49th Star : Hamal

3.7K 346 24
                                    

Apa yang Virgo dapati pertama kali setelah bangun dari tidurnya pagi ini serta-merta membuatnya mengernyit. Starlio Phoenix Cassandro terlihat duduk manis di atas sofa memainkan game di ponselnya, dan juga tidak mengenakan seragam sekolahnya.

Ia pun melirik ke arah jam dinding. Pukul 7 hanya tinggal beberapa menit lagi. Kenapa anak itu masih berada di sini?

Virgo menegakkan punggungnya ke posisi duduk, bermaksud untuk menginterogasi adiknya.

"Kamu nggak berangkat sekolah?"

Lio menghentikan acara bermain gamenya, meletakkan asal ponsel di tangannya ke atas sofa, lalu menatap kakaknya tanpa dosa.

"Bolos." jawabnya kelewat santai, membuat kernyitan Virgo semakin dalam.

Siapa yang mengajari Lio jadi murid nakal seperti ini?

"Kenapa bolos?"

Lio menghela nafasnya pelan, beranjak dari tempatnya duduk, melangkah mendekati bed Virgo, lalu mendudukkan dirinya di tepian bed.

"Abis ini kan, kita nggak ketemu lagi. Jadi aku mau ngabisin beberapa jam terakhir aku bareng Kak Virgo, sebelum Kakak pulang." jelasnya dengan sorot mata sendu dan bibir yang kemudian dikerucutkan.

Ah, tidak. Tidak hanya sendu. Mungkin sebentar lagi, Lio sudah akan menitikkan air mata.

Virgo jadi tidak tega –sekaligus gemas karena Lio saat ini terlihat seperti anak kecil yang tengah merajuk.

"Aku nggak pergi sampai 100 kilometer adekku sayaaaang." ucapnya gemas sembari tangan kirinya mengacak-acak surai di puncak kepala Lio saking gemasnya, sebelum kemudian menarik kembali tangannya.

"Kamu kan tinggal nyetir kurang lebih satu setengah jam kalau mau ketemu aku." nada bicara Virgo melembut seolah sedang memberi pengertian pada bocah taman kanak-kanak.

Tapi, Lio masih senantiasa mengerucutkan bibirnya.

Kini, giliran Virgo yang menghela nafas pelan. Mau bagaimana lagi. Kalau sudah begini, satu-satunya cara terbaik adalah, mengalah.

"Ya udah. Nggak papa kalau mau bolos sekali-sekali."

Benar saja. Kedua netra Lio seketika berbinar, dan senyumnya seketika merekah.

"Emangnya kita mau ngapain sebelum aku pulang?"

"Ke taman."

"Hah?"

"Ke taman deket rumah kontrakan Kakak ituuu." jawabnya sambil memajukan bibirnya dan memanjangkan penyebutan huruf 'U'-nya.

"Dulu kan Kak Virgo nyuekin aku waktu kita jalan-jalan ke sana! Jadi Kakak harus tanggung jawab!"

Virgo memejamkan mata, lalu memijat pelipis sebelah kirinya pelan.

Yang benar saja. Itu adalah persoalan berminggu-minggu yang lalu, tapi ngambek-nya Lio ternyata belum juga hilang.

Sungguh kekanak-kanakan sekali.

*****

"Kakak tunggu di sini dulu, ya?" ucap Lio tiba-tiba ketika raga mereka sudah seutuhnya keluar dari kamar rawat Virgo.

"Kamu mau ke mana?"

"Bentar aja, kok. Duduk sini dulu, ya?" katanya sembari membantu Virgo mendudukkan diri di kursi tunggu, juga meletakkan barang-barang yang akan mereka bawa pulang di sebelahnya.

"Tunggu bentar. Jangan kemana-mana." katanya lagi, lalu cepat-cepat meninggalkan tempat itu dengan setengah berlari.

Melihat punggung adiknya yang semakin menjauh, Virgo hanya tersenyum, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan tingkah laku adiknya.

[✓] ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang