Diluar dugaan Arjune, pada akhirnya Luna menyetujui gugatan cerai yang ia layangkan beberapa waktu lalu tanpa harus membawa kasus naik ke persidangan. Atas desakan pihak keluarga Luna sendiri, juga sedikit tekanan dari pengacara yang amat lihai memutar balik setiap kata.Luna berkata dirinya bersedia menandatangani berkas perceraian, tetapi tidak dalam waktu dekat. Ia beralasan butuh waktu untuk menenangkan diri juga memperbaiki perasaannya tanpa ada seorangpun yang mengusiknya sementara. Dengan itu, Sarah sempat mengatakan pada Arjune bahwasanya, Luna mungkin hanya ingin mengulur waktu lebih lama lagi karena pada dasarnya wanita itu tidak pernah setuju untuk bercerai dengan alasan apapun.
Mengingat kembali kejadian ketika Arjune dan pengacaranya mendatangi rumah keluarga Luna beberapa waktu lalu, Luna dan keluarganya sempat menolak dengan tegas seluruh penurutan Pak Rudi mengenai alasan-alasan mengapa keduanya harus bercerai. Ibu Luna juga kakak perempuannya menunjukkan raut wajah yang masam penuh ketersinggungan. Bahkan Mayla, kakak perempuan Luna sempat mengeluarkan makian pada Arjune yang Mayla pikir sudah bersikap bajingan karena mengkhianati adiknya.
Namun, disana Arjune sama sekali tidak terpancing untuk balas memaki. Ia hanya diam, membiarkan calon mantan iparnya terus berbicara mengeluarkan isi hatinya. Hingga seluruhnya selesai, barulah Arjune membuka suara menjelaskan semuanya. Tentang prahara apa yang terjadi didalam rumah tangganya. Segala perilaku Luna dan prinsip-prinsip yang akhirnya tidak mampu keduanya genggam bersama.
Ibu Luna lah yang memberi penengahan. Dengan isak tangis penuh luka, wanita paruh baya itu menyuarakan maaf atas nama putrinya. Juga menitipkan permintaan maaf untuk keluarga besan一orang tua Arjune, karena dahulu sempat mengucapkan kata-kata tidak pantas ketika pertama kali mendengar kabar Arjune menikah lagi.
Dengan hati yang lapang, Arjune dengan mudah memaafkan. Pun meminta maaf atas nama dirinya sendiri karena telah mengingkari janjinya untuk menua bersama Luna.
Karena bagaimanapun, manusia hanya bisa berencana. Selebihnya Tuhanlah yang berhak menentukan segalanya.
•
"Proses cerainya sudah sampai mana, June?"
Arjune menolehkan kepala menatap ayah Sarah yang duduk tidak jauh dari tempatnya. Terlihat gagah dengan sepuntung cerutu terselip diantara sela-sela bibirnya.
"Udah selesai harusnya. Tinggal nunggu tanda tangan Luna aja."Hari ini, kedua orang tua Sarah berkunjung kerumahnya untuk melihat keadaan putri semata wayangnya. Diusia kehamilan yang memasuki bulan ketiga, kondisi fisik Sarah tidak sebaik sebelumnya. Sarah sering kali pusing, lemas, dan sulit menelan makanan karena mual. Menjadikan Arjune dilanda kekhawatiran acap kali menatap istrinya yang tak memiliki daya. Wajahnya pucat, bahkan bangkit dari ranjangpun tak memiliki tenaga.
Arjune sempat membawanya kerumah sakit, namun dokter mengatakan bahwa kondisi yang dialami Sarah memanglah normal diusia kehamilannya. Dokter membuat resep beberapa vitamin agar kondisi Sarah dan calon bayinya tidak memburuk.
"Kamu apa gak mau lebih berusaha lagi membujuk istrimu yang itu supaya prosesnya cepat selesai." Jeda, ayah mertuanya menyesap ujung cerutu dalam-dalam, sebelum kemudian menghembuskan asapnya perlahan. "Maksud Papa, Sarah sedang hamil, kalau saran papa, selesaikan sebelum anak lahir. Kamu mikir gak, bisa saja kondisi Sarah yang seperti ini ada hubungannya dengan perceraianmu yang gak selesai-selesai itu. Istrimu juga butuh ketentraman, June."
"Iya, Pa." Tidak ada kata yang mampu diucapkan selain 'iya'. Ayah mertuanya memberi begitu banyak wejangan dan Arjune tak mampu memberi tanggapan. Hanya mengangguk dan sesekali mengucap maaf penuh sesal.
Merasa amat sangat bersalah karena membawa Sarah kedalam permasalahan hidupnya yang rumit."Jangan ditunda-tunda lagi. Kasihan Sarah. Selama hidupnya, saya gak pernah sakiti Sarah, kamu tau kan, saya paling gak suka lihat ada orang menyakiti anak saya? Kamu selalu bilang, sayang sama Sarah, tapi sikapmu yang lembek, terlalu nurut sama istri pertamamu itu nyakitin Sarah. Dia memang gak bilang apa-apa, tapi saya ayahnya, tau benar apa yang Sarah rasakan, apa yang Sarah pendam. Ingat baik-baik, June."
"Iya."
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
General FictionBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...