Hari Sabtu, hari dimana Virgo harus bekerja dari pagi hingga sore hari, dan hari dimana Lio tidak akan bangun sebelum matahari meninggi.
Benar saja, saat Virgo sudah sibuk dengan tumpukan buku-buku di tempat kerjanya sejak kira-kira dua setengah jam yang lalu, Lio baru saja menunjukkan tanda-tanda akan kembali dari alam mimpinya.
"Setengah dua belas...?" ucapnya membaca waktu yang ditunjukkan oleh jarum jam dinding di kamarnya, lalu menghembuskan nafasnya kasar.
Ia kesal. Niatnya gagal.
Padahal kemarin, ia sudah berniat untuk bangun sebelum jam 7 pagi agar bisa sarapan berdua dengan Virgo di rumah kontrakannya sebelum orang itu pergi bekerja, dan sekaligus mengantarnya juga ke tempat kerja. Tapi nyatanya, yang disebut 'kebiasaan' memang tak semudah itu untuk diubah, walaupun di hati sudah ada niat.
Tapi tak apalah. Masih ada kesempatan untuk makan siang berdua, kan?
Untuk itu, Lio tak mau membuang-buang waktu lagi dan bergegas membasuh diri, bersiap untuk menemui Virgo di tempat kerjanya.
Sesampainya di tempat yang dituju, mata Lio segera menelisik ke seluruh penjuru toko buku demi menemukan presensi manusia yang dicarinya. Seutas senyum mengembang di bibir Lio saat netranya menangkap sosok Virgo di salah satu section, tengah membawa setumpuk buku di tangan yang tingginya melebihi puncak kepala Virgo sendiri hingga menghalangi pandangannya.
Tapi senyumnya seketika luntur saat,
Bruk.
ia melihat Virgo tiba-tiba terjatuh, beserta dengan tumpukan buku di tangannya.
Tanpa babibu lagi, Lio segera berlari mendekat, tanpa ia tahu bahwa ada manusia yang presensinya tertutupi rak buku yang sengaja duduk di lantai dengan menyelonjorkan salah satu kakinya agar Virgo terjatuh.
*****
"Yang namanya sampah, mau ditaroh di manapun juga ya tetep sampah. Nggak guna. Kerja aja nggak becus."
Ya, itu Oxi. Seseorang yang dengan tanpa dosanya duduk di lantai dan menyelonjorkan salah satu kakinya demi menjegal langkah Virgo hingga jatuh tersungkur dan buku-buku yang dibawanya berhamburan di lantai, itu Oxi pelakunya.
Dan sekali ini lagi, Virgo tak ingin membuang-buang waktu dan tenaganya untuk meladeni manusia yang sedikit tidak waras ini. Tanpa kata, ia segera mengubah posisi tiarapnya ke posisi berlutut untuk membereskan kekacauan yang disebabkan Oxi.
Tapi tentu saja, kegilaan Oxi tak mungkin berhenti hanya sampai di situ. Ia menegakkan diri dan memposisikan dirinya di hadapan Virgo yang masih setia memunguti buku-buku yang berjatuhan, lalu dengan santainya menginjak buku di tangan Virgo yang belum sempat ia tarik dari lantai.
"Ups, keinjek. Sorry, gue nggak sengaja." ejeknya sambil terus menginjak-injak buku-buku yang masih berserakan, dan baru berhenti sesaat setelah merasakan rematan kuat di pundak kirinya.
"Bisa nggak, nggak usah gangguin orang kerja? Nggak cukup kamu gangguin dia di sekolah kemaren?"
Oxi menoleh untuk melihat siapa yang berani mengganggu kesenangannya kali ini, walaupun ya... ia sebenarnya sudah tahu. Ia hanya terkekeh sinis ketika lagi-lagi mendapati sepupunya tengah melindungi manusia yang ia sebut sampah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ESTRELLA
Teen FictionApa kalian pernah mendengar bahwa semakin gelap suatu ruang, maka cahaya sekecil apapun akan semakin terlihat? Virgo Celio Aquilary hanyalah sebuah bintang yang kecil nan redup. Di langit yang terdapat banyak bintang, cahayanya begitu tak berarti. N...