Bahkan setelah mobil Sarah melaju bebas melewatinya, Arjune masih termangu ditempatnya. Merasa seolah dunia mempermainkannya. Menghajarnya dengan kenyataan tanpa memberinya kesempatan untuk sekadar mempersiapkan perlawanan. Tak mampu mencerna keadaan, linglung bagai manusia tersesat tanpa tujuan.Satu-satunya orang yang selalu perduli dengan keadaannya selain Andin adiknya, nyatanya menyimpan rasa yang tak pernah ia sangka.
"Udah June, kita udahin semuanya. Aku gak bisa kaya gini lagi. Aku capek harus cemburu tiap dengerin cerita cintamu sama Luna. Aku tau, aku gak berhak, tapi aku juga gak bisa nahan perasaanku. Mulai sekarang kita masing-masing aja, balik kaya dulu, jadi orang asing biar gak usah saling peduli satu sama lain lagi."
Bahkan patah hatinya dengan Luna belum sedikitpun terobati, kini Sarah kembali mematahkan separuh hatinya yang tersisa.
Separuh jam kerja yang tersisa, Arjune kehilangan keprofesionalannya. Gagal merampungkan sisa pekerjaan yang biasanya dapat ia garap tanpa harus bersusah payah mengasah otak. Kini yang dirasakan hanya hampa, pikirannya kosong, tak mampu rasakan apapun.
Bukan. Bukanlah patah hati yang menjadikannya tak berdaya. Melainkan bayangan keadaan Sarah. Fakta bahwa Sarah mungkin saja hancur karenanya, meski ia tak berniat melakukannya. Namun tetap saja, goresan luka yang Sarah terima adalah hasil perbuatannya. Ia yang tak pernah membatasi sikap dan perlakuannya. Mengentengkan segala kehangatan yang Sarah limpahkan padanya. Pun juga menganggap sepele perlakuan manisnya pada Sarah tanpa berpikir bahwa sahabatnya adalah wanita biasa, makhluk Tuhan berhati lembut yang tak mungkin tak terbawa perasaan ketika seseorang memperlakukannya dengan istimewa.
Salahnya. Sedari awal, semua memang kesalahannya. Lalu, bagaimana keadaan Sarah sekarang? Membayangkan senyum ceria yang selalu disuguhkan padanya akan menghilang begitu saja. Menyakitkan ketika mengingat wajah yang selalu berkialuan ketika mereka bertukar canda akan redup kehilangan cahaya karena kembali terpuruk untuk kesekian kalinya. Niat baik untuk melindungi justru menjadi sumber malapetaka yang menjadikan Sarah patah hati karena kebodohannya.
Menyadarkannya bahwa niat baik tak selamanya berbuah baik ketika kita tidak mengerti cara menyalurkannya.
Dan kini, yang berlarian dikepalanya hanyalah bagaimana Sarah melanjutkan hidup tanpanya. Sarah yang baru saja ia lumpuhkan setelah sekian lama jatuh bangun belajar berjalan. Mampukah Sarah kembali berdiri dengan luka yang baru saja ia torehkan setelah semuan lama tertatih-tatih menahan sakit karena luka lamanya?
Lalu, akankah Sarah harus kembali melanjutkan terapi psikologis setelah sekian lama bebas dan bahagia bersamanya?Arjune hanya mampu memegangi kepalanya yang nyeri. Frustasi. Babak belur dihajar masalah yang terus membantai.
Menyahut tas kerjanya, ia bangkit tanpa menyelesaikan pekerjaan. Otaknya beku tak lagi mampu menggali ide baru. Pandangan matanya kosong, hilang fokus ketika melangkah melewati karyawan-karyawati yang menunduk menyapanya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah pulang, bertemu Luna dan membicarakan semuanya. Ingin satu persatu masalahnya selesai.
Luna atau Sarah, ia harus segera memutuskannya.
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
General FictionBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...