Rumit

21 1 0
                                    


"Abang, serius?"       Andin disampingnya seperti kehilangan kata setelah mendengar seluruh pengakuannya.         "Yang kaya gini gak bisa dijadiin bercandaan lho bang. Andin tau abang gak bodoh, abang gak mungkin ngelakuin hal kaya gitu. Abang lagi ngerjain Andin?"       Masih mencecarnya, adiknya seolah tidak terima dan juga tidak percaya akan kesalahan fatal yang telah ia perbuat.

Sekembalinya dari rumah Sarah, Arjune melajukan mobilnya menuju rumah orang tua. Mengistirahatkan hatinya gelisah diliputi kekecewaan pada dirinya sendiri. Seperti digerogoti rasa bersalah yang mengeroyoknya dalam waktu bersamaan. Kepada Luna, karena telah benar-benar mengkhianatinya, dan juga kepada Sarah yang baru saja menyerahkan diri seutuhnya untuknya. Tak ada sedikitpun terlintas dibenaknya jika pada akhirnya ia benar-benar melakukan hal yang tidak semestinya ia dan Sarah lakukan, dibelakang Luna. Mengotori pernikahan yang susah payah ia pertahankan nyaris dua tahun lamanya.

Bertahun-tahun ia menjaga dirinya, menjaga hatinya agar tidak tergiur pada godaan wanita-wanita yang mengaguminya demi membuktikan pada Luna, bahwa dirinya berbeda dari laki-laki yang pernah menghancurkan mental Luna. Namun pada kenyataannya, ia pun sama. Sama brengseknya dengan mereka.

Tidur dengan sahabat wanita yang jelas-jelas menyimpan rasa cinta padanya.
Seakan tak mampu lagi membiarkan Luna menatap matanya. Merasa dirinya tak lagi pantas menyandingi Luna.

Kedatangannya disambut hangat oleh kedua orang tuanya yang memang sedang tidak ada kegiatan di luar kota. Orang tua Arjune merupakan pengusaha yang terbilang sukses dikotanya. Jika diingat-ingat, Arjune dapat menghitung dengan jari kebersamaan yang terjalin dengan orang tuanya. Bahkan, masih teringat jelas dikepalanya, saat dimana dirinya menjadi bahan olok-olokan teman sekelas, disebut yatim piatu karena orang tuanya tak pernah hadir kerapkali ada pertemuan wali murid disekolahnya. Meskipun sebenarnya semua orang tahu bisnis orang tuanya lebih banyak dijalankan di luar kota.

Sayangnya, Arjune tak memiliki nyali untuk bercerita tentang keretakan rumah tangganya pada mereka. Orang tuanya sangat menyayangi Luna, terutama ibunya. Ia pikir tak ada gunanya ia bercerita, sebab apapun permasalahannya, dimata ibunya pemeran antagonis dalam rumah tangganya adalah dirinya. Ibunya selalu mengungkit tentang background keluarga Luna yang berantakan. Menganggap Luna adalah wanita malang yang butuh perlindungan, tanpa sudi mendengar sedikit penderitaannya dalam pernikahan.

Maka, ia lebih memilih bercerita pada Andin. Adik tersayang, yang jenius, yang pengertian, dan open minded. Mungkin satu-satunya orang yang tidak akan menghakiminya sebelum mendengar penjelasan serta mengulik titik permasalahan yang ada. Ketika menghampiri Andin kekamarnya, aduknya tampak duduk dikursi belajar menghadap laptop yang menyala. Menggarap skripsi yang kerap membuatnya pusing kepala.

Ia tidak memulai banyak basa basi setelah mendudukkan diri ditepi ranjang milik adiknya. Hanya menanyakan kabar dan sedikit membaca teks yang terpampang dilayar laptop Andin. Menarik napas sejenak, kemudian berkata "Abang mau nikah lagi."
Yang awalnya direspon Andin dengusan tidak peduli. Berpikir dirinya hanya sedang bercanda. Hingga pada akhirnya ia menceritakan segala hal yang dilaluinya, termasuk hubungannya dengan Sarah.

Membuat Andin terkejut setengah mati hingga mengabaikan laptopnya untuk menatap matanya; mencari kebohongan.        "Abang? Kak Luna gimana? Udah tau soal ini juga?"

Menunduk seraya memejamkan mata, rasa bersalah kembali menerjangnya.
"Gak tau. Tapi kita udah obrolin soal perceraian, cuma ya gitu lah. Dia minta waktu buat mikir, tapi udah semingguan ini masih gak ngasih jawaban. Malah diemin abang."

"Ya aku kalau jadi kak Luna juga gitu lah, siapa juga yang bakalan terima kalau tiba-tiba diajak cerai, mana alasannya mau nikah lagi. Sinting."

"Kamu kan tau hubungan abang sama kak Luna gimana."

"Ya iya, tapi kan, tetep aja."         Jeda sejenak, Andin membuang napas kasar sebelum melanjutkan ucapan.         "Tapi si Sarah ini tau gak kalau abang udah punya istri?"

"Tau. Kalaupun Luna gak mau cerai, Sarah juga udah setuju buat jadi istri kedua."

"Dih."      Berdecak malas, Andin memutar bola matanya sinis.        "Murahan amat."

"Jangan gitu. Sarah gak murahan."

Hingga beberapa menit berlalu, Andin dan Arjune masih beradu argumentasi. Andin berusaha menahan niat kakaknya yang menurutnya sangat buruk, sedangkan Arjune tetap kekeh dengan keinginanannya menikahi Sarah. Sadar bahwa berdebat tidak akan menyelesaikan masalah, Andin memilih mengalah. Hanya menasehati kakaknya untuk dipikirkan lebih matang lagi. Sebab ia tahu kedepannya pasti tidak akan mudah.           "Ya udahlah bang, aku cuma pesen, abang jaga kesehatan aja."

Dengan seutas senyuman, Arjune mengangguk pelan. Menggenggam tangan adiknya seraya membisikkan kata terima kasih berulang-ulang.           "Tapi Andin bakalan dukung abang kan? Tetep disamping abang, apapun yang terjadi nanti?"

"Ya kalau Andin sih terserah abang aja. Kalau emang abang maunya gitu, Andin bisa apa? Tapi,"         Andin menjeda ucapannya sekali lagi.         "Kayaknya mama sama papa gak bakalan setuju sih. Minta restunya susah, abang tau sendiri gimana mereka ke kak Luna."

Lagi, Arjune mengangguk sebagai jawaban. Seratus persen setuju dengan ucapan adiknya.        "Gak apa-apa, biar abang yang urus. Yang penting Andin selalu support abang."

Dan keduanya saling berpelukan dengan berbagai kemungkinan yang semrawut dipikiran.















TBC

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang