3rd Star : Alpha Centauri αβ

6.8K 624 66
                                    

"Mana yang katanya nantangin gue? Belom dateng?" tanya Lio seraya menyesap gulungan tembakau yang terbakar di bibirnya.

"Lagi nyiapin mental kali. Grogi mau ngadepin Lio. Tapi ya... paling juga kalah lagi."

Celetukan Aries Kevrano Graferdi –teman satu geng Lio, disambut gelak tawa oleh belasan orang anggota geng Red Knights yang ada disitu. Lio pun terkekeh, tanpa menyadari ada yang mengawasinya dari kejauhan sedari tadi.

Ya, Virgo masih tetap di sana. Matanya masih senantiasa mengunci setiap gerak-gerik Lio.

"Tuh mereka dateng!"

Gerombolan lain terlihat datang mendekat ke arah Lio dan teman-temannya berkumpul, dan kemudian berhenti setelah dirasa jarak antara kedua kubu itu sudah cukup dekat. Seseorang yang ada di paling depan –ketua dari geng bernama Black Crescent itu tentunya, mencopot helmnya dan memperlihatkan senyumnya. Senyum angkuh yang seolah ingin menunjukkan bahwa dirinya –Carleon Derick Fracheti atau Leon, adalah yang paling berkuasa di situ.

"Hai... Lio." sapanya sok ramah. Lio mendecih.

"Nggak usah basa-basi. Berapa lap?"

"Nggak perlu banyak-banyak..."

Pemuda itu kemudian menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya.

"Gue rasa, tiga cukup."

"Okay." balas Lio singkat dengan senyum yang tak kalah angkuh, kemudian bergegas memakai helm dan bersiap di atas motornya.

Kedua pemuda itu sudah mulai menarik-narik tuas gas di motor masing-masing, menimbulkan bunyi bising yang memekakkan telinga. Sorakan dari anggota kedua geng pun semakin terdengar riuh, menyemangati rekan mereka yang akan beradu di atas aspal. Seorang pemudi dengan kaus merah lengan pendek dan celana jins hot pants sudah terlihat siap dengan benderanya di depan mereka.

"Ready..."

"Set..."

"Go!"

Bendera pun terangkat. Kedua kuda besi itu mulai berpacu membelah jalan dengan kecepatan tinggi. Aksi salip-menyalip antara kedua 'pembalap' itu terjadi cukup sengit. Di putaran terakhir, Lio melesat jauh meninggalkan sang lawan di belakangnya. Leon jelas tak mau kalah. Ia menarik tuas gasnya lebih kuat dari sebelumnya, mencoba menambah kecepatan dan memperkecil ketertinggalan. Namun, sebelum sempat memangkas jarak dengan Lio, Lio juga melakukan hal yang sama. Ia menarik kuat-kuat tuas gasnya, seolah tak mengizinkan Leon untuk mempersempit jarak. Adu kecepatan kali ini pun dimenangkan oleh Lio yang sampai terlebih dahulu di garis finish.

"Emang gila temen gue." puji Aries sambil melayangkan high five yang disambut oleh Lio.

Beberapa detik kemudian, Leon tiba di garis finish, menghentikan laju motornya, dan mencopot helmnya. Ekspresi kekesalan begitu kentara di wajah Leon. Manik mata dua orang yang baru saja berusaha saling mengalahkan itu pun bertemu. Terlihat jelas dari tatapan Lio bahwa ia sedang memandang rendah lawan yang baru saja dikalahkannya itu.

"Ar, berapa janjinya?" tanya Lio tanpa mengalihkan sedikitpun tatapannya dari Leon.

"15 million."

Leon mendecih, kemudian merogoh saku jaket bagian dalamnya dan mengeluarkan sebuah amplop berwarna coklat yang cukup tebal. Biar bagaimana pun, Leon bukanlah pecundang yang akan lari dari konsekuensi akibat kekalahannya. Lio yang melihatnya menyeringai.

"Urus Ar." perintahnya pada Aries.

Sungguh, selama ini Lio tidak pernah ikut menikmati uang hasil kemenangannya di arena balap. Anak dari CEO sekaligus pemegang saham tertinggi di salah satu perusahaan terbesar di Jakarta tentu sama sekali tak butuh uang dari hasil adu kecepatan itu. Ia hanya ingin kesenangan, itu saja.

[✓] ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang