"Ma gimana keadaan Gio?"
Ify langsung menghampirinya ibu dari suaminya yang tidak lain adalah ibu mertuanya sendiri. Ratih mengusap pipinya dan mencoba tersenyum pada Ify seketika hati Ify menghangat mendapatkan sebuah senyuman dari Ratih.
Ini adalah senyuman pertama yang diberikan Ratih padanya setelah kejadian empat tahun lalu. Satu bagian dari kepingan hati Ify merasa bahagia meski yang lainnya merasa gundah gulana mengingat di dalam sana putranya sedang dalam keadaan yang mereka belum ketahui.
Ratih mengusap bahu Ify seranya mengusap nya pelan.
"Mama juga belum tau Fy. Kita tunggu dokternya keluar ya."
Ify langsung memeluk Ratih yang dibalas oleh wanita itu. Dalam keadaan yang seperti ini Ify merasa haru pada sikap yang diberikan Ratih padanya. Rio diam saja menyaksikan istri dan mamanya saling memeluk, dalam hati ia banyak berharap semoga dengan kejadian ini Ratih bisa menerima Ify layaknya menantu pada umumnya.
Suara decitan pintu menghentikan acara pelukan mereka, tiga pasang mata itu mengarah pada pintu yang sudah ada seorang dokter di sana. Serentak ketiganya mendekati sang dokter penasaran dengan apa yang akan dokter itu ucapkan
"Keluarga pasien?"
Tanya dokter itu.
"Iya dok, itu cucu saya."
Ratih lebih dulu menjawab bahkan sebelum Rio atau Ify membuka mulut.
"Baiklah, Pak, Buk perlu kami sampaikan kalau korban sangat banyak kehilangan darah akibat benturan yang terjadi cukup keras. Jadi kita sangat membutuhkan darah golongan O, apa dari keluarga ada yang memiliki golongan darah yang sama?"
"Ambil darah saya saja Dok. Golongan darah saya juga O jadi dokter bisa ambil berapapun yang diperlukan untuk cucu saya."
Perkataan Ratih mengundang tatapan mata dari Ify juga Rio. Ify menatap tak menyangka pada ibu mertuanya itu. Entah kemana sifatnya kemarin yang mengatakan tidak peduli dengan Gio tapi ini malah dia sendiri yang menawarkan diri untuk memberikan darahnya untuk Gio. Golongan darah orang tua Rio sama yaitu O jadi tidak heran jika darah Ratih cocok untuk Gio.
Rio pun sama memandang takjub pada mamanya yang kini berbeda. Bukankah belum ada seminggu ia dan mamanya terlibat dalam perdebatan waktu itu. Entah apa yang membuat Ratih seperti ini.
"Enggak usah Ma, biar aku aja yang donorin darah buat Gio."
Cegah Rio pada Ratih.
"Gio itu cucu Mama, Yo. Sudah sepantasnya Mama juga ikut memberikan apa yang dia butuhkan."
Dan sepertinya tidak bisa dicegah lagi. Ratih tetap kekeh pada pendiriannya untuk mengambil darahnya. Dengan sedikit rasa cemas akhirnya Rio dan Ify menyetujui keinginan Ratih.
Kini tinggalah Rio dan Ify di depan ruangan Gio menunggu proses pendonoran yang sedang dilakukan oleh tim medis. Rio merangkul pundak Ify yang memasang wajah sedih dan terpuruk.
Ify sudah tidak menangis lagi. Hatinya kini diselimuti dengan tanda tanya besar tentang Ratih sang ibu mertua.
Ify memberikan senyuman tulusnya pada Rio sebagai ungkapan jika saat ini ia baik-baik saja. Ia tahu Rio pasti juga tidak tenang. Yah, seperti yang pria itu katakan di dalam mobil tadi. Sebagai seorang ayah, Rio akan tetap khawatir jika terjadi sesuatu pada Gio, anak mereka.Tangan mereka saling menggenggam. Seolah saling memberikan kekuatan untuk kedua pemilik tangan itu.
Tidak lama mereka melihat Ratih keluar dari satu ruangan mungkin sudah selesai melakukan proses pengambilan darah.Dengan segera Ify bangun dari duduknya dan nenuntun Ratih agar duduk di sisi Rio. Baru ia duduk di sebelah Ratih. Menjadikan wanita paruh baya itu di tengah mereka.
"Minum dulu Ma."
Ratih menerima sebotol air mineral yng diberikan oleh Ify, meneguk nya beberapa kali tegukan.
"Ada yang mau Mama bicarakan sama kalian berdua. Mungkin ini bukan tempatnya tapi Mama rasa ini waktunya."
Ify dan Rio secara bersamaan saling pandang sebelum memusatkan perhatiannya padan Ratih.
"Mama mau minta maaf atas semua yang sudah mama lakukan sama kalian, terutama pada kamu Fy. Mama tau apa yang mama lakukan selama ini itu udah kelewatan banget, mama juga terlalu egois untuk kekeh ingin menjauhkan bahkan memisahkan kalian. Mama mohon maafin mama ya Fy,"
Ify memandang Ratih yang kini sudah berlinangan air mata. Bahkan wanita paruh baya itu hampir saja bersujud dikakinya jika saja tidak langsung dicegah olehnya.
Ify bisa melihat ada sirat penyesalan di wajah mama dari ayah anaknya itu. Dengan helaan lega Ify memberikan senyuman terbaiknya pada sang mertua. Ini yang ia inginkan berbaikan dengan mama Rio, lantas mana ada alasan untuk tidak memaafkan Ratih.
"Ify, kamu mau kan maafin Mama? Mama janji gak akan usik hidup kalian seperti yang Rio minta waktu itu. Mama janji akan sayangi Gio selayaknya cucu Mama."
Ify mengangguk. Tangannya ia gunakan untuk mengusap bahu Ratih.
"Ma. Aku gak pernah merasa Mama bersalah sama aku, aku juga udah maafin Mama jauh sebelum adanya hari ini. Mama itu orang tua suami aku udah jadi orang tua aku juga. Aku senang Mama akhirnya mau nerima aku jadi menantu Mama."
Ify juga sudah mengeluarkan air matanya dengan senyum yang masih terukir di bibir tipisnya. Rio masih diam saja mendengarkan interaksi antara istrinya dan sang mama.
"Aku paham kok Ma dengan apa yang selama ini Mama rasakan. Pasti enggak mudah melupakan begitu saja kejadian yang membuat papa meninggal dunia."
"Tapi sekarang Mama udah sadar Fy kalo itu semua sudah takdirnya. Jadi mama sudah ikhlas."
Ratih ganti menggenggam tangan Ify.
"Jadi mama udah restui aku dan Rio? maksudnya pernikahan kita."
Ratih mengangguk dan meraih juga tangan Rio untuk ia kaitatkan pada tangan Ify yang sudah lebih dulu ia genggam.
"Iya sayang. Kamu pilihan Rio dan Mama juga sudah percaya kalau kamu dan Rio itu memang di takdirkan untuk bersama, Tuhan hanya menjadikan Mama sebagai perantara untuk menyatukan kalian."
"Mama sadar kalau Rio hanya akan mencintai kamu nak. Jadi Mama minta tolong jangan buat kecewa ya sayang. Mama titip Rio sama kamu. Dan kamu Rio, jaga Ify untuk Mama."
Rio mengangguk mantap dan lfy segera memeluk tubuh Ratih dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Bahagia itu yang ia rasakan sekarang meski di dalam sana Gio masih ditangani dokter. Mungkin ini hikmah dari musibah ini, ia dan ibu mertuanya diizinkan oleh tuhan untuk berbaikan.
Rencana-Nya memang selalu indah bukan.Rio juga ikut memeluk dua wanita yang akan selalu menjadi penghuni hatinya. Yakni sang ibu yang telah melahirkannya dan sang istri yang telah dan akan melahirkan putra putrinya kelak.
"Makasih Ma, makasih banyak."
Ratih mencium kening Ify.
"Iya Sayang. Kamu wanita baik, tidak sepantasnya Mama memperlakukan kamu sejahat dulu. Mama pun berterima kasih karena kamu udah menerima cinta dari anak Mama, Rio dan udah kasih Mama cucu,"
"Mama gak jahat kok. Itu cuma Mama gak bisa mengatur emosi aja dulu."
Sebagai manusia biasa adakalanya kita tidak mampu untuk menyelaraskan antara fikiran logis dan isi hati, padahal itu sesuatu yang harus disesuaikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
RomanceJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Mengandung keuwuan yang hakiki❤️