Tidak Peka

22 1 0
                                    


Katakanlah Arjune bodoh dalam urusan percintaan. Ia terlalu naif sehingga tidak sedikitpun terbersit dalam benaknya jika sikap hangat yang ditujukan pada Sarah menimbulkan kesalahpahaman pada si pihak perempuan. Faktanya Sarah mulai melihatnya dengan cara yang berbeda. Bahkan tanpa sepengetahuannya, kawan lamanya mulai mencari informasi yang berhubungan dengan Luna Ayushita, istrinya.
Bukan berniat jahat, Sarah hanya ingin tahu bagaimana Luna yang sebenarnya. Sehebat apa perempuan itu sampai-sampai bisa membuat pria sempurna layaknya Arjune Dewangga bertekuk lutut dan rela diinjak harga dirinya ㅡ atas nama cinta.

Yang Arjune tahu hanyalah keterkejutan diwaktu pagi, pada hari minggu didepan cafe langganan istrinya. Ponselnya bergetar tanpa henti menandakan ada panggilan masuk berulangkali. Alisnya berkerut begitu menemukan nama Sarah terpampang dilayar ponsel. Kawannya menghubungi dipagi hari, tentunya bukan hal biasa. Tanpa berpikir lama, segera diusap layar ponselnya. Terlalu khawatir apabila ada hal penting yang harus dibicarakan. Dan satu-satunya hal yang terbersit dalam benak adalah anxiety attack yang mungkin saja menghampiri kawannya.

"Itu istri kamu, June?"
Detik ketika panggilan diterima, yang terdengar selanjutnya adalah pertanyaan Sarah. Membuatnya menoleh secara spontan mencari-cari keberadaan Sarah yang ia yakini berada tidak jauh darinya.           

"Hey, Sarah, where are you?"      Tanya Arjune.
Sekali lagi, alisnya mengerut penuh tanya. Namun tak lama setelahnya, kedua matanya menyipit curiga melihat Alphard warna putih yang amat ia hapal plat nomornya, terpakir tidak jauh dari posisinya berdiri.

Sarah duduk didalamnya, melambaikan tangan dan ia membalas dengan seulas senyuman. Tidak lagi berniat menyusul istrinya masuk kedalam cafe, memilih untuk bersandar pada pintu mobil melanjutkan obrolan melalui sambungan teleponnya.            
"Jahat banget istrinya, masa mau digandeng suaminya gak mau. Aku liat lho, tanganmu ditepis tadi."

Nada suara Sarah terdengar kesal dari seberang. Membuat Arjune tanpa sadar mengeluarkan kekehan pelan.         "Gak jahat kok, emang lagi gak mood aja."       Jeda, Arjune yang semula menatap istrinya, kini menoleh untuk memusatkan perhatian pada Sarah yang juga tengah menatapnya dari kejauhan.          "Kamu ngapain disana? Kok didalem mobil aja, gak keluar?"

Lagi, Arjune mendengarkan jawaban Sarah dengan seksama ketika perempuan itu berkata sudah mendapatkan pesanannya, namun mengurungkan niat untuk pulang karena tidak tega melihatnya diperlakukan tidak semestinya oleh Luna. Obrolan berlangsung lama hingga nyaris dua jam tanpa terasa. Panggilan tidak juga dimatikan, bahkan ketika Arjune sudah berpindah duduk didalam mobilnya, tidak menyusul istrinya karena Luna sudah berpesan untuk tidak mengganggu pertemuan grupnya.

"Kopinya dingin gak tuh, udah mau dua jam belum diminum?"          Candanya. Lalu tertawa ringan ketika melihat Sarah segera meraih cup kopi yang semula terletak diatas dashboard mobilnya. Mendesah dan berkata 'habis' pada Arjune setelah menenggaknya hingga tak tersisa.          "Why are you so cute, Sarah?"
Pertanyaan spontan yang dianggap biasa, namun tanpa ia ketahui dampaknya luar biasa bagi perempuan yang kini hanya membisu ditempatnya. Tak mampu mengeluarkan sepatah kata.            "Hey, kok diem? Kenapa?"

Tidak mendapatkan jawaban, namun Arjune juga tak ambil pusing ketika Sarah meminta mengakhiri obrolan. Berkata ingin segera pulang karena sudah terlalu lama berada disana. Lalu keduanya tertawa ketika ada selipan canda sebelum Sarah benar-benar mengakhiri panggilannya,    "Nanti parkirnya mahal. Sayang duitlah."
Dan terdengar nada tut pendek-pendek sebanyak tiga kali menandakan panggilan benar-benar terputus. Menyisakan dirinya dilingkupi rasa sepi dalam kesendirian.

Entah kapan mulanya, ia menyadari bahwa kehadiran Sarah memiliki pengaruh positif dalam hidupnya. Ia sudah tidak lagi mendatangi klinik psikiater. Merasa cukup puas dengan membagi bebannya pada Sarah, baginya feedback dari Sarah juga cukup realistis dan masuk akal. Sarah tidak pernah menghakimi, namun juga tidak selalu memanjakannya; membenarkan seluruh opininya. Jika ia benar, Sarah akan membanjirinya dengan dukungan, namun ketika ia memang salah, Sarah juga tidak segan menjelaskan letak kesalahannya, juga memberinya saran-saran yang membangun kepercayaan dirinya.


Tampaknya, Arjune masih belum sadar bahwasanya Sarah sudah menempati satu ruang kecil dihatinya.

















TBC

Istri KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang