34th Star : Dubhe

2.5K 236 8
                                    

Dua jam setelah Lyra meninggalkan tempat itu, kesadaran Varleo mulai kembali. Kelopak matanya mengerjap-ngerjap, dan perlahan terbuka. Kepalanya terasa benar-benar sakit karena terlalu banyak menegak alkohol, dan ia masih belum menyadari mengapa kulit bagian belakang tubuhnya dari tengkuk hingga tumit terasa sangat dingin. Jelas saja, pendingin di ruangan ini menyala sejak berjam-jam yang lalu, dan kulitnya menyentuh lantai tanpa sekat sehelai kain pun.

Setelah sakit kepalanya mereda, Varleo mulai menegakkan punggungnya ke posisi duduk.

"Astaga!" pekiknya pelan kala menyadari bahwa tubuhnya tak tertutup sehelai kain pun. Dengan jantung yang berdegup kencang dan nafas yang memburu karena terkejut, Varleo mengamati sekelilingnya.

Pakaian kantoran, dasi, sabuk, dan pakaian dalamnya sendiri yang tergeletak di lantai, baju yang ia yakini baju seragam pelayan di sini yang sudah koyak, bekas cairan tumpah yang sudah mengering di lantai, serta pakaian dalam wanita bagian bawah. Gila! Apa yang terjadi setelah ia ditinggal pulang oleh Xiven tadi?

Ingatan-ingatan tentang apa yang terjadi sekitar tiga jam yang lalu samar-samar terbersit di kepalanya.

"Mampus gue!" umpatnya pada diri sendiri, menyadari apa yang sudah ia lakukan dalam keadaan mabuk. 

Varleo cepat-cepat berdiri dan memakai kembali pakaian dalam serta pakaian kantorannya, mengenakan dasi dan sabuknya kembali, membuang seragam pelayan yang koyak serta pakaian dalam wanita itu ke tempat sampah, lalu menghampiri sandaran sofa, bermaksud untuk mengambil jasnya. Tapi ternyata, jasnya menghilang. Pasti wanita itu yang sudah mengambilnya, berhubung baju seragamnya sudah tak bisa menutupi tubuhnya lagi.

Pria itu kemudian memeriksa jarum di jam tangannya. Sudah lebih dari jam setengah empat pagi. Ia harus segera pulang, atau yang dikatakan Xiven tentang 'habis di tangan ayahnya jika sampai batal menikah' akan benar-benar menjadi kenyataan.

Varleo cepat-cepat keluar dari ruangan itu dan turun ke lantai 1, membayar semua tagihan sewa ruangan serta minuman beralkoholnya di kasir dan keluar dari klub malam itu, menghampiri taksi yang mangkal di dekat situ dan masuk ke dalamnya, lalu segera melaju ke rumahnya.

*****

"Kamu gila Varleo! Kamu akan nikah beberapa jam lagi! Ini malah pergi ke klub malam sampai subuh! Pulang-pulang bau alkohol, bau rokok... dimana otak kamu?!"

Sesuai dugaan Varleo, sesampainya di rumah, ia pasti akan disambut oleh amukan dari ayahnya, Fabian Cassandro setelah ia mengaku ke mana ia pergi hingga subuh begini.

"Salah Papa juga! Aku stress, Pa! Aku udah bilang aku nggak mau dijodohin! Udahlah! Yang penting aku udah pulang, kan? Jadi perjodohan aku dengan anaknya Pak Dirata bakal tetep jalan. Yang penting aku nggak mempermalukan Papa." balasnya dengan nada tak kalah tinggi.

Yang benar saja, ayahnya sudah seenaknya saja memaksanya untuk menikah dengan perempuan yang bahkan tidak ia kenal, lalu sekarang, pria tua ini juga seenaknya saja memaki-makinya? Varleo tak sudi diperlakukan seenaknya seperti itu.

"Bagus kalau kamu masih mau nurut sama Papa. Karena kalau kamu sampai nggak jadi nikah sama Sevilla, Papa bener-bener nggak akan mewariskan StarLight Corp. ke kamu."

Varleo memutar bola matanya malas. Sungguh, ia sudah muak mendengar ancaman itu. Tapi ia tahu, ayahnya adalah manusia yang tidak pernah main-main dengan kata-katanya. Jadi, Varleo benar-benar tidak ada pilihan lain selain menurut, walaupun jauh di dalam hatinya ia ingin sekali berontak.

"Oke. Papa nggak akan bahas ini lagi. Sekarang cepet kamu mandi dan siap-siap. Mobil pengantin sebentar lagi dateng. Kamu harus siap jemput Sevilla 2 jam lagi."

[✓] ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang