Mari kita biarkan Virgo bahagia di hari ulang tahunnya🤭🤭
Hope you enjoy!
*****
"Kamu mau ke mana, Lio?"
Varleo dan Sevilla yang tengah duduk santai di sofa ruang tamu, dikejutkan dengan Lio yang berpakaian casual cukup rapi saat waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam.
"Mau keluar bentar, Pah. Bentar aja kok. Dah Papa! Dah Mama!" pamitnya, lalu bergegas keluar dari rumahnya dengan setengah berlari.
"Eh! Lio!" Sevilla mencoba menarik atensi Lio untuk menanyai anak itu sekali lagi, tapi pekikan Sevilla sepertinya sudah berada di luar jangkauan telinga Lio.
"Mas..."
"Ya?"
"Anak kamu... nggak berniat nongkrong-nongkrong nggak jelas lagi kayak dulu, kan?"
*****
Lio mulai melajukan mobilnya membelah suasana malam kota Jakarta. Pagi tadi, ia sudah bilang untuk menjemput Virgo di tempat kerjanya malam ini. Jadi ia harus menepati kata-katanya. Tapi sebelum itu, Lio menghentikan mobilnya di suatu tempat, kemudian masuk ke dalamnya –sebuah toko roti.
"Mbak, kue tart yang ini satu, ya?" ujar Lio sembari menunjuk sebuah kue ulang tahun dengan diameter 16cm yang didominasi krim warna putih.
"Mau ditulisin ucapan, Mas?" tanya pegawai toko roti itu setelah mengeluarkan kue tart yang diminta dari display chiller.
"Nggak usah, kasih lilin aja. 15 biji ya, Mbak?"
Selesai dengan urusan di toko roti, Lio meletakkan paper bag berisi kue tart itu di jok belakang, lalu segera mendudukkan diri di jok pengemudi dan kembali melajukan mobilnya, kali ini ke Toko Buku Pustaka Raya.
*****
"Loh? Kok belok sini? Kita mau ke mana?"
Virgo yang kini sudah duduk manis di jok penumpang di samping Lio, bingung karena arah yang Lio tuju bukanlah arah ke rumah kontrakannya.
"Gue mau ajak lo ke suatu tempat. Agak jauh sih, jadi kalo lo mau tidur dulu juga nggak papa."
"Sejauh apa?"
"Dua jam perjalanan, kurang lebih."
Mulut Virgo menganga tanpa disadari. Jika Lio biasa mengemudi dengan kecepatan 60km/jam, berarti 2 jam perjalanan setara dengan 120km, dan itu lebih jauh dari jarak rumah kontrakannya ke Panti Asuhan Cahaya Hati.
"Makanya, mending lo tidur dulu aja. Lo pasti capek, kan? Ntar kalo udah sampai gue bangunin."
Virgo memajukan bibinya dan mengangguk-angguk patuh, lalu menyamankan posisi duduknya dan mulai memejamkan mata. Lio benar, ia memang lelah.
Dan benar saja. Kira-kira 2 jam kemudian, Virgo merasakan pipi kanannya ditepuk-tepuk.
"Bangun, Vir! Udah nyampe!"
Virgo mengerjap-ngerjapkan kelopak matanya, lalu mengamat-amati sekelilingnya setelah matanya terbuka sempurna. Tapi pengamatannya percuma, karena segala sesuatu yang tertangkap indra penglihatannya benar-benar asing.
"Ini di mana?"
"Ayo turun. Entar juga lo tau."
Virgo menurut, lalu turun dari mobil dan mengikuti langkah Lio yang tangan kanannya terlihat menenteng sebuah paper bag yang Virgo tak tahu apa isinya. Setelah belasan langkah dilalui, sebuah bangunan berkubah tertangkap oleh netra Virgo. Namun, Virgo tetap diam, memilih untuk tak mengeluarkan sepatah kata pun. Langkah dua manusia itu masih terus berlanjut, hingga akhirnya mereka memasuki bangunan berkubah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ESTRELLA
Fiksi RemajaApa kalian pernah mendengar bahwa semakin gelap suatu ruang, maka cahaya sekecil apapun akan semakin terlihat? Virgo Celio Aquilary hanyalah sebuah bintang yang kecil nan redup. Di langit yang terdapat banyak bintang, cahayanya begitu tak berarti. N...