Akhir pekan, Arjune memiliki waktu libur untuk menghabiskan hari bersama istri tercintanya. Bermesraan sepanjang hari, menonton netflix berdua, berbagi cerita atau mungkin bisa berbelanja guna merelaksasi otot-otot yang kaku setelah bekerja selama lima hari penuh.
Harapannya. Namun ia bisa apa ketika pagi hari membuka mata, sang istri sudah tidak ada diranjangnya. Ia tahu benar, ada seminar yang harus dipimpin oleh Luna.Arjune menoleh kearah nakas dan mengernyitkan dahi begitu menyadari bahwa jam sudah menunjuk pada pukul delapan lewat lima puluh lima menit. Artinya, seminar yang diadakan oleh Luna beserta timnya akan dimulai sepuluh menit lagi. Maka sesegera mungkin ia bangkit dari ranjang tidur dan membuka laptopnya. Sembari melangkah menuju dapur, ia mencari link untuk menyaksikan siaran langsung yang dipimpin oleh istrinya.
Masih belum dimulai. Arjune membawa kakinya melangkah menuju pantry untuk kemudian meraih satu saset kopi instan. Menyeduhnya hati-hati sembari menghangatkan kembali croissant yang tanpaknya disiapkan oleh istrinya sebelum keluar dari rumah.
Tepat waktu. Acara dimulai tepat ketika ia mendudukkan diri didepan laptop yang menampakkan wajah istrinya tengah mengucap salam pembukaan. Tanpa disadari, sudut bibirnya tertarik begitu natural. Mengukir senyum kagum menatap raut istrinya yang tegas dan penuh percaya diri.
Selalu mempesona. Segalanya membawa ingatan masa lalu kembali menghantam pikirannya. Tentang kekagumannya pada sesosok gadis yang dengan lantang menyuarakan hak-hak perempuan yang belum sepenuhnya terpenuhi dinegara ini. Tentang kesetaraan gender, dan juga tentang usahanya menghapus budaya patriarki yang sudah melekat cukup erat dilingkungan masyarakat luas.Cinta pada pandangan pertama. Bisa dikatakan seperti itu. Digedung kesenian disalah satu kabupaten yang terletak di pulau Bali, yang kala itu ia memiliki proyek berpenghasilan besar disana, Arjune menemukan sesosok gadis cantik, dengan penampilan yang sederhana akan tetapi mampu memukau seluruh pasang mata. Tanpa terbata-bata menyuarakan pendapat-pendapat yang sebelumnya sudah ia diskusikan bersama timnya, mengenai hak dan masa depan perempuan yang jarang sekali diperhatikan.
Sangat tipe gadis idamannya. Begitulah kira-kira yang ada dalam pikirannya. Ia hanya terus berdiri tanpa mengalihkan pandang hingga akhir salam dikumandangkan. Tak ingin membuang kesempatan emas, ia mendekati gadis itu sekadar mengajaknya berkenalan. Bertukar nomor ponsel dan mengobrol sebentar sebelum kemudian rekan kerjanya memanggil untuk kembali merundingkan proyek mereka.
Meski komunikasi sempat terputus, namun semesta kembali mempertemukan mereka. Disalah satu kafe dipusat kota Jakarta, Arjune melihat sosok gadis yang selalu memenuhi hati dan pikirannya tengah duduk melamun disudut ruangan. Tanpa segan, ia mendekat mengajaknya bertukar sapa. Dari pertemuan itulah, hubungan keduanya semakin dekat hingga keputusan untuk berpacaran disetujui oleh kedua pihak.
Bukan hanya Arjune yang bahagia, namun Lunapun sama. Sebab keduanya sudah saling memuja sejak pertemuan pertama.
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
General FictionBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...