Tidak ada sambutan hangat

162 5 0
                                    

"I'm home."       Pria itu mengerutkan kening ketika menemukan ruang tamu sepi, tidak ada yang menyambut kedatangannya. Tidak ingin membiarkan pikirannya melalang buana, ia segera menutup pintu dan membawa kedua kaki jenjangnya melangkah menuju kamar mereka. Sembari mengetuk pintu kamar yang tertutupㅡ sebuah gesture sopan santun yang tidak pernah ia tinggalkan, ia membuka pintu kamar.    
"Luna?"     Panggilnya pelan.

Kedua sudut bibirnya menarik sebuah senyuman hingga menciptakan lesung pipit menawan yang menjadikannya kian rupawan, kala menemukan istrinya duduk didepan meja rias. Tampak sedang menyisir helaian rambutnya yang lembut dan berkilauan.       "Hai, sayang."

Luna tidak membalas senyumannya. Hanya terus menatap pantulan wajahnya sendiri pada cermin yang berada tepat dihadapan, bahkan ketika ia merengkuh tubuhnya.         "Hai, aku pulang."      Ulangnya. Kedua lengannya masih mengunci tubuh Luna dari belakang seraya bibirnya memberi kecupan halus pada rambut sang istri yang beraroma bebungaan dari shampo yang digunakan untuk mencuci rambutnya.         "Mulai senin depan, aku ngantor di Jakarta. Udah gak bolak balik Jakarta – Kalimantan lagi."          Lanjutnya.

"Terus?"

Juneㅡ Arjune, pria itu kembali mengerutkan kening mendengar jawaban dari sang istri yang nyatanya diluar ekspektasi.         "Ya, kita gak perlu LDM lagi."          Lantas ia melangkah mundur, memutar kursi yang diduduki Luna agar mengarah kepadanya bersamaan dengan dirinya yang menekuk lutut tepat dihadapan sang istri.           "Kan kemarin kamu yang minta aku pindah kerja supaya kita gak jauh-jauhan."


Nada suara June begitu halus, namun tidak membuat Luna luput dari ketersinggungan. Kedua matanya menatap sinis kearah sang suami yang berlutut sehingga tampak lebih rendah dibawahnya.         "Oh, jadi kamu pindah karena paksaanku gitu ya, bukan keinginanmu sendiri. Iya, sadar diri sih, aku cuma beban."          Lanjutnya diiringi senyum tipis yang terlihat bengis dari sebelah sudut bibirnya.


"Gak gitu, sayang."        

"Trus apa? Lagipula aku minta kamu ajuin mutasi itu kapan sih, June? Kok baru minggu depan pindahnya. Aneh, gak jelas!"


"Ya kan pengajuanku baru diacc, sayang. Makanya baru bisa pindah." Sesegera mungkin, June menampik ucapan istrinya. Mengatakan bahwa asumsi Luna sama sekali tidak benar.         "Ini kan rencana kita berdua, lagipula siapa sih yang anggep kamu beban? Kok mikirnya gitu?"          

Nada suara June begitu lembut ketika memotong insecurity sang istri. Jemarinya yang panjang mengusap pipinya dengan hati-hati, berupaya menyalurkan kekuatan serta kepercayaan diri dari dalam dirinya.        "Kamu itu hebat lho. Hebat banget. Liat aja followers instagram kamu, pesan masuknya, kolom komentarnya, isinya pujian buat kamu. Bahkan banyak yang anggep kamu panutan mereka, kamu tuh hebat banget."

Lantas, tak ada yang bersuara. Keduanya hanya bersidiam dan saling bertatapan.        "Jangan kecil hati ya, aku ikutan sedih kalau lihat kamu begini."


"Aku mau tidur."       Luna bangkit meloloskan diri dari rengkuhan sang suami setelah berceletuk. kedua kakinya yang kecil satu persatu menaiki ranjang dan berbaring memunggungi sang suami yang masih utuh pada posisi berlutut. Enggan peduli raut kecewa yang tergambar jelas pada wajah tampannya.

Diposisinya, Arjune hanya menunduk, menelan seluruh kekecewaan yang entah tertuju pada siapa. Maka, ia memilih bangkit. Membawa kakinya melangkah menuju kamar mandi seraya meloloskan beberapa kemeja hitam yang membalut tubuh indahnya. Menelanjangi dirinya sendiri. Suara gemericik air mulai terdengar ketika jemarinya memutar keran yang tingginya hanya sejajar dengan pahanya.

Mandi dengan air hangat dapat merelaksasi otot-ototnya yang menegang. Meskipun tidak seratus persen akurat, namun June yakin, air hangat yang menerjang tubuh atletisnya mampu mengurangi stres pada otaknya. Dibawah guyuran shower, Arjune meratapi pernikahannya yang baru saja genap satu tahun.














TBC

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang