"Tapi lo nggak punya hak buat misahin gue sama Kak Virgo! Dia Kakak gue, Viano!"
"TAPI AKU YANG JAGAIN DIA SELAMA 15 TAHUN!"
Nafas Viano terengah. Sungguh, berbicara dengan manusia keras kepala dan tak tahu diri seperti Lio benar-benar menguras habis kesabarannya.
Setelah segala sesuatu yang ia lakukan pada Virgo, manusia ini masih dengan tidak tahu malunya menginginkan Virgo tetap berada di dekatnya. Untuk apa? Untuk memberikan Virgo lebih banyak luka?
"Dua kali, Lio. Dua kali aku liat Virgo hampir mati! Kamu pikir aku nggak sakit ngeliat saudara yang aku jaga mati-matian selama 15 tahun sekarat kayak gini?!"
"Dengan keluarga pasien?"
Dokter berjas putih yang tiba-tiba keluar dari ruangan UGD menyela baku mulut antara dua manusia itu.
"Ya, Dok?" jawab mereka serempak.
"Pasien kehilangan banyak darah--"
"Ambil darah saya aja, Dok. Golongan darah saya B+." sela Lio cepat.
Oh, ayolah. Lio tak butuh penjelasan panjang lebar yang menyita banyak waktu saat nyawa Virgo tengah dipertaruhkan di sini.
"Baik. Kalau begitu, saudara ikut kami untuk pemeriksaan."
Lio mengangguk, lalu mengikuti tenaga medis yang tadi keluar bersama Dokter itu untuk melakukan pemeriksaan.
Setelah darahnya dinyatakan layak untuk didonorkan, Lio terdiam, mengamati cairan merah yang mengalir keluar dari tubuhnya dan masuk ke kantung darah –seakan berpesan pada darahnya yang mengalir ke sana.
'Tolong bilang sama Kak Virgo, gue tarik kembali kata-kata gue waktu itu. Gue nggak mau dia pergi. Bilang sama Kak Virgo, dia nggak boleh pergi.'
*****
Setelah proses pengambilan darah selesai, Lio tak kembali lagi ke depan ruangan UGD.
Biarlah. Untuk saat ini, ia biarkan Viano yang menjaga Virgo. Masih ada satu dan lain hal yang harus ia lakukan.
Hal pertama yang ia lakukan adalah, menuju ke bagian administrasi rumah sakit. Dan yang kedua, menuju ke parkiran rumah sakit untuk menghampiri mobilnya, dan melajukannya ke suatu tempat.
Sementara itu di belahan bumi yang lain, Viano masih belum bisa menghirup oksigen dengan tenang di depan ruangan UGD. Pasalnya, Dokter yang menangani Virgo belum juga kembali memunculkan batang hidungnya untuk yang kedua kalinya.
Beberapa saat kemudian, penantian Viano akhirnya terjawab. Dokter berjas putih tadi kembali keluar dari ruangan UGD.
"Pasien sudah berhasil melewati masa kritis dan bisa segera dipindahkan ke ruang perawatan."
Helaan nafas lega akhirnya keluar dari mulut Viano.
"Baik. Kalau begitu, saya permisi dulu."
"Makasih, Dok."
Sepeninggalnya Dokter itu, Viano mendudukkan diri di kursi tunggu, meraup oksigen sebanyak-banyaknya demi menetralkan detak jantungnya.
Tak lama sesudahnya, beberapa Perawat keluar dari ruangan UGD, menggeret brankar dengan Virgo yang terbaring di atasnya. Sepertinya, Virgo akan dipindahkan ke ruang perawatan.
"Loh, Sus? Nggak salah saudara saya dipindahin ke sini?"
Viano yang sedari tadi mengikuti jejak langkah para Perawat itu, dibuat bingung karena ruangan yang mereka masuki saat ini adalah kamar rawat VIP.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] ESTRELLA
Teen FictionApa kalian pernah mendengar bahwa semakin gelap suatu ruang, maka cahaya sekecil apapun akan semakin terlihat? Virgo Celio Aquilary hanyalah sebuah bintang yang kecil nan redup. Di langit yang terdapat banyak bintang, cahayanya begitu tak berarti. N...