LEONARDO RIZAL: MENTERI SOSIAL YANG LAGI-LAGI MENUAI PUJIAN KARENA AKSI MULIANYA MEMBANGUN PANTI ASUHAN
MENGGUNAKAN UANG PRIBADI, LEONARDO RIZAL BANGUN PANTI ASUHAN BERKAPASITAS RATUSAN ORANG
AKSI SANG MENTERI SOSIAL YANG BERHASIL DI DIABADIKAN OLEH NETIZEN LAGI-LAGI TUAI PUJIAN
Aku tersenyum melihat beberapa headline berita dari ponsel berlogo apel tergigit yang ada di genggaman.
Niat Mas Rizal yang diutarakannya beberapa bulan lalu benar-benar terealisasikan dengan baik. Membangun sebuah panti untuk anak-anak yang tidak seberuntung kami dengan menggunakan dana pribadinya sendiri.
Entah mengapa semakin hari semakin banyak saja hal-hal pada dirinya yang membuatku bangga. Dia yang begitu baik dalam hal fisik maupun kepribadian benar-benar berhasil membuatku semakin jatuh, bahkan sampai terlalu dalam.
"Je, bentar lagi take buat adegan terakhir, ya!" ujar Mas Bisma.
Aku menoleh ke arahnya dan mengangguk mengiyakan. Sekarang sudah pukul sepuluh malam dan ini adalah adegan terakhir yang harus aku lakukan. Setelah membuka artikel, aku beralih ke WhatsApp, menekan salah satu kontak yang aku pin, lalu menuliskan beberapa kata sebagai ucapan selamat.
To: Mas Pacar
Congrats, Mas
Seneng banget liat berita ❤️Tulisku sebelum akhirnya mengirim screenshot artikel yang tadi aku baca.
***
"Nanti mau keluar nggak, Mbak?"
Aku menoleh tidak percaya pada laki-laki yang saat ini sedang duduk sembari di-make up.
Dia Aldino Mahendra, salah satu junior di dunia akting yang cukup dekat denganku. Beberapa kali kami pernah terlibat proyek bersama, lalu menjadi semakin dekat karena sifatnya yang begitu humble dan mudah akrab dengan siapapun. Bahkan sekarang aku lebih menganggapnya sebagai seorang adik dibandingkan dengan partner kerja.
"Ke mana? Bukannya lo kemaren baru dimarahi sama Mas Bian?" Aku bertanya karena seingatku baru kemarin dia mengeluh dimarahi manajernya karena terlalu banyak keluyuran tanpa memberi kabar.
Kulihat Aldi menoleh ke arah Mas Bian yang sedang mengobrol bersama Mas Bisma, lalu kembali menoleh ke arahku dan sedikit mencondongkan tubuhnya. "Yang kali ini sayang banget buat dilewatin, Mbak," ucapnya bisik-bisik. Sepertinya dia benar-benar tidak mau jika niatnya kali ini gagal karena diketahui oleh Mas Bian.
"Emangnya ke mana?" Aku mengikutinya berbicara pelan agar tidak diketahui oleh dua orang yang keberadaannya tidak jauh di antara kami.
"Hangout sama orang-orang eksklusif, Mbak."
Aku menautkan dahi. "Maksudnya?"
"Gue dapet undangan private party anaknya pak Menteri."
"Wanna join?" tanyanya sembari menaik turunkan alis.
"As a partner?"
Dia mengangguk.
"Kapan?"
"Abis kelar syuting ini," lanjutnya.
Aku langsung melirik ke arah jarum jam yang tertempel manis di pergelangan tangan kiri. "Kita kelar jam lima, Di. Acara mulai jam berapa?"
"Undangan jam tujuh."
Aku mengangguk mengerti. "Balik apartemen dulu mepet nggak?"
Lagi-lagi dia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
ChickLit"Kok belum punya pacar kak?" "Kak, kriteria pacarnya yang kaya gimana?" "Spill tipe idealnya dong kak ..." Aku sudah terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan semacam ini. Pertanyaan yang harusnya tidak lagi ditanyakan, yang sayangnya malah terus ter...