Jesi 30 • Is It Drama?

35.5K 4.7K 275
                                    

Siapa yang udah bangun?
Yang udah jangan lupa buat follow wattpad dan Instagram author di @coochoci wkwk

Btw ini sengaja up pagi-pagi banget karena part ini si bapak enggak muncul 🤭

Semangat dan jangan lupa persiapkan hati
Selamat membaca

***

Semenjak aku memutuskan untuk menjadi seorang aktris, ada beberapa jalan cerita yang paling tidak aku sukai untuk diperankan. Cerita dimana tokoh utama merasa marah dan kecewa kepada pasangannya hanya karena sebuah kesalahpahaman, yang ujungnya nanti akan berakhir dengan sebuah penyesalan.

Menurut pendapatku pribadi kadang-kadang cerita dalam sebuah drama itu memang too good or too bad untuk terjadi di dunia nyata. Karena sebagai seorang yang juga hidup di dunia yang sungguhan, aku merasa jalan cerita yang terlalu didramatisir sudah tidak lagi relevan dan tidak masuk dalam logika kehidupan.

Apalagi di abad dua satu seperti ini, harusnya seseorang sudah bisa berpikir kritis dan mengkritisi apa yang dia lihat agar tidak mudah dipermainkan dan tidak juga mengalami penyesalan ketika sudah memutuskan sesuatu.

"Apa emang gini ya di rasakan sama writter-nim nya?" Ujarku pada diri sendiri.

Siang ini saat aku baru saja selesai melakukan percobaan membuat kue, mak lampir aka Tasya mengirimiku dua buah foto yang berpotensi besar menimbulkan badai dalam hubunganku dengan Mas Rizal.

Entah dia dapat foto itu darimana, yang jelas aku sangat tahu bahwa foto itu diambil di salah satu restoran mahal yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang tertentu saja. Dan aku yakin pula, itu adalah foto baru karena outfit yang di kenakan Mas Rizal masih sama persis dengan pap yang dia kirimkan tadi pagi sebelum berangkat kerja.

Aku menghela napas panjang. Baru menyadari bahwa mungkin emosi semacam ini lah yang diharapkan penulis naskah pada aktris yang memvisualisasikan ceritanya dalam sebuah drama. Emosi yang berkaitan dengan perubahan perasaan dan dada yang terasa lebih sesak hanya karena melihat foto pasangan yang sedang makan siang bersama mantan gebetan tanpa sepengetahuannya.

Aku pun yang selama ini merasa bahwa adegan seperti ini di dalam drama adalah hal yang tidak rasional, kini seolah mendapat karma karena mengalaminya sendiri di real life seperti sekarang.

"Kenapa Mas Rizal nggak ngomong kalo mau ketemu Mbak Arin?"

"Kenapa Mas Rizal nggak ngasih tau kalo dia makan siang di luar sama orang yang dulu pernah sangat-sangat di cintanya?" Pikirku masih melihat dua foto yang sebenarnya hanya menampilkan dua orang yang sedang makan bersama dengan wajah seriusnya.

"Oke, Je. This is just a picture! Mas Rizal udah cerita semuanya tentang hubungan dia sama Mbak Arin dan lo nggak perlu overthinking lagi." Ingatku pada diri sendiri.

"Tapi dia belum ngasih tau gimana perasaannya sekarang, Je!" Salah satu sisi dalam diriku mengingatkan bahwa laki-laki yang berstatus sebagai calon suamiku itu tidak sama sekali menyebutkan dari mulutnya bagaimana perasaannya sekarang pada putri tunggal menteri keuangan itu.

From: Mbak Artis Sensasi
Gimana?
Mau kirim versi lebih deketnya nggak?
Calon suami kebanggaan lo lagi nge-date sama cewek lain, bit*h! haha

Aku mengepalkan tangan karena saking kesalnya.

Bisa-bisanya perempuan ini mengirimkan pesan tidak bermutu, yang sayangnya malah amat sangat berpengaruh terhadap mood ku.

Aku tidak tahu pasti apakah karena aku sedang mendapat tamu bulanan atau bagaimana, yang jelas suasana hatiku naik turun semaunya sendiri . Saat ini aku bahkan benar-benar ingin menangis karena melihat foto Mas Rizal bersama Mbak Arin yang diam-diam saling bertemu di belakangku.

"Oh ayolah, Je. Lo nggak boleh cengeng kaya gini!" Aku menyemangati diri sendiri karena sudah mulai merasa tidak waras.

Belum juga aku cukup tenang, satu pesan baru kembali masuk yang membuatku hampir saja jantungan dengan isinya. Mas Rizal dan Mbak Arun terlihat berpelukan dengan mesra. Iya benar, ber.pe.luk.kan. de.ngan. mes.ra!

Air mataku benar-benar sudah jatuh sekarang. Apalagi baru saja aku menghubungi Mas Rizal dan panggilanku di reject olehnya untuk pertama kali dalam sejarah hubungan kami.

"Jadi Mbak Arin lebih penting daripada aku?" Kini pikiranku sudah menyeleweng kemana-mana akibat satu perbuatannya itu.

Aku mendudukkan diri di atas sofa kamar. Mempraktikkan teknik pernapasan untuk melegakan pikiran karena otakku yang sudah mulai berjalan tidak di jalan yang benar.

"Mungkin Mas Rizal lagi ada rapat." Aku menyemangati diri sendiri dengan asumsi seperti itu.

"Tapi dia nggak bales chat lo juga, Je! Emang lo pikir bales chat bakalan butuh waktu lama apa nyampe dia nggak sempet?" Rasanya aku ingin memukul kepalaku karena terus berpikiran hal-hal negatif yang malah membuatku semakin tidak karuan.

From: Mbak Artis Sensasi
Kalo gue kirim ke media menurut lo apa yang bakal terjadi?

"Oh ayolah, ini bukan drama!"

Tapi tetap saja aku langsung menekan icon call sesaat setelah membaca pesan kedua yang dikirimkan oleh perempuan yang sering sekali membuat gara-gara ini.

"Mau lo apa?" Tanpa ada sapaan halo atau semacamnya, aku langsung menembak akan apa yang sebenarnya diinginkan perempuan yang lebih tua dariku.

Bukannya menjawab pertanyaan ku, orang di seberang sana malah tertawa. "Gercep banget lo ya, Je. Padahal biasanya gue chat aja nggak mau bales loh... Ini malah calling tanpa harus gue minta." Ujarnya masih dengan nada bahagianya dari ujung telepon sana.

Aku tahu pasti Tasya sedang jumawa di sana. Merasa di atas angin karena akhirnya punya sesuatu yang dapat dia gunakan untuk mengancam ku seperti ini.

Sementara aku? Tidak bisa melakukan apapun karena jika foto itu tersebar maka nama baik Mas Rizal akan menjadi hal yang dipertaruhkan. Apalagi dengan status kami yang sudah diketahui publik, aku tidak yakin bahwa dia bisa menyelesaikan masa tugasnya dua bulan lagi dalam keadaan yang baik-baik saja.

"Nggak usah basa-basi, Sya. Apa mau lo?" Aku sudah meninggalkan semua atribut kesopanan ku padanya. Bahkan aku tidak peduli lagi jika nama baikku juga sebenarnya sama pentingnya untuk di jaga.

"Kasih foto yang dulu pernah lo liatin ke gue, dan hapus semua salinannya dari hp lo!"

Tasya ternyata memintaku untuk menghancurkan barang bukti yang menunjukkan bahwa dia ada affair dengan salah satu pejabat yang sebenarnya sudah berkeluarga dan memiliki citra keluarga harmonis di depan publik.

"Oke." Hanya kata itu yang aku ucapkan, karena memang hanya kata itu yang harusnya aku katakan.

"Tapi lo juga harus hapus semua gambar yang lo ambil soal Mas Rizal." Lanjutku agar kesepakatan diantara kami bisa bisa lebih adil dan menguntungkan dua belah pihak yang bersepakat.

"Haha, nggak semudah itu, Je!"

"Itu nggak sebanding sama keuntungan yang bakal gue dapet kalo ngasih berita bagus ini ke media."

Aku benar-benar tidak menyangka akan bertemu orang seperti Tasya di dunia nyata. Perempuan picik yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya, yang bahkan memiliki watak yang senang sekali membuat keresahan di masyarakat. Keresahan nyata dan bukan sekedar bagian dari alur sebuah cerita yang selama ini sering aku baca.

"Apa?"

"Keluar dari dunia industri hiburan selamanya." Ujarnya begitu enteng.

"Selamanya?" Beoku tidak sadar.

"Yes! Se.la.ma.nya, Jesika!"

"Itu harga yang harus lo bayar sebagai kompensasi tutup mulut." Lanjutnya yang berhasil membuatku meremas ujung baju yang sedang aku kenakan.

Meski aku ingin sekali meneriakinya, nyatanya aku malah memilih diam. Dalam kasus ini nama baik Mas Rizal yang dipertaruhkan sehingga aku harus sangat hati-hati dalam memberikan keputusan. Apalagi rubah licik sepertinya tidak mungkin bisa dipercaya sehingga aku tidak boleh gegabah dan harus terus
waspada.

Let's fight for your love, Je!

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang