15th Star : Antares

3.8K 451 37
                                    

"Kamu bener-bener nggak ada yang mau dilakuin selain ngikutin aku hari ini, ya?" tanya Virgo penuh keheranan.

Bagaimana tidak, setelah menjemputnya di sekolah dan mengantarnya berangkat ke tempat kerja di siang menjelang sore tadi, Virgo mendapati mobil Lio ada di area parkir Toko Buku Pustaka Raya saat pulang kerja dan pemiliknya terlihat bersandar di badan mobil dengan santainya.

Dan kini, dua manusia itu sedang dalam perjalanan dari toko buku ke rumah kontrakan Virgo.

"Ya anggep aja gue mau jadi pengawal pribadi lo hari ini, kalo perlu tiap hari juga nggak papa." jawab Lio santai.

"It's better than nongkrong-nongkrong nggak jelas sampai dini hari, kan?" lanjutnya.

"Iya, sih. But it's much better kalo waktunya kamu pakai buat kebaikan kamu sendiri. Belajar di rumah buat ngejar ketinggalan materi selama kamu nggak masuk atau banyakin istirahat biar kamu cepet pulih, mungkin?"

"Nggak usah lo kasih tau juga gue udah ngelakuin itu. Lo pikir selama 6 jam lo kerja gue ngapain? Nungguin lo di parkiran?"

Bibir Virgo membentuk huruf 'O' tanpa suara, lalu mengangguk-angguk paham dan tersenyum.

"Tapi biar gimana pun... makasih ya, Lio. Aku nyusahin kamu banget hari ini."

"Nyusahin apa, sih. Lo kan nggak pernah minta gue ngelakuin ini. Ini kemauan gue sendiri, soalnya gue bosen banget di rumah."

'Dan gue pengen sering-sering ada di deket lo.'

Kurang dari satu setengah menit perjalanan kemudian, tiba-tiba Lio menghentikan mobilnya –tepat di titik di mana Virgo biasa berdiri berjam-jam untuk menunggu Lio pulang dari acara bersenang-senangnya bersama para anggota Red Knights.

Lio menatap ke seberang melalui jendela mobilnya yang ia biarkan tetap tertutup dan terdiam, memandangi teman-teman –atau bisa dibilang mantan teman-temannya yang terlihat bahagia di seberang sana tanpa dirinya.

Virgo pun turut diam, tak ingin mengganggu manusia di sebelahnya yang ia tahu tengah bergelut dengan pikirannya sendiri itu.

"Ternyata gue emang nggak seberarti itu buat mereka." ucap Lio yang pada akhirnya memecah keterdiaman yang ia ciptakan sendiri.

"Liat aja, mereka masih bisa seneng-seneng dan ketawa-tawa tanpa gue, seolah-olah gue ada atau nggak, nggak ada pengaruhnya buat mereka."

Virgo tersenyum, lalu menggerakkan tangan kanannya untuk mengusap lembut surai di puncak kepala Lio, membuat yang empunya surai pun memalingkan wajahnya ke arah Virgo.

Masih sama.

Masih sama seperti yang Lio rasakan di rumah sakit waktu itu.

Tatapan Virgo masih sama lembutnya.

Usapan Virgo masih sama lembutnya.

Perasaan disayangi ini masih sama menghangatkannya bagi Lio.

"Mereka masih seberarti itu buat kamu, ya? Kamu masih mau temenan sama mereka?" tanya Virgo tanpa menghentikan usapannya di surai Lio.

"Silahkan kalo sekarang kamu mau turun dan nongkrong-nongkrong lagi sama mereka. Itu hak kamu. Yang jelas, aku akan selalu nungguin kamu, di sini, sama seperti dulu."

Lio masih diam, menatap kedua netra bersorot lembut yang masih belum berpaling dari kedua netranya itu seraya menikmati kehangatan yang ia rasakan melalui usapan di puncak kepalanya.

Sungguh, Lio merasa dirinya adalah manusia paling bodoh saat ini. Bagaimana mungkin ia masih mengharapkan kepedulian dari manusia-manusia tanpa ketulusan di seberang sana, padahal ia sudah mendapatkannya dari manusia berhati tulus di depannya ini?

[✓] ESTRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang