Persiapan

12 1 0
                                    


"Kamu sudah yakin, nak?"     Arjune sejenak menolehkan kepala ketika ayah Sarah bertanya pada putrinya.         "Gak akan menyesal kan?"

"Enggak, pa."
Didalam ruang tamu keluarga Sarah, Arjune, Sarah dan kedua orang tuanya duduk bersama membicarakan perihal pernikahan mereka. Surat-surat dan persyaratan untuk melangsungkan pernikahan sudah diurus lengkap. Hanya tersisa waktu lima hari menjelang hari akad dilaksanakan. Baik Arjune maupun Sarah sudah sepakat untuk tidak membuat acara yang mewah dan meriah. Hanya ijab qobul yang nantinya dilangsungkan di rumah Sarah dan dilanjut makan di restoran mewah bersama kedua keluarga.         "Gak enak juga sama omongan orang-orang diluar kalau tau status Arjune."
Sarah menolehkan kepala menatapnya, diiringi dengan genggaman halus pada sebelah tangannya.

"Keluargamu kapan kesini melamar Sarah, June?"          Kini Om Herman; ayah Sarah bertanya padanya.

"Besok malam, om. Kayanya cuma papa sama adik saya, gak apa-apa kan?"         Ia menjawab dengan diliputi perasaan bersalah. Merasa buruk karena tidak一 belum bisa memberikan pesta pernikahan mewah yang selama ini diimpikan Sarah.           "Mama masih belum ngasih restu."

Lantas, hembus napas panjang terdengar bersamaan keluar dari ayah dan ibu Sarah. Rautnya menampakkan perasaan sedih dan juga kecewa, namun tak mampu berbuat apa-apa. Om Herman menatap Sarah iba, namun putrinya membalas dengan senyuman disertai gelengan kepala pelan. Mengindikasikan dirinya baik-baik saja. Membuat Arjune sedikitnya merasa lega, sebab Sarah tak menuntut banyak hal darinya.

"Kalau Sarahnya setuju, ya om sama tante ikut aja."         Jeda sejenak, Om Herman meraih secangkir teh panas yang disuguhkan istrinya diatas meja. Menyeruput pelan seraya memberi tiupan beberapa kali.           "Kemarin Sarah diajak ke rumah Arjune ngobrol apa saja?"       Lanjutnya sembari meletakkan kembali cangkir tehnya diatas meja.

"Banyak sih pa,"        Nada suara Sarah terdengar bersemangat ketika menjawab. Senyum bibirnya merekah ceria.         "Sarah ngobrol banyak sama papanya Arjune, sama Andin juga. Adiknya Arjune pinter banget ternyata, kuliah di UI. Padahal masih semester lima tapi udah nyiapin skripsi. Udah 70% malah."

Memang benar, kemarin, Arjune membawa Sarah kerumahnya, memperkenalkan pada keluarganya sesuai permintaan ayahnya. Kedatangan Sarah disambut bahagia oleh ayahnya. Ibunya memilih mengunci diri didalam kamar, sempat menatap sinis kearah Sarah ketika melihat Arjune memasuki rumah bersama wanita yang digadang-gadang akan menjadi istri barunya.

Ayahnya terlihat cocok berbincang dengan Sarah yang pandai menempatkan diri serta pembawaannya memang sangat ramah. Andin datang beberapa saat setelah mendengar suaranya, lalu berinisiatif membuat teh hangat untuk disuguhkan. Sama seperti ayahnya, Arjune dapat melihat bahwa Andin juga menyukai Sarah. Keduanya berbincang dan menertawakan banyak hal yang Arjune sendiri tak yakin apa yang dibicarakan. Sebab dirinya dan sang ayah menyingkir untuk membicarakan langkah yang selanjutnya akan ia lakukan. Termasuk pernikahan.

"Om Krisna juga suruh aku panggil beliau papa."      Lanjut Sarah kemudian. Dari tempatnya, Om Herman dan Tante Dewi terlihat tersenyum lega mendengar cerita bahwa putrinya diterima baik oleh calon keluarga barunya.

Maka, ayah Sarah mengangguk sebagai jawaban.
"Persiapan yang lainnya bagaimana, June? Sudah beres semua?"      Om Herman kembali bertanya.

"Sudah, om. Setelah acara makan malam selesai, saya langsung bawa Sarah pulang ke apartemen. Sementara saya dan Sarah tinggal disana sampai rumah saya selesai direnovasi."        Jawabnya.

Arjune memanglah pria yang melek investasi sejak usia muda. Pandai mengelola keuangan. Tidak heran apabila kini ia memiliki begitu banyak aset tetap berupa lima rumah dan dua apartemen yang semuanya disewakan. Rumah yang ditempati Luna tidak termasuk, sebab dulu Arjune membeli dengan atas nama Luna dan memberikan pada Luna sepenuhnya.
Sedangkan rumah yang akan ia tempati dengan Sarah nanti adalah rumah yang baru ia beli, royalti dari perusahaan setelah produk yang ia buat berhasil melejit dipasaran. Menaikkan laba dan keuntungan pada perusahaan tempatnya bekerja.

Tidak tanggung-tanggung, Arjune pun memiliki saham sebesar 27% disalah satu Bank besar, yang ketika nilainya turunpun ia masih menerima aliran dana tiga digit setiap bulannya. Belum lagi pabrik tekstil besar yang ia dirikan bersama ayahnya. Setidaknya hartanya tidak akan habis tujuh turunan meskipun ia tidak lagi bekerja di perusahaan yang sekarang.

Mungkin, karena itulah Arjune diterima hangat oleh keluarga Sarah dan mengesampingkan status pernikahannya. Baik keluarga Sarah, maupun Ayah Arjune merasa bahwa keluarga mereka secara ekonomi memang seimbang.

Pada akhirnya, Arjune membawa Sarah untuk melihat-lihat apartemen yang akan ditempati setelah menikah; sekaligus menginap disana, atas izin orang tua Sarah. Lebih tepatnya anjuran ayah Sarah. Sebab, ketika ia berpamitan untuk pulang setelah menyelesaikan obrolan mereka, Om Herman mengatakan pada Arjune untuk membawa Sarah bersamanya.
Banyak-banyak menghabiskan waktu berdua, agar tidak terlalu tegang menjelang hari pernikahan, katanya. Sarahpun dengan senang hati menuruti permintaan ayahnya.

Ditengah perjalanan, keduanya sempat menyinggahi salah satu minimarket untuk membeli beberapa peralatan mandi dan juga beberapa makanan untuk mengisi kulkas yang masih kosong. Menonton televisi berdua ditemani sekotak pizza dan dua kaleng cola, sebelum akhirnya menghabiskan malam dengan berbagi kehangatan diatas ranjang. Menjemput kenikmatan hingga pagi menjelang.























TBC

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang