"Sah!"
Riuh tepuk tangan menggema diseluruh ruang tamu Sarah, tepat setelah ijab qobul dilantunkan dan para saksi mengucap kata 'sah' secara serentak. Sarah menatapnya dengan senyum bahagia setelah mencium punggung tangannya, dan iapun membalas dengan ciuman sayang pada kening istrinya.
Pernikahan kali ini bukanlah yang pertama untuknya, akan tetapi kebahagiaan yang ia rasa sungguh membuncah teramat banyak, membeludak hingga rasanya mengucap 'aku bahagia' tak akan cukup untuk menggambarkan perasaannya.
Pihak keluarganya tidak begitu banyak disana, hanya ada Ayahnya, juga Andin, lalu keluarga Om-nya; adik laki-laki ayahnya beserta istri dan dua anak perempuannya. Ayahnya sempat meminta maaf pada keluarga besar Sarah atas ketidak hadiran ibunya dikarenakan sedang terbaring sakit. Arjune tahu ayahnya berbohong demi menjaga nama baiknya. Sebab sudah jelas, ibunya memilih tidak hadir karena memang tidak merestui pernikahan keduanya.
Berbeda dengan Sarah yang hampir seluruh keluarga besarnya hadir meramaikan pernikahan sederhananya. Saling bergantian memberi ucapan selamat dan juga mendo'akan kelancaran rumah tangga. Yang mana ia dengan senang hati meng-amini dan balas mengucap terima kasih sebanyak-banyaknya.
Acara inti sudah diselesaikan, souvernir sudah dibagikan dan beberapa keluarga tampaknya sudah berpamitan untuk segera pulang. Hanya tersisa dua keluarga, yaitu orang tuanya bersama orang tua Sarah. Memutuskan berbincang-bincang sejenak, menjalin keakraban antar besan sembari menunggu jam makan malam. Seperti yang sudah direncanakan, kedua keluarga inti akan menikmati acara makan malam bersama di salah satu restoran mewah yang sudah dipesan sejak beberapa waktu lalu.
Semua orang tampak bahagia. Arjune melihat ayahnya tertawa bersama ayah Sarah, sedangkan Andin adiknya, tampak berbincang begitu akrab bersama ibu Sarah. Tersisa dirinya dan sang istri duduk bersandingan dengan Sarah yang menyandarkan kepala pada bahunya sayang.
Sejenak, pikiran tentang Luna seperti menghilang dari kepala Arjune.
"Gak nyangka ya, kalau akhirnya kita beneran jadi suami istri." Sarah berucap pelan disisinya.
"Kamu seneng gak?"
"Seneng lah, banget." Sarah menjawab pelan disertai tawa rendah yang menggemaskan. "Kamu sendiri gimana? Punya aku jadi istrimu, seneng gak?"
Ada kekehan pelan yang Arjune berikan sebelum ia mengutarakan jawaban. Sebelah tangannya terulur untuk mengusap halus pipi Sarah yang tertutup make up tebal, namun tak memberikan kesan berlebihan.
"Sama, seneng banget."Setelahnya, Sarah terhenyak dan mengangkat kepalanya tak lagi bersandar di bahu suaminya. "June? Kok aku agak nyesel ya."
"Kenapa?" Raut wajahnya terkejut ketika melihat Sarah yang menatapnya intens secara tiba-tiba. Seolah menunjukkan ada sesuatu yang salah diantara mereka.
Sarahpun menggelengkan kepala. "Gak. Cuma nyesel aja sih. Nyesel kenapa kita deketnya gak dari dulu aja pas kita masih SMP ya. Kan enak, pacarannya lama."
Ucapan Sarah menjadikan Arjune terbahak sesaat. Tidak menyangka jika Sarah akan berkata demikan. "Dulu kamu mana mau sama aku, kamu aja primadona sekolah."
"Kok ngomongnya gitu? Kesannya kaya aku mau sama kamu sekarang karena kamu ganteng, banyak duitnya aja."
"Bukannya emang gitu ya?"
Sarah mengerutkan kening tidak suka. Menjadikan Arjune kembali tertawa karena berhasil menggoda istrinya. "Bercanda, sayang. Udah, gak usah mikirin yang dulu-dulu. Yang penting kan sekarang kamu udah jadi istriku. Kita fokus sama masa sekarang aja ya, masa depannya dipikir sambil jalan." Ucapnya dengan nada suara lembut yang penuh sirat akan rasa sayang."Iya, sekarang fokusnya bikin anak aja."
"Hah?"
"Maksudku mikirin mau punya anak berapa. Dasar." Sarah mengoreksi sambil tertawa, sengaja menggoda suaminya yang terkejut mendengar penuturannya.
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kedua
General FictionBerapa banyak orang yang menganggap pernikahan itu sakral? Sepertinya hampir semua orang memiliki pandangan yang sama mengenai pernikahan. Sakral, bukan permainan. Namun, bagaimana jika ada dua orang yang memiliki persepsi lain tentang pernikahan? ...