Jesi 1 • Just a Rumor

201K 8.7K 196
                                    

Selamat pagi bestie ....
Aku punya cerita baru yang sayang banget kalo cuma mangkrak di draft aja 🤭

Buat yang kesel karena masih banyak cerita yang belum kelar tapi malah publish cerita baru, maaf banget yak 🙏

Janji kok tetep bakal ngelarin cerita-cerita yang udah di publish
Tapi pelan-pelan ya 🤭

Selamat membaca

***

JESI: ARTIS PAPAN ATAS YANG DIDUGA BERKENCAN BERSAMA PACARNYA DI PULAU DEWATA

DIKABARKAN BERKENCAN, INI 5 POTRET KEBERSAMAAN JESI DAN PRIA YANG DIAJAKNYA BERLIBUR

TIDAK PERNAH TERLIHAT DEKAT, JESI GEGERKAN PUBLIK DENGAN LIBURAN BERSAMA PASANGAN DI PULAU DEWATA.

Aku mendengkus melihat beberapa judul pemberitaan media tentang diriku. Sebuah berita yang bahkan menjadi trending satu di Twitter karena aku yang kebetulan sedang menjalani proyek besar yang cukup diperhatikan publik.

Aku melemparkan tubuh ke atas sofa, lalu memijat kening karena sebentar lagi pasti ada banyak pihak yang menghubungiku untuk mengonfirmasi kebenaran dari cerita ini.

Meski ini bukan pemberitaan untuk kali pertama, tetap saja jika itu menyangkut kisah cinta—seorang Talisa Jesi—maka tidak akan pernah menjadi hal yang biasa. Selalu meledak dan menarik perhatian banyak orang, karena memang belum pernah ada yang benar-benar secara resmi dikenalkan sebagai pasangan di depan media.

Aku melihat layar ponselku yang kembali berdering, melihat nama 'Mas Bisma' untuk ketiga kali, dan dengan sengaja untuk tidak mengangkatnya karena terlalu lelah untuk mendengar omelan yang pasti akan diberikannya.

Setelah suara dering panggilan masuk berhenti, aku memutuskan untuk mematikan ponsel dan melemparnya ke samping kiri. Menutup mata sebentar agar bisa berpikir jernih, sembari menunggu bapak yang begitu sibuk untuk datang ke apartemen dan menuntut penjelasan.

***

"Udah bangun, Mbak?"

Aku masih mengumpulkan sisa-sisa kesadaran setelah bangun tidur. Seingatku tadi, aku tertidur dalam keadaan duduk, namun saat terbangun sudah dalam posisi rebahan dengan selimut yang menutupi tubuhku.

"Kapan sampainya, Mas?" Aku bertanya pada laki-laki itu. Terlihat dari pakaiannya yang dilapis celemek berwarna hitam—yang aku beli ketika liburan ke Jepang setelah melakukan pemotretan produk endorsement—sepertinya dia baru selesai memasak.

"Tadi pas kamu tidur," jawabnya yang justru membuatku kesal.

Jika dia datang bukan saat aku tidur, tentu saja aku tidak akan melontarkan pertanyaan seperti itu, kan?

Belum juga aku memprotes, laki-laki yang sedang membawa dua piring spageti itu kembali berujar, "Cuci muka dulu gih, Mbak. Abis itu sarapan, sekalian makan siang."

Dilihat dari lirikannya yang tajam, aku tahu pasti bahwa sebenarnya dia sedang memarahiku karena melewatkan sarapan. Mau tidak mau akhirnya aku mengikuti instruksinya. Menolak pun hanya akan berakhir dengan perdebatan, yang saat ini benar-benar tidak ingin aku lakukan sama sekali.

***

"Kamu udah liat berita, Mas?" Dengan hati-hati aku bertanya karena keadaan sekarang yang begitu tenang.

I mean, terlalu tenang hingga membuatku begitu khawatir jika dia benar-benar marah untuk kekacauan yang terjadi saat ini.

Tapi mau bagaimana lagi? Jika dia memintaku untuk mengklarifikasi di media, maka aku harus mengatakan dengan jelas milik siapa tangan yang aku gandeng di Pantai Pandawa. Dengan kata lain, aku harus menunjukkan jati dirinya yang dua tahun ini bahkan dijaganya mati-matian itu.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang