"Emangnya lo kerja sampai jam segini?" nada bertanya Lio masih saja terdengar ketus.
"Ya nggak. Tapi kemaren, dan kemarennya lagi juga sih, aku nggak sengaja liat kamu waktu pulang kerja. Ya udah, jadinya aku berdiri di seberang ngeliatin kamu. Kemaren waktu kamu balapan, aku ngeliatin dari kamu mulai sampai selesai. Kalau tadi, aku ngeliatin kamu dari baru dateng sampai selesai nongkrong."
Mata Lio kembali terbelalak.
"Lo berdiri tiga setengah jam tadi?"
Virgo mengangguk polos.
"Ya. Kurang lebih."
Lio menepuk dahinya dengan telapak tangannya, kemudian tangannya ia geser ke kepala untuk meremas surainya. Sungguh, ia tak pernah tahu ada manusia segila Virgo di dunia ini.
"Ya udah, silahkan nyetir kalo mau pulang. Tapi kamu yakin nggak papa kan?"
"Ya kalo gitu lo turun!"
Virgo menggeleng.
"Aku akan tetep ikut. Aku harus pastiin kamu sampai rumah dengan selamat. Atau, kalau kemungkinan terburuknya kamu celaka, aku harus pastiin aku celaka bareng kamu."
Lio menghela nafasnya kasar. Sekarang ia benar-benar yakin bahwa manusia di sebelahnya ini gila. Tidak mungkin ada manusia yang ingin menanggung penderitaan yang sama kecuali jika akal sehatnya sudah tidak berfungsi, bukan?
"Terserah lo deh."
Lio menyalakan mesin mobilnya, lalu mulai melajukannya kembali ke rumah. Setelah kurang lebih 10 menit mengemudi, mereka sampai di depan gerbang rumah Lio.
"Udah nyampe depan rumah gue nih! Lo puas? Gue udah selamet, kan?"
Virgo tersenyum dan mengangguk.
"Ya udah, nanti sebelum tidur, jangan lupa minum air putih lagi yang banyak. Atau kalo perlu, minum jus buah, biar pas bangun tidur bisa seger lagi. Aku pulang dulu kalo gitu."
Virgo lalu turun dari mobil Lio, dan mulai melangkah pulang ke rumah kontrakannya. Tanpa Virgo tahu, Lio mengamatinya dari kaca spion.
"Dia bela-belain jalan kaki dini hari gini cuma buat mastiin gue selamet sampai rumah?"
Lio terdiam sejenak. Matanya masih mengamati punggung Virgo yang semakin menjauh hingga tak terlihat lagi.
"Lo emang beneran gila."
*****
"Siapa? Leon lagi?"
"Bukan. Bukan anak Black Crescent. Lo inget geng Sextans kan? Mereka yang nantangin."
"Oh... yang dulu pernah lo kalahin itu? Oke, gue terima. Sama lo aja kalah, apalagi sama gue."
"Jangan sombong, Lio. Kemaren bukan leadernya yang turun langsung. Sekarang, leadernya sendiri yang nantangin lo."
"Gue nggak takut, Ar. Bilang sama dia, gue terima tantangannya!"
"Ya udah. Kalo lo emang penasaran, race-nya besok malem. Lo siap-siap aja."
*****
Virgo terlihat membenamkan wajah di lipatan tangannya di atas meja pagi ini. Dan tak seperti hari sebelumnya saat Lio datang, Virgo hanya diam kali ini –tak menggubris, tak menyapa, dan sama sekali tak mengganti posisi. Bukan karena ia marah, tapi karena ia lelah dan kakinya serasa mau patah.
Apalagi kalau bukan akibat kegilaannya yang berdiri hampir tiga setengah jam mengamati Lio, ditambah berjalan kaki kira-kira 90 menit dari rumah Lio ke rumah kontrakannya, belum lagi ditambah lelahnya sehabis bekerja, dan oh ya, satu lagi, tentu saja ia kurang tidur karena baru sampai di rumah jam 2 lewat 39 menit dini hari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ESTRELLA
Teen FictionApa kalian pernah mendengar bahwa semakin gelap suatu ruang, maka cahaya sekecil apapun akan semakin terlihat? Virgo Celio Aquilary hanyalah sebuah bintang yang kecil nan redup. Di langit yang terdapat banyak bintang, cahayanya begitu tak berarti. N...