"Jadi kamu nggak tau, Varleo ada di mana sekarang?"
"Nggak tau, Om. Tadi abis makan bareng saya di kafe sih udah langsung pergi naik taksi. Saya pikir udah pulang ke rumah."
Sebuah helaan nafas berat terdengar dari seberang telepon sana.
"Ya sudah. Makasih ya, Xiven."
"Iya, Om."
Sebenarnya, Xiven tidak enak hati untuk membohongi Fabian Cassandro, atasan sekaligus ayah dari teman dekatnya. Karena nyatanya, manusia yang dicari-cari oleh Fabian, Varleo Cassandro, ada di ruangan yang sama dengannya saat ini.
Soal naik taksi pun, itu hanya alibi karena nyatanya, Varleo sengaja tak membawa mobilnya sendiri dan meminta Xiven untuk menjadi supir pribadinya sejak berangkat ke kantor pagi tadi agar orang tuanya tak bisa melacak ke mana ia pergi. Termasuk ke tempat di mana mereka berada sekarang –Luminous Night.
Ya, Varleo dan Xiven kini tengah menikmati minuman memabukkan dan gulungan nikotin yang terbakar di ruangan VVIP klub malam khusus kalangan elite ini. Suara berisik musik disko yang dimainkan oleh disc jockey di luar sana tidak mungkin masuk ke ruangan ini, jadi Fabian Cassandro tidak akan curiga selama Varleo tidak bersuara.
Tapi menurut Xiven, sudah jelas jika Fabian kelimpungan mencari Varleo saat ini. Waktu sudah hampir menunjukkan pukul 12 dini hari, tapi Varleo justru kelayapan di tempat seperti ini padahal besok adalah hari pernikahannya –atau lebih tepatnya, beberapa jam lagi adalah waktu dimulainya acara pernikahan Varleo.
"Dicariin Bokap lo nih!"
"Biarin! Siapa suruh jodoh-jodohin gue! Sama ceweknya aja baru ketemu sekali! Main nikah-nikah aja. Gue masih pengen bebas!" ucap Varleo dengan mata yang sudah memerah, berair, bahkan kelopak matanya sudah setengah terpejam.
"Mulai besok gue udah nggak bebas ngapa-ngapain lagi! Biarin gue nikmatin hari terakhir kebebasan gue lah!"
"Terserah lo deh, ya. Gue pulang duluan. Lo jangan lupa pulang. Abis lo di tangan Bokap lo ntar kalo lo batal nikah!" ucapnya diikuti kekehan kecil, lalu meraih jas dan dasinya yang ia geletakkan di sandaran sofa, dan mulai melangkahkan kakinya ke luar.
"Bye! Sampai ketemu di acara pernikahan lo!" godanya di ambang pintu, dan dihadiahi oleh lemparan tutup botol oleh Varleo. Tapi sayang, Varleo kalah cepat. Xiven sudah terlebih dahulu menutup pintu ruangan itu, sehingga tutup botolnya malah beradu dengan pintu.
Varleo mendecak, lalu melanjutkan acara menyesap gulungan nikotin yang terbakar dan, menegak minuman memabukkan yang entah sudah berapa ratus mililiter yang mengalir ke tenggorokannya, dilihat dari banyaknya botol kosong yang tergeletak di atas meja.
Tapi, dengan dalih menikmati hari terakhir kebebasannya yang akan direnggut paksa oleh pernikahan yang tidak ia inginkan, Varleo masih terus-menerus menegak minuman memabukkan itu, hingga sudah tak terhitung berapa banyak pelayan yang keluar-masuk ruangan itu untuk mengantarkan pesanan alkoholnya.
*****
11 Desember 2003
"Lyra!"
Waktu menunjukkan pukul 12 lewat 27 menit dini hari kala Lyra mendengar namanya dipanggil.
Lyra menoleh, mendapati rekan kerjanya tengah melambaikan tangan ke arahnya dengan sebuah nampan di tangan yang lain, membuat Lyra spontan mendekatinya.
Ya, sejak sekitar empat setengah jam yang lalu setelah Lyra bertemu dengan Scorpio –pemilik Luminous Night, Lyra benar-benar resmi bekerja di klub malam ini. Dan ya, sesuai yang dijanjikan, Lyra hanya bekerja sebagai Pelayan di sini. Tapi, yang namanya menjadi Pelayan di tempat penuh dosa seperti ini, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti Lyra menjadi sasaran kegenitan para lelaki hidung belang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ESTRELLA
Ficção AdolescenteApa kalian pernah mendengar bahwa semakin gelap suatu ruang, maka cahaya sekecil apapun akan semakin terlihat? Virgo Celio Aquilary hanyalah sebuah bintang yang kecil nan redup. Di langit yang terdapat banyak bintang, cahayanya begitu tak berarti. N...