Part 23

11.1K 710 3
                                    

Mengusap pipinya putihnya dengan tangannya yang mungil dan halus dari air mata yang terus menetes. Ify yang juga sempat terisak tadi kini mencoba menghentikan tangisnya dengan tangan kiri yang memegang dada, di mana di sana adalah tempat segumpal daging yang menyimpan segala jenis rasa kehidupan ini. Baik itu manis, pedas, asem,pahit, dan tawar sekalipun.

Hatinya benar-benar hancur, melihat Rio mendekap wanita yang bukan dirinya adalah hal yang sangat tidak ia inginkan. Katakan Ify egois, tapi memang itu kenyataannya.

Mana ada wanita yang rela suaminya memeluk wanita lain yang lebih parahnya pagi di dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua, lupakah mereka pada setan yang selalu mengintil setiap insan di mana pun, dan akan bereaksi saat ada kesempatan seperti berduaan ditempat tertutup maka setan akan datang untuk menjadi yang ketiga.

"Sebenarnya berapa wanita yang berhasil Rio dekati selama aku jauh darinya? kenapa harus ada wanita lain setelah aku berusaha untuk kembali lagi sama kamu Yo. Apa kamu cuma mau permainin perasaan aku? aku beneran udah cinta banget sama kamu Rio, bahkan rasa cinta ini jauh lebih besar dari sebelumnya terlebih kita udah punya Gio. Hiks hiks hiks."

Ify terisak lirih dengan mata yang menerawang pada kejadian di dalam ruangan Rio tadi.

"Bahkan kamu gak berusaha buat ngejar aku. Gimana bisa aku percaya kalau kamu itu masih cinta sama aku seperti yang selalu kamu ucapkan."

Ify menyandarkan badannya pada kursi kayu bercat putih di samping bunga yang bermekaran di taman ini. Ya Ify ada di taman, taman yang masih di wilayah kantor Rio. Taksi yang membawanya kesini tadi ia suruh pulang duluan karena ia ingin menenangkan diri sejenak dengan mengunjungi taman ini yang kata orang dapat membuat pikiran jadi lebih tenang.

Tidak jauh dari tempatnya, berdiri seorang lelaki yang kini memasang senyum indah di wajahnya yang berseri. Pria itu mendengar semua yang baru saja Ify katakan. Siapa lagi kalau bukan Rio.

Tadi ia mencoba bertanya pada karyawan nya yang kebetulan melihat Ify berjalan menuju taman ini. Dan benar saja, wanita yang sangat ia cintai itu berada di sini dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

Ada kebahagiaan saat Rio mendengar dan mengetahui perasaan Ify padanya. Ia akan segera meluruskan semuanya, tidak akan ia biarkan Ify berpikir jika Rio hanya mencintainya setengah hati.

Dengan langkah lebarnya Rio berjalan menuju kursi taman tempat Ify saat ini. Rio berjalan daripada belakang yang membuat Ify tidak mengetahui keberadaan pria itu. Setelah berada tepat di belakang wanita itu. Rio menghembuskan nafas panjang dulu barulah ia mencoba menepuk pundak kiri wanitanya.

Ify menoleh dan terkejut melihat siapa yang sekarang ada di hadapannya. Wanita itu mendengus melihat Rio yang tersenyum manis padanya seranya menyodorkan sekuntum mawar putih kesukaannya.

Dengan cepat wanita itu memalingkan wajah dan bangun dari duduknya, Rio mengikuti Ify dan berdiri tepat di hadapan wanita cantik itu.

"Mau apa kamu ke sini?"

Ify berujar dengan ketus dan menyentak tangan Rio yang ingin meraih tangannya.

"Sayang. Kamu dengerin aku dulu ya, habis itu terserah kamu mau marah kaya gimana. Kamu mau apain aku juga aku rela kok. Asal kamu dengerin aku dulu."

Dengan wajah memelasnya Rio memohon pada Ify yang sama sekali tidak diindahkan tanggapi wanita itu.

"Aku gak ada waktu buat denger omong kosong kamu. Aku sibuk, kamu urus aja itu pacar kamu. Bukannya dia ya alasan kamu masuk kantor hari ini?"

Dengan wajah yang tidak bersahabat Ify menyerukan pada Rio. Pria itu pikir dengan membawa bunga kesukaannya maka Ify akan luluh? tidak. Perasaannya lebih berharga dari sekuntum mawar putih itu.

"Fy Aku gak ada maksud untuk beromong kosong tapi ini yang aku mau jelasin supaya kamu gak salah paham sayang."

"Salah paham apanya? kamu mau ngelak? maaf Yo aku gak ada waktu. Permisi."

Dengan sedikit berlari Ify menjauhi Rio yang masih berdiri. Ify berjalan tergesa kearah jalan guna menyetop taksi atau ojek sekalipun. Sanking tergesanya sampai Ify tidak menyadari ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya.

Rio membulatkan matanya melihat Ify yang terus berjalan tanpa peduli dengan mobil yang mengarah padanya. Dengan cepat Rio mendekati Ify dan mendorong wanita itu agar terhindar dari kecelakaan namun naas belum sempat Rio pergi dari sana, mobil dengan kecepatan kencang tadi sudah lebih dulu menghantam tubuhnya. Setelah itu mobil itu pergi begitu saja tanpa menghiraukan korban tabrakannya.

Ify tersungkur di samping jalan karena dorongan Rio tadi. Mendengar suara Rio yang berteriak merintih membuat Ify mendongak dan betapa terkejutnya dia melihat tubuh Rafa terkapar di aspal dengan berlumuran darah.

"Rio."

Dengan susah payah ia bangun karena bagian sikunya juga terluka. Ia hampiri Rio yang ternyata masih sadarkan diri.

"Rio,"

Ify membawa kepala Rio untuk di letakkan di atas pahanya. Tidak perduli dengan darah yang nanti akan membuat warna bajunya berubah.

"Rio, hiks."

Ify tidak kuasa menahan tangis melihat kondisi Rio. Rio tersenyum pada Ify, sebelah tangannya menggenggam tangan Ify dan sebelah lagi ia ulurkan mengusap pipi wanitanya. Menghapus butiran kristal bening yang mengenang di sana.

"Ja-ngan, nan-gis."

Ucapnya terdengar tersenggal-senggal. Mendengarnya saja membuat Ify semakin banyak mengeluarkan air mata. Tangannya memegang pipi Rio, hatinya khawatir.

"Rio hiks, kamu bertahan ya,"

Rio masih terus tersenyum.

"Fy, ma-maafin ak-ku arrrrhhhk."

Erangnya. Ify mengangguk beberapa kali.

"Iya aku maafin tapi kamu janji harus bertahan Yo."

Setelah itu mata Rio tertutup dan tangannya yang ada di pipi Ify dengan lemas merosot perlahan.
Jantung Ify hampir berhenti berdetak, katakutannya bertambah berkali-kali lipat. Ia tepuk pipi Rio berulang kali namun sedikitpun tidak di respon lagi oleh pria itu.

"Rio, Yo bangun hiks."

Ofy terus menangis, bibirnya yang gemetar ia tempelkan di atas kening Rio sambil matanya terus menjatuhkan kristal bening itu.

"Kita bawa ke rumah sakit."

Ify mendongak melihat siapa yang berbicara padanya, seketika sesak itu datang lagi. Wanita yang menjadi penyebab ia dan Rio tidak akur tadi kini berada di sini. Tapi Rio lebih penting saat ini. Dengan bantuan beberapa karyawan lelaki yang melihat kejadian itu, Rio dimasukkan kedalam mobil Rio dan dikendarai oleh salah satu dari mereka.

Di dalam mobil Ify tetap memangku kepala Rio. Sembari itu ia terus menangis, menyesali sikapnya yang keras kepala untuk tidak mau mendengarkan penjelasan dari Rio. Coba saja kalau tadi ia tidak lari pasti semua ini tidak akan terjadi.




Masih Ada Cinta (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang