38th Star : Kaus Australis

3K 340 61
                                    

"Udah inget sama dosa kamu sekarang, Varleo Cassandro?" 

Varleo hanya bisa diam membeku di tempatnya berdiri sekarang.

Setelah hampir 16 tahun melarikan diri dari dosanya, Varleo tak menyangka bahwa hari ini, ia akan memetik buah busuk hasil dari dosa yang ia tanam belasan tahun yang lalu.

Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Ya, walaupun mungkin butuh waktu 16 tahun bagi bangkai itu untuk dapat tercium baunya.

"Masih mau ngelak? Nggak percaya kalo dia anak kamu?" cecar Libra sambil tersenyum sinis.

Libra lalu mengeluarkan amplop hasil tes DNA yang dilakukan oleh tangannya sendiri itu dari dalam tasnya, mendekati Varleo yang masih senantiasa terpaku di tempatnya, dan menyodorkan amplop dengan logo Rumah Sakit Andromeda itu ke arahnya.

"Baca ini." perintahnya dingin.

Mungkin, otak Varleo sedang tidak beputar pada porosnya dengan benar. Karena saat ini, Varleo seolah tak mampu menentang apapun yang keluar dari mulut wanita itu, dan benar-benar meraih amplop itu dari tangan Libra.

Varleo membuka amlop yang tutupnya tidak direkatkan itu, mengeluarkan kertas yang ada di dalamnya, membuka lipatan kertas itu, dan membaca rangkaian huruf-huruf yang tercetak di atasnya.

Dan Libra, hanya bisa tersenyum penuh kemenangan menyaksikan ketegangan yang terpancar di wajah Varleo saat ini.

"Kamu nggak lupa kan, kalo saya yang periksa sampel darah kamu tiap enam bulan sekali? Jadi saya rasa, saya nggak perlu jelasin dari mana saya bisa dapetin sampel buat tes DNA kamu."

Srak.

Tak sampai sedetik kemudian, Sevilla Centaury –Sevilla Cassandro tiba-tiba merebut kertas itu dari tangan Varleo. Ia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri, apakah yang dikatakan oleh manusia bernama Libra Kevrilla ini, benar adanya.

Sevilla terkekeh.

Karena geli sebab hidup ini tak ubahnya seperti sinetron.

Karena rasa marah dan kecewa terhadap suaminya yang tak bisa ia ungkapkan.

Sekaligus geli pada kebodohannya sendiri yang pernah memutuskan untuk mencoba mencintai Varleo Cassandro.

"Sevilla."

"Gila kamu, Mas!" hanya tiga kata itu yang mampu Sevilla ucapkan, dan sesudah itu, ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

Brak.

Sevilla menutup pintu kayu itu keras-keras, sekaligus menutupi presensinya dari pandangan manusia-manusia yang ada di situ hingga tak terlihat lagi.

"Sevilla, tunggu!"

Varleo mengikuti jejak Sevilla keluar dari ruangan itu. Namun kali ini, pintu kayu itu tak ditutup keras-keras oleh Varleo, melainkan dibiarkan terbuka.

Seluruh tamu undangan dan kru acara yang sudah cukup jengah dengan drama itu, satu per satu juga meninggalkan ruangan lewat pintu yang terbuka itu hingga kini, hanya tersisa 5 manusia di situ.

Dan sebentar lagi, hanya akan tersisa 4 karena Starlio Phoenix Cassandro terlihat mulai beranjak dari tempatnya berdiri.

Ya, Lio mulai melangkahkan kaki ke arah pintu untuk menyusul ayah dan ibunya ke luar. Tapi sebelum itu, ia berhenti sejenak di dekat Libra untuk menikam kedua netra wanita itu dengan tatapannya –yang penuh amarah dan kebencian, sebelum akhirnya kembali melangkahkan kakinya ke luar dan berhenti untuk yang kedua kalinya, di dekat Virgo Celio Aquilary.

Tatapan itu kembali.

Tatapan tajam menusuk yang dulu Lio berikan saat ia masih menganggap Virgo sebagai orang asing yang duduk bersebelahan dengannya di kelas itu, kembali.

[✓] ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang