2nd Star : Canopus

8.2K 695 27
                                    

Tak seperti di sekolah lain, di SMA Star Constella tidak ada Masa Orientasi Siswa. Menurut prinsip sekolah ini, manusia memiliki kemampuan adaptasi yang paling baik dari semua makhluk hidup, sehingga manusia-manusia kelas 1 di sekolah ini nantinya pasti bisa beradaptasi dengan sendirinya, tanpa sekolah perlu mengadakan apapun untuk membantu para siswa dan siswi baru untuk beradaptasi.

Toh, selama mereka memahami peraturan-peraturan di sekolah ini –yang semuanya tercetak jelas di buku panduan yang diberikan jauh-jauh hari sejak mereka dinyatakan 'diterima' dan tidak melanggar, semuanya akan baik-baik saja.

Tapi dengan adanya prinsip ini, kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain, bahkan di lingkup sekecil teman sekelas pun jadi sangat terbatas. Jangankan teman sekelas, dengan teman sebangku pun sepertinya akan sulit, seperti yang dialami Virgo. Ah, tidak. Untuk kasus Virgo, ini bukan salah sekolahnya. Jelas-jelas Virgo yang salah karena memilih untuk duduk di sebelah manusia bernama Starlio Phoenix Cassandro.

Sejak detik pertama mereka bertemu hingga bel istirahat pertama berbunyi saat ini, sungguh –Virgo berani bertaruh satu telinganya putus, anak ini tak mengucapkan sepatah kata pun selain menyebutkan nama lengkapnya. Satu kali, dan itu pun berkat diadakannya sesi perkenalan diri oleh wali kelas di jam pelajaran pertama tadi. Saat ditanya nama panggilannya pun, Virgo yang bersuara mewakili anak itu.

"Lio, ke kantin yuk!"

Virgo masih berusaha untuk membuat Lio bersuara. Tapi lagi-lagi, anak itu hanya melirik sekilas, lalu kembali membuang muka untuk memandangi taman belakang sekolah.

"Nggak mau coba nyicipin makanan di sini?"

Hening. Tidak ada jawaban. Kini Virgo mulai berasumsi, Lio ini sebenarnya manusia, patung, atau lebih mengerikannya lagi, utusan Iblis untuk mencobai seberapa banyak stok kesabaran yang Virgo miliki? Jika Lio adalah yang ketiga, maka Virgo tak akan kalah. Untuk itu, sebelum stok kesabarannya benar-benar habis dan amarah menguasai –yang berarti kemenangan untuk Iblis yang mengutus Lio, Virgo menghembuskan nafasnya kasar,

"Ya udah lah, ke kantin sendiri aja."

lalu pergi dari situ.

*****

Berbeda dengan Virgo yang tampak 'hidup' di kelas tadi, di perjalanan ke kantin, Virgo hanya diam. Banyak hal berkecamuk di kepalanya, tentang orang tua kandungnya. Virgo tak punya petunjuk apa-apa selain kartu nama dari Bunda yang bertuliskan 'StarLight Corp.' beserta alamat, nomor telepon, dan alamat e-mailnya. Nama panggilan orang tua kandungnya pun ia tidak tahu. Lagipula, sudah 15 tahun berlalu. Pasti sudah banyak yang berubah dari StarLight Corp., termasuk orang-orang yang ada di dalamnya. Itu berarti, kemungkinan jika orang tuanya sudah tidak bekerja di sana dan digantikan oleh orang lain juga ada. Lalu, bagaimana ia bisa menemukan –atau paling tidak mendapatkan informasi tentang orang tua kandungnya di sana?

Virgo larut dalam pikirannya sendiri hingga tak memperhatikan sekelilingnya dan,

Bruk.

sial, sepertinya ia menabrak seseorang dari arah berlawanan. Saat kesadaran Virgo telah tertarik seutuhnya ke dunianya, ia melihat di jas anak itu sudah terdapat noda coklat, dan ada paper cup di tangan kanannya.

Baiklah. Otak cerdas Virgo tak butuh hitungan detik untuk menyimpulkan bahwa seragam anak itu ketumpahan minuman yang dipegangnya karena ia menabraknya.

"Maaf, maaf." Virgo refleks meminta maaf.

Namun sepertinya, urusan tidak akan berhenti hanya sampai di situ. Virgo sadar itu ketika permintaan maafnya justru dibalas dengan senyum seringai oleh anak itu, juga kedua orang yang berdiri di kanan dan kirinya.

[✓] ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang