4th Star : Arcturus

5K 521 22
                                    

"Lagipula, belum tentu anak dalam kandungan Anda itu anak saya, kan? Anda lupa? Anda itu perempuan jalang!" 

"Saya memang perempuan jalang. Tapi saya nggak pernah bersetubuh dengan laki-laki mana pun kecuali Anda!"

"Ya kalo gitu, gugurin aja anak itu! Gampang, kan? Jadi hidup saya maupun Anda akan baik-baik saja seperti sebelum ada anak itu. Ya, kan?"

*****

Hari ke-2 sekolah, Virgo sudah sampai di kelas lebih dahulu daripada Lio. Ingat, Lio hanya datang lebih pagi di hari pertama demi menghindari per-desak-an di depan papan pengumuman saat melihat pembagian kelas. Hari selanjutnya? Jangan harap Lio akan datang sebelum jam 6 lewat 50 menit.

Virgo secara cepat dan bergantian mengetuk-ngetukkan keempat jari selain ibu jarinya ke meja. Ia bosan –dan juga, gugup. Bosan menunggu Lio yang tak kunjung datang, dan juga gugup karena mungkin apa yang akan ia bahas dengan Lio nanti akan berujung pada baku mulut dan memperburuk hubungan mereka yang... ya, sebenarnya mereka belum bisa dikatakan punya hubungan yang lebih dari orang asing yang kebetulan duduk bersebelahan di kelas. Tapi intinya, Virgo hanya tak ingin baku mulut dengan Lio, itu saja.

Jam 6 lewat 51 menit, setelah 18 menit menunggu, manusia yang dinanti oleh Virgo akhinya datang juga. Tanpa kata, Lio duduk di bangkunya, dan tak lupa membuang wajahnya ke luar jendela.

"Lio?"

Seperti biasa, tak ada sahutan dari orang itu.

"Kamu kemaren balapan?"

Pertanyaan barusan sedikit memantik reaksi Lio. Virgo berhasil memancing Lio melirik ke arahnya sejenak. Namun lagi-lagi, manik matanya kembali tertuju ke luar jendela.

"Lio?"

"Starlio?"

"Starlio Phoenix Cassandro?"

"Apa sih?!"

Virgo terperanjat. Tunggu. Apa Lio baru saja menjawab panggilannya tadi? Dan ini untuk pertama kalinya, Lio benar-benar menatapnya –walaupun dengan tatapan bak ingin melenyapkan Virgo dari bumi, dan iris mereka berdua benar-benar bertemu.

Oh, sungguh. Ini sebuah kemajuan yang patut dirayakan.

Virgo berdehem.

"Kalo ada orang tanya tuh dijawab. Bener kemaren kamu balapan?"

"Kalo iya emang kenapa?" jawab Lio ketus. Emosinya sudah tersulut sejak Virgo memanggilnya tiga kali dengan nama panggilan, nama depan, dan nama lengkap tadi.

"Bahaya, Lio. Orang yang naik motornya pelan-pelan aja bisa kecelakaan, apalagi kebut-kebutan."

Lio hanya diam dan menghadiahi Virgo tatapan bak ingin menelannya hidup-hidup. Beberapa detik, sebelum kemudian mendengus kesal dan kembali memalingkan wajahnya ke luar jendela. Virgo heran, sebenarnya ada apa di luar jendela hingga Lio lebih memilih untuk menatapnya dibanding menatap wajah Virgo. Padahal kalau Virgo pikir-pikir, wajahnya ini tak kalah tampan dari para anggota boyband Korea.

Baiklah. Abaikan kepercayaan diri Virgo yang setinggi Burj Khalifa ini.

Setelah itu, tak ada lagi di antara mereka yang bersuara.

*****

Bel istirahat pertama berbunyi. Saatnya Virgo mencoba peruntungannya lagi untuk mengajak Lio ke kantin. Ya, mentang-mentang tadi pagi Lio sudah mulai memberikan respon.

"Lio, ke kantin yuk."

Namun sepertinya, keberuntungan Virgo sudah habis. Lagi-lagi, ia diabaikan.

"Lio?"

[✓] ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang