"Kamu gila Varleo! Kamu akan nikah beberapa jam lagi! Ini malah pergi ke klub malam sampai subuh! Pulang-pulang bau alkohol, bau rokok... dimana otak kamu?!"
"Salah Papa juga! Aku stress, Pa! Aku udah bilang aku nggak mau dijodohin! Udahlah! Yang penting aku udah pulang, kan? Jadi perjodohan aku dengan anaknya Pak Dirata bakal tetep jalan. Yang penting aku nggak mempermalukan Papa."
"Oke. Papa nggak akan bahas ini lagi. Sekarang cepet kamu mandi dan siap-siap. Mobil pengantin sebentar lagi dateng. Kamu harus siap jemput Sevilla 2 jam lagi."
*****
"Kamu ati-ati disana. Sekolah yang bener, bikin PR yang rajin, datengnya jangan sampai telat. Pinter-pinter jaga kesehatan dan bagi waktu karena kamu harus kerja sambilan juga. Jangan terlalu diforsir kerjanya..."
Wanita yang usianya akan menginjak kepala lima itu melontarkan nasihat-nasihatnya kepada seorang remaja yang tengah memasukkan barang-barangnya ke dalam sebuah tas punggung dan sebuah koper berukuran cukup besar.
"Iya, Bunda. Bunda juga jaga kesehatan, ya? Kalo Bunda sakit, anak-anak siapa dong yang ngurus?"
Wanita itu mengusap lembut surai dan pipi anak yang sudah ia asuh di panti asuhan selama hampir 15 tahun itu.
"Bunda pasti jaga kesehatan, kok."
Anak itu tersenyum, lalu memeluk wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya itu.
"Nggak bisa main sama Mas Virgo lagi, dong!"
"Iya nih, Mas Virgo nggak asik! Masa kita ditinggal?"
"Nanti kalo kangen sama Mas Virgo gimana?"
Beberapa anak yang lebih muda darinya tiba-tiba muncul di depan pintu kamarnya yang terbuka dan mulai berceletuk, seolah memprotes keputusan anak itu untuk pergi.
"Aku pasti bakal sering-sering telpon kesini, kok. Soalnya aku juga pasti kangen sama kalian. Yang penting, kalian doain biar sekolahku lancar. Kalian juga jangan bandel, ya? Harus nurut sama Bunda."
Setelah hampir 15 tahun tinggal bersama Bunda dan saudara-saudaranya di panti asuhan, tentu tak mudah bagi Virgo Celio Aquilary untuk berpisah dari mereka. Tapi, ia sudah memutuskan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya. Beasiswa penuh di SMA Star Constella, salah satu sekolah swasta paling bergengsi di Jakarta, ditawarkan kepadanya berkat nilai sempurna yang ia dapatkan di Ujian Nasional tingkat SMP. Tentu ia tidak akan membuang kesempatan ini begitu saja.
"Udah, udah. Kita sarapan dulu, yuk? Sebelum Mas Virgo berangkat. Kalian ke ruang makan duluan, nanti Bunda sama Mas Virgo nyusul." perintah Bunda.
Anak-anak itu menurut, lalu bergegas ke ruang makan, meninggalkan Bunda dan Virgo kembali berdua saja di dalam kamar.
"Virgo, ada yang Bunda mau omongin ke kamu sebelum kamu pergi."
Suasana mendadak tegang, sejalan dengan raut wajah Bunda yang berubah serius. Bunda lalu menyodorkan selembar kartu nama pada Virgo.
"Ini... apa Bunda?"
"Bunda liat ada kartu nama itu waktu Bunda nemuin kamu di depan panti. Mungkin sengaja ditinggal sama orang tua kandung kamu. Bisa jadi, itu kantor tempat orang tua kandung kamu kerja."
Virgo tak merespon. Ia hanya terdiam mengamati tulisan-tulisan yang tercetak di kartu nama itu. Orang tua kandung. Bagi Virgo, orang tua kandung hanyalah sosok yang tega meninggalkannya di panti asuhan dan menelantarkannya selama hampir 15 tahun.
"Alamatnya ada di Jakarta. Ya walaupun cuma alamat kantor, tapi siapa tau kamu bisa ketemu orang tua kandung kamu."
Virgo mendesah pelan, lalu menyimpan kartu nama itu di saku celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ESTRELLA
Fiksi RemajaApa kalian pernah mendengar bahwa semakin gelap suatu ruang, maka cahaya sekecil apapun akan semakin terlihat? Virgo Celio Aquilary hanyalah sebuah bintang yang kecil nan redup. Di langit yang terdapat banyak bintang, cahayanya begitu tak berarti. N...