Rio memeluk erat tubuh mamanya yang juga ikut memeluknya. Tadi pagi ia ditelpon oleh Dhira yang mengatakan jika Ratih merindukannya. Dan sebagai seorang anak ia juga merasakan hal yang sama pada sang mama.Jadi ia sempatkan sebelum pergi ke kantor ia lebih dulu mampir ke rumah Ratih. Sudah lebih seminggu ia tidak berjumpa dengan ibunya itu dan ibunya mungkin tidak tahu perihal ia di rumah sakit waktu itu. Mungkin saja Dhira ynag sengaja tidak memberitahukan pada Ratih.
"Rio, kamu hari ini gak usah masuk kantor dulu ya Nak. Mama masih mau sama kamu. Lagian udah jarang kan kita ngobrol bareng."
Rio mengangguk patuh pada Ratih. Lagian benar juga kata mamanya mereka sudah lama tidak ngobrol bersama, Rio memilih tidak tau tentang apa yang terjadi antara mamanya dan Ify di masa lalu yang membuatnya terpisah dari istrinya itu. Lagian bukankan Ray sudah pernah membicarakan hal itu pada Ratih tapi Ratih masih kekeh untuk memisahkan Rio dan Ify.
"Boleh ma. Rio juga kangen masakan mama. Jadi Rio mau makan siang disini aja deh."
"Iya bagus itu. Nanti mama masak makanan kesukaan kamu ya."
"Iya ma. Oh Iya ma Ray tidur di kamar aku ya?"
Rio melihat Ray yang berjalan ke arah dapur tanpa melihat pada mereka, terlihat sekali pemuda itu baru bangun tidur karena ia yang masih memakai piyama tidurnya.
"Hem, kan ada Laura. Ray katanya gak tega kalo Laura tidur di kamar tamu jadi Laura nginep di kamarnya untuk sementara mereka di sini."
Jelas Ratih yang membuat Rio mengangguk paham. Lagian tidak masalah jika Ray menggunakan kamarnya untuk sementara ini toh Rio juga jarang tinggal di sini. Ia sudah terbiasa tinggal di rumahnya walau hanya tinggal bersama pembantunya saja.
"Laura betah ma di sini?"
"Dari yang mama lihat sih lumayan Yo. Tapi kalo udah malam suka minta tidur sama mama. Katanya takut waktu mati lampu."
Rio mengangguk saja. Terlihat sekali Ratih sangat menyayangi pacar dari kembarnya itu. Huft andai saja Ratih melakukan hal yang sama pada Ify pasti ia akan sangat bahagia. Tapi sepertinya akan sulit untuk itu, karena mungkin bagi sebagian orang memang mudah memadamkan api dendam tapi sebagian besar orang akan sangat susah. Berpura-pura masa bodoh dengan apa yang diinginkan hati adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan.
"Loh, kapan datangnya lo Yo?"
Ray duduk di samping Ratih dengan segelas air putih di tangannya. Meletakkan gelas itu di meja setelah menyesapnya sedikit.
"Udah lama gue. Lo aja yang bangunnya kelamaan."
"Masa sih? perasaan tadi gue ke dapur gak ada siapa-siapa di sini."
"Matanya udah bermasalah kali. Tanya mama deh, orang dari tadi kita ngobrol bareng."
Jawab Rio sambil melepaskan dasi dan kemejanya, menyisakan kaos putih polos di tubuhnya yang atletis.
"Iya ma?"
Seolah tak yakin pada ucapan Rio, Ray menoleh pada sang mama yang di jawab anggukan oleh Ratih.
"Gak percaya banget sih lo sama gue."
Ray menaikkan sebelab alisnya.
"Musyrik dong gue percaya elo."
"Terserah lo deh."
Bunyi bell pintu membuat ketiganya saling pandang.
"Ehem. Ada bibik kok, biar aja bibik yang buka pintunya."
Tidak lama kemudian pembantunya datang dengan seorang wanita yang lumayan cantik dan modis, melihat wanita itu Ratih buru-buru bangun dari duduknya dan langsung menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih Ada Cinta (Tamat)
RomanceJudul sebelumnya, "SENTENCES OF LOVE" Belum direvisi Setelah baca follow akun Ummi Mentari ya. Mengandung keuwuan yang hakiki❤️