"Aku pulang."
Seperti biasa, June tidak pernah melupakan salam ketika membuka pintu rumahnya. Melonggarkan dasi yang seolah mencekik lehernya, sembari melangkah menghampiri sang istri yang tampak sibuk didapur menyiapkan makan malam yang dipesan melalui aplikasi online untuknya. "Hmh, wangi banget." Ucapnya setelah mencuri satu ciuman dari pipi Luna yang terkikik geli melihat tingkahnya."Apa tuh yang wangi?" Istrinya menggoda. Melirik manja kearahnya yang berdiri disisi tubuhnya siap memangsa.
"Gak tau nih, bingung juga. Gak bisa bedain antara wangi masakan apa wanginya kamu."
"Idih, gombalnya gak banget. Cepet mandi sana, awas kamu bawa kuman ke makanan."
Maka dalam sepersekian detik, ia mengangkat tinggi-tinggi spatula, memberi gesture seolah ingin memukul apabila suaminya tidak segera menghilang dari hadapannya.Arjune pun segera berlari disertai tawa riang yang mengikutinya. Sebab ia selalu menyukai tingkah istrinya yang seringkali malu-malu saat digoda olehnya.
•°•°•
"I love you, baby. I love you, i love you more and more."
Arjune tidak berhenti menggumamkan kata cinta pada istrinya yang telah berhasil mengantarkannya meraih surga dunia diakhir sesi percintaan mereka.
Rasanya terlampau rindu hingga June tidak berupaya alih posisi, lebih memilih untuk memeluk erat tubuh istrinya yang tampak kelelahan dan tidak berdaya. Matanya terpejam disertai belah bibir yang dibiarkan terbuka, bernapas putus-putus dibawah naungan tubuhnya.
"Udah Arjune, capek." Luna berkomentar ketika June kembali menggerakkan tubuhnya untuk memulai kembali aktivitas mereka. Telapak tangannya menepuk-nepuk punggung telanjang sang suami yang terasa lebar dan hangat. Mengingatkan dirinya pada kenangan masa lalu ketika keduanya masih berpacaran. Arjune seringkali menggendongnya dibelakang punggung seperti anak koala.
Lantas, dari posisinya, Arjune terkekeh pelan sebelum kemudian menarik tubuhnya menjauh dan memilih berbaring menghadap sang istri. Memeluknya erat, saling berbagi kehangatan hingga pagi menjelang.
Demi setiap hembus napas yang memberinya kehidupan, June tak pernah sekalipun ragu pada cintanya untuk sang istriㅡ yang bahkan melebihi apapun yang ia miliki di dunia.Kekagumannya tak pernah memudar bahkan ketika keduanya sudah menjalin hubungan dalam kurun waktu yang terbilang cukup lama. Butuh waktu lima tahun untuk Arjune meyakinkan Luna, bahwa pernikahan tidak seburuk yang ada dalam pikirannya.
"ㅡSayang, dengar. Aku janji. Setelah kita menikah, aku pastiin gak ada yang berubah diantara kita kecuali selembar akta nikah yang berisi tanda tangan kita berdua. Kamu masih bebas melakukan apapun yang kamu mau, melanjutkan aktivitas kelompokmu, jalan-jalan, belanja, apapun. Kamu tetap menjadi kamu yang sekarang setelah kamu menikah sama aku. Aku janjiㅡ"
Bahkan seberapa tulus bujuk rayu yang ia jejalkan pada Luna, tidak sedikitpun menggoyahkan keyakinan gadis itu ㅡyang kala itu belum resmi menjadi istrinya.
Hingga pada perayaan tahun ketujuh hubungan mereka, Luna memberinya sebuah kotak yang didalamnya berisi satu lembar kertas bertuliskan i just want to tell you that i'm ready to be your wife.
•
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
General FictionBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...