuk menyerangnya Ify pun tertidur di samping Rio tanpa mengganti bajunya dulu.***
Rio mengerjapkan matanya, tangannya memegang keningnya merasa ada sesuatu di atas kepalanya, dan benar saja sebuah handuk berukuran saputangan menempel sempurna di atas keningnya.
Ia juga mengernyit melihat di mana ia sekarang. Ini bukan kamarnya. Saat ingin bangun tangan kirinya terasa berat, Rio tersenyum lebar melihat kepala Ify yang menimpa tangan kirinya. Ify tampak masih pulas dalam tidur damainya.
Lama terdiam Rio ingat kalau tadi malam sepulang dari kantor ia membeli sebuket bunga untuk Ify dan datang kerumah wanita itu. Kondisi badannya menang tidak fit. Rio mengusap pipi Ify yang masih menutup mata.
"Ini adalah pagi terindah dalam hidupku selama tiga tahun ini Fy. Saat aku membuka mata kamu yang pertama kali aku lihat."
"Boleh gak sih kalau aku berharap cinta di hati kamu masih untuk aku sama seperti aku. Entah kenapa aku masih sangat yakin kamu juga masih sangat mencintai aku Fy. Terbukti dari cara kamu merawat aku saat demam tadi malam."
Rio mengecup kening Ify dengan lembut. Perlahan ia pindahkan kepala Ify pada bantal empuknya. Tangan kanannya beralih merangkul pinggang wanita yang telah melahirkan putranya itu.
Manatap dengan seksama wajah cantik alami Ify yang masih pulas. Entah jam berapa wanita itu tidur semalam.
Rio memejamkan matanya lagi pura-pura masih tidur saat merasakan Ify akan membuka mata. Wanita itu tidak menyadari jika ternyata Rio sudah bangun. Ify memeriksa kening Rio dengan menempelkan tangannya dan ia tersenyum merasakan panas tubuh Rio sudah menurun.
"Syukurlah udah mendingan. Aku lihat Gio dulu deh, Rio biar tidur dulu."
Pergelangan tangan Ify ditahan oleh Rio saat ia akan beranjak dari sana. Rio juga sudah membuka matanya dan manatap Ify lekat. Sedangkan Ify mengerutkan keningnya heran, dalam hati bertanya kapan Rio bangunnya.
"Rio, kamu udah bangun?"
Rio mengangguk.
"Ada yang sakit gak? atau pusing? atau kamu mau minum?"
Rio terkekeh mendengar pertanyaan beruntun Ify. Matanya masih belum melepas manik mata Ify yang memancarkan kekhawatiran.
Ia raih tangan Ify agar semakin dekat dengannya. Tanpa penolakan Ify pun kembali duduk di tepi tempat tidurnya.
"Kamu baik-baik aja kan Yo?"
Tanya Ify seolah bingung akan sikap Rio.
"Aku akan selalu baik-baik aja kalau ada kamu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
RomanceJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Mengandung keuwuan yang hakiki❤️