"You okay?"
Arjune membalikkan badan menatap Sarah yang masih bergeming ditempatnya. Kedua tangannya terulur menggenggam masing-masing lengan Sarah penuh kekhawatiran. "Sar?"
Namun yang selanjutnya ia dapatkan adalah respon Sarah yang menepis lengannya. Tanpa sepatah kata melangkah melewatinya, memasuki mobil dan mengabaikannya.
Maka, dengan segera ia melangkah cepat menyusul Sarah memasuki mobilnya. Mendudukkan diri dikursi kosong sisi kemudi memastikan sahabatnya baik-baik saja."Aku mau pulang."
"Kenapa?"
"Ya gak kenapa-kenapa, cuma mau pulang?!" Nada suara Sarah ketus, namun terdengar gemetar, tidak seperti biasanya yang lugas dan penuh kepercayadirian. "Kamu keluar aja bisa gak?"
"No. Ngomong dulu kamu kenapa?"
Jawaban Arjun menjadikan Sarah menolehkan kepala cepat, menatapnya nyalang tepat dimata.Keduanya saling berdebat cukup lama dengan Sarah yang bersikukuh ingin segera pulang, sedangkan Arjune yang tetap menahannya disana. Tidak mengizinkannya kemana-mana sebelum menjelaskan permasalahan kepadanya.
"Kamu kenapa gak ngerti-ngerti sih, June?"
Hingga beberapa menit berselang, perdebatan tak juga menemukan titik terang. Arjune memejamkan matanya frustasi ketika Sarah mulai berteriak kepadanya. Tidak mengerti dengan sikap Sarah yang berubah secara tiba-tiba.
Karenanya, ia merasa harus meluruskan semua. Cukup pengabaian dari Luna yang ia terima, tidak ingin Sarah juga melakukan hal yang sama. Detik ketika matanya terbuka, ia membalas tatapan Sarah. Tajam dan dalam. "Aku gak ngerti-ngerti karena kamu ngasih ngerti, Sar. Makanya ngomong sama aku, kamu kenapa?"
Nada suaranya lembut seperti biasa. Berharap Sarah akan luluh dan bersedia membagi seluruh ketidaknyamanan yang dirasakan; padanya. "Ceritain ke aku, apapun yang kamu rasain sekarang, apapun yang bikin kamu sedih." Jeda, Arjune membawa tangannya meraih telapak tangan Sarah dan mengenggamnya halus. "Gara-gara mantanmu tadi ya?"Keduanya saling bertatap mata, lama. Sebelum akhirnya Sarah memutus kontak mata dan menolehkan kepala melihat keluar jendela. Ia menggeleng pelan menganggapi pertanyaan Arjune. "Gak. Bukan dia. Aku udah gak peduli sama dia." Selesai dengan ucapannya, Sarah kembali memusatkan pandangan kearah Arjune. "Tapi kamu."
Lantas, kerutan pada kening Arjune menjadi balasan. Ia masih diam, mencerna pernyataan Sarah yang bahkan diluar ekspektasinya. "Aku?" Lagi, ia diam dan berpikir. Mengingat kembali perilakunya beberapa saat lalu, berusaha mencari tau bagian mana yang kiranya menyinggung perasaan Sarah. "Gara-gara aku bilang ke mantanmu kalau kita pacaran? Sorry, aku gak bermaksud. Aku cuma pengen lindungin kamu, Sar. Sumpah, gak ada niat lain. Maaf kalau malah bikin kamu kesinggung."
Sekali lagi Sarah menggeleng sebagai tanggapan. Kepalanya menunduk lesu. "Kamu masih gak ngerti. Udahlah, June, kamu keluar aja sekarang, aku mau pulang!"
"No Sarah, no. Aku gak akan biarin kamu pulang sebelum jelasin semuanya." Jeda, Arjune mengencangkan genggaman pada tangan Sarah yang berusaha dilepas empunya. "Sarah yang aku kenal gak kaya gini."
"Ya apa yang mau dijelasin?!" Sarah melantangkan suaranya. Burapaya menarik tangannya lepas dari genggaman Arjune, meski pada akhirnya gagal sebab kekuatannya tak lebih besar dari pria tersebut. "Gak ada gunanya. Gak akan ngerubah semuanya!"
Arjune masih bergeming ditempatnya. Mengabaikan ketidaksukaan Sarah sebelum mendapatkan penjelasan yang ia minta."Aku cuma pengen kamu jelasin salahku dimana, biar aku gak bingung minta maafnya. Aku gak mau hubungan kita rusak, Sar. Gak mau tiba-tiba harus pisah sama kamu."
"Ya emang kenapa kalau pisah? Lagian kita bukan siapa-siapa."
"Kok gitu ngomongnya?"
"Ya emang gitu kan? Emang aku siapanya kamu? Pacar bukan, istri apalagi."
Pernyataan Sarah membuat Arjune semakin dilanda kebingungan. Beberapa kali berpikir pun, ia tak kunjung mendapat jawaban. "Gampang ya kamu ngomong kalau kita pacaran, ngomong kalau kita bakal nikah secepatnya kaya tadi. Gak sedikitpun mikirin perasaanku."Akhirnya. Akhirnya Arjune menemukan jawabannya. "Jadi bener, kamu tersinggung sama omonganku yang itu?" Maka, ia meminta maaf dengan benar. "Aku beneran cuma pengen lindungin kamu aja, gak ada maksud lain."
"Justru itu. Justru karena tujuan kamu ngomong gitu cuma buat lindungin aku, bikin aku sakit hati, June." Arjune semakin tidak mengerti. Namun masih diam, memberikan kesempatan bagi Sarah untuk menyelesaikan ucapan. Sekali lagi, Sarah menolehkan kepala membuang muka. Seolah tak sanggup menatap wajah Arjune lebih lama. "I have feeling for you. More than just a friend. I'm in love with you, Arjune." Kemudian kembali memusatkan pandangan kearah Arjune.
"Kamu, apa?" Terkejut, tentu saja. Ia sama sekali tidak menyana. "Sar, kamu, bercanda kan?"
"No. Aku suka sama kamu, as in romantic way."
Arjune membeku. Lidahnya kelu. Tak mampu mencerna pengakuan Sarah yang mencintainya. Genggaman pada tangan Sarah terlepas seketika. Lemas, seolah tak sanggup menerima fakta. Dengan sisa tenaga yang tersisa, ia membuka pintu mobil Sarah dan keluar dari sana. Melangkah gontai meninggalkan sahabatnya tanpa sepatah kata.
Fakta bahwa Sarah jatuh cinta padanya adalah suatu hal yang tak pernah sedikitpun terlintas dipikirannya.
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
General FictionBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...