Lebih dari satu bulan sejak hari pernikahannya berlalu, lebih dari itu pula Arjune tidak menginjakkan kaki dirumah yang dulunya ia tempati bersama Luna. Maka hari itu, sepulang dari kantor setelah menyelesaikan pekerjaannya, ia menyempatkan diri untuk menghampiri istri pertamanya. Rasanya tidak sama. Segala yang tampak dipengelihatannya terasa asing, seolah ia bukanlah salah satu penghuninya.Seperti biasa, Luna duduk didepan televisi yang menonton dirinya. Fokus matanya hanya tertuju pada layar laptop yang menyala. Mengabaikan kedatangannya. Bahkan ketika ia mendudukkan diri disamping Luna, istrinya tak juga menjawab sapaannya.
"Barang-barangmu udah kumasukin koper. Ambil aja dikamar." Luna berbicara tanpa menatapnya.
"Why?"
"Biar gak nyampah disini lah." Jawaban Luna semakin membuatnya terheran penuh tanya. "Ngasih kerjaan istri barumu juga. Dia pengangguran kan. Cuma bisa minta jatah makan sama ngasih jatah malam." Kata istri yang keluar dari bibir Luna terasa menghantamnya. Bukan hantaman rasa bersalah karena telah menduakannya, namun hantaman kemarahan karena Luna berani berkata buruk tentang Sarah tanpa fakta.
Mengenai pernikahannya dengan Sarah, Luna sudah mengetahui sejak awal, melalui dirinya sendiri. Sebab, Arjune pikir akan lebih baik jika Luna mendengar kabar buruk itu darinya, dibanding dari berita luar yang bisa saja sudah dipelintir sedemikian rupa.
"Aku gak nyangka kamu bakal ngomong kaya gitu."
Luna menolehkan kepala menatapnya. Seulas senyum sinis terukir jelas disudut bibir, seolah tengah mengejeknya.
"Kamu berekspektasi apa? Aku ngucapin selamat berbahagia, gitu? Ch, mimpi."Dengan cepat, Arjune memalingkan wajah. Berusaha keras menekan amarah supaya tidak meledak dan menyakiti Luna dengan ucapannya.
"Aku datang kesini karena pengen liat keadaan kamu, pengen ngobrol sama kamu, bukan buat berantem.""Liat keadaanku buat apa? Kaya kamu peduli aja."
"Kamu emang gak bisa diajak bicara baik-baik apa gimana?" Jeda, Arjune menatap Luna tepat dimata. "Berita-berita tentang Sarah yang ramai beredar diluar, aku tau kamu yang bikin. Kamu yang nyebarin. Biar apa, Lun?"
"Aku gak nyebarin apa-apa. Mereka nanya, ya aku jawab lah. Terus kalau aku bilang kalian selingkuh, salahnya dimana? Emang kenyataannya gitu kan?!"
Arjune terdiam. Jawaban Luna memang sepenuhnya benar. Namun, bukan berarti perbincangan mereka harus berhenti disana."Aku tau, aku salah. Oke! Tapi gak bisa apa kamu cukup diem, gak usah umbar semuanya?! Akupun kalau mau umbar kejelekanmu juga banyak, tapi aku gak mau!" Tanpa sadar, nada suara Arjune meninggi, seakan ingin mengimbangi bentakan Luna. Emosinya benar-benar tersulut hingga rasanya teramat sulit untuk dipadamkan begitu saja. "Dari dulu yang kamu pikirin cuma perasaanmu sendiri. Kamu yang selalu ngerasa paling disakiti, ngerasa paling terbuang, padahal kenyataannya jauh?!"
Tanpa persiapan, Arjune merasakan nyeri dan panas menjalar pada sebelah pipinya akibat dari tamparan keras dari tangan Luna. Menjadikannya beku, sejenak kehilangan seluruh kata-kata yang semula berputar dikepala.
"Jangan cuma salahin aku, salahin juga istri barumu yang ngirim email ke aku. Kamu tau isinya apa? Foto-foto setengah telanjang kalian berdua! Dia pamerin hubungan seks yang kalian lakuin sebelum menikah biar aku mau dicerai, menurutmu itu bener?! Mikir, June! Kamu kalau udah suka sama orang pasti buta!"
Karenanya, Arjune dibuat bungkam sekali lagi oleh Luna. Fakta tentang Sarah yang mengirim foto nude mereka berdua, sebab demi apapun, Arjune sama sekali tidak pernah mengetahuinya.
"Mending kamu pergi, gak usah balik kerumah ini. Dan satu lagi," Jeda, Luna menatapnya seraya menggeritkan geraham penuh amarah. "Sampai kapanpun, aku gak mau cerai, tapi aku juga udah gak mau peduli lagi sama apapun yang berhubungan dengan keluargamu! Bilang sama mama-mu juga, stop hubungin aku buat ngajak ketemu. Anggap hubungan kita udah selesai tanpa cerai."Dan upaya gagal. Arjune putus asa, semua sudah rusak, iapun tak sanggup lagi memperbaiki semuanya.
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
General FictionBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...