Begitu pintu kamar Sarah terbuka, yang pertama kali ia lihat adalah gundukan selimut dengan rambut panjang yang tergerai, menggantung berantakan ditepi ranjang. Arjune mendekat perlahan, kemudian mendudukkan diri disisa ruang pada tepi ranjang yang sempit. Membuka selimut yang menutupi kepala Sarah, Arjune lantas tersenyum menatap wajah sembab yang tertidur pulas. Rasa rindu yang tiba-tiba membuncah menjadikannya gelisah. Tanpa sadar, tangan kanannya bergerak dan mendarat disebelah pipi Sarah. Mengusap halus menggunakan ibu jarinya dengan sayang, sebisa mungkin tidak ingin mengganggu Sarah dari lelapnya.
Namun, yang didapati setelahnya adalah Sarah yang membuka mata. Menatapnya tanpa kata. Seolah masih belum sepenuhnya tersadar, menganggap keberadaannya hanyalah mimpi semata.
"Hey, aku bangunin kamu ya?"
Begitu mendengernya bersuara, respon yang Sarah berikan adalah tarikan napas panjang. Kedua matanya membulat sempurna penuh keterkejutan."Arjune?" Masih bergelung dalam selimutnya, Sarah bertanya dalam bisikan. Memastikan bahwa Arjune yang duduk dihadapannya adalah nyata. Bukan bagian dari bunga tidurnya. "June, kamu disini?"
Lantas, Arjune menanggapi dengan gumaman. Jemari yang bertengger dipipi Sarah masih bergerak beraturan memberi belaian.
"Kamu ngapain disini? Aku belum mandi." Tanpa ia duga, Sarah tergugup diperlakukan sebegini manis olehnya. Sentuhan tanpa makna yang dulunya sering kali mereka bagi berdua. Arjune pikir, mungkin salah satu efek setelah Sarah mengungkapkan perasaan padanya.
"Aku mandi dulu, lima menit, tunggu disini, kamu jangan kemana-mana." Ucap Sarah tanpa jeda.Begitu tubuh Sarah melesat memasuki kamar mandi yang letaknya berada disudut kamarnya, Arjune hanya duduk ditempat tak sedikit menggeser posisinya. Sorot matanya berpendar mengamati seisi ruangan. Rapi dan wangi. Buku-buku bacaan tertata apik didalam rak yang berada disisi kepala ranjang. Membuatnya tersenyum senang ketika melihat tiga buku pemberiannya disusun dalam rak paling atas. Menjadi pusat perhatian.
Tak sampai lima menit, Sarah keluar dari kamar mandi dengan keadaan wajah lebih segar dari sebelumnya. Ujung rambutnya sedikit basah dalam ikatan. Cantik dan menawan, seperti biasa. Lantas, Arjune dengan segara memalingkan wajah. Rasanya tidak sopan jika ia menikmati lekuk tubuh Sarah yang hanya terutup singlet crop top dan celana ketat rumahan.
Alih-alih mengganti pakaiannya, Sarah justru melangkah mendekat dan mendudukkan diri disamping Arjune. Tersenyum puas melihat Arjune yang salah tingkah dibuatnya. Tanpa sungkan, ia menyentuh wajah Arjune, menarik pelan untuk balas menatapnya.
"Aku udah baca semua chat kamu." Sarah bersuara. "Luna gimana? Mau dicerai?"Adalah pesan singkat yang dikirim Arjune melalui aplikasi WhatsApp, yang mengatakan bahwa Arjune akan menikahinya. Bahwa Arjune akan bertanggung jawab atas segala perasaan yang disimpan Sarah terhadapnya. Arjune juga berkata akan melindunginya, memperlakukannya dengen semestinya, sebaik mungkin yang ia bisa ketika mereka sudah dalam ikatan pernikahan. Dan yang membuat Sarah luluh pada akhirnya adalah pesan yang mengatakan bahwa Arjune sepertinya juga sudah mulai menyukainya.
Meski tak sepenuhnya yakin, namun Arjune berjanji akan terus belajar mencintainya hingga akhir.
"Masih nunggu jawaban." Jawab Arjune pelan. Kepalanya menunduk seraya menghembuskan napas kasar, hal yang biasa ia lakukan ketika diterpa kegelisahan. "Kita berdo'a aja, semoga dia cepet kasih jawaban."
Sejenak, keduanya saling terdiam. Menjadikan udara dalam ruangan terasa mencekam. "Kalau gak mau cerai gimana? Kita gak bisa nikah?"
Lagi, Arjune diam. Sebisa mungkin menyaring perkataan sebelum ia lontarkan sebagai jawaban. "Kita akan nikah, Sar. Aku udah janji sama kamu, sama mama kamu," Jeda, Arjune menggelengkan kepala. "Yang jelas, cerai atau gak cerai, kita tetap akan nikah. Kamu bisa pegang janjiku."
"Kalau kamu sama Luna gak cerai, aku jadi istri kedua?"
Arjune mengangguk, ragu. "Kamu, gak masalah kan? Jadi istri keduaku? Hidup bareng sama aku?"
Meski ragu, Sarah akhirnya mengangguk setuju. Ia sadar, mereka sama-sama berada diposisi yang tidak mudah. Menelan bulat-bulat rasa bersalahnya pada Luna karena nyaris berhasil merebut hati suaminya. Sebab Sarah tahu benar, pernikahan mereka tidak sempurna. Jika Luna memang tidak bisa membuat Arjune bahagia, maka biarlah tugas itu diambil alih olehnya. Dengan sisa kepercayadirian yang masih dimilikinya, Sarah berjanji pada semesta bahwa ia akan membuat Arjune merasakan keindahan rumah tangga yang sebenarnya, bersamanya.
•~°~•
Katakanlah Arjune terbawa suasana, sebab iapun manusia biasa. Laki-laki normal yang akan dengan mudah bereaksi demikian ketika diberi rangsangan.
Membawa tangan kirinya bergerak pelan menggerayangi pinggang Sarah yang terbuka. Memberi usapan halus dan sensual yang mampu membuat Sarah bergidik dan mendesah lembut dalam ciumannya."Suka?" Arjune hanya mampu berbisik ditengah napas yang berderu putus asa ketika Sarah tak kunjung berhenti memberi lumatan pada bibir bawahnya.
Detik ketika Sarah menggigit pelan bibir bawahnya, Arjune lantas memejamkan mata. Bibirnya kembali meraup bibir Sarah. Menghisap pelan sembari menjulurkan lidah memasuki belah bibir Sarah. Mengeksplor rongga mulut Sarah penuh gairah, menjadikan empunya menggelinjang gelisah diiringi desah nikmat.
Sarah yang semula duduk disampingnya, kini beralih berada diatas pangkuannya. Memiringkan kepala untuk memperdalam ciuman. Kedua tangan tersampir dimasing-masing bahu Arjune, jemari tangan meremas rambutnya pelan.
Hilang kendali. Keduanya sama-sama hilang pengendalian diri. Tangan kanannya bergerilya disepanjang punggung Sarah, sementara tangan kirinya memberi remasan pada pinggul yang bergerak seduktif menggoda organ intimnya yang menegang disela-sela pahanya.Godaan Sarah benar-benar luar biasa, hingga Arjune nyaris gila dibuatnya.
"Arjune, please一"
Seutuh wajah Sarah merah padam ketika menatapnya. Kondisinya tak jauh beda dengan dirinya. Berantakan dengan jejak basah keringat dimana-mana."Apa sayang?"
Gila. Sarah merasa sudah gila ketika mendengar panggilan sayang dari Arjune untuknya. Meski iapun sepenuhnya paham bahwa kata sayang yang keluar hanyalah ilusi dari naiknya tensi. Namun ia menerimanya, hanya mampu mendeguk putus asa ketika Arjune tak henti memberi remasan menggoda disekitar pinggulnya.
"What you want me to do?""June, Please—"
Dan tak butuh waktu lama bagi Arjune untuk segera membanting tubuh Sarah keatas ranjang. Menyelipkan dirinya diantara kedua paha Sarah yang terbuka seraya menggerakkan pinggulnya menggoda.
Ditemani bayangan betapa lihainya permainan Sarah dalam rekaman video seks yang pernah ia lihat, Arjune kembali membawa Sarah kedalam ciuman panas penuh gairah.Tentu saja, sudah lebih dari lima bulan Arjune dan Luna tidak berhubungan badan, maka ketika Sarah secara sadar memberi tawaran, ia tentu tak ingin melewatkan kesempatan. Arjune sebisa mungkin menghapus rasa bersalah pada istrinya, tidak pula banyak berpikir tentang hal yang saat ini mereka lakukan adalah keburukan, toh mereka sudah sama-sama dewasa dan memiliki pandangan tentang pernikahan.
Lagi pula, berlaku sedikit menyimpang dari aturan tentu tidak masalah bukan.
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
Fiction généraleBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...