Selamat pagi bestie ✋
Kaya biasa aku mau ngingetin buat follow author di wattpad sama Instagram dulu yaaaa
Jangan lupa follow-nya di @coochociSelamat membaca dan stay safe semuanya ❤️
***
Learning by doing adalah prinsip yang biasa dimiliki oleh orang yang sukses. Orang yang memegang prinsip ini biasanya lebih suka beraksi ketimbang berbicara (no talk and action), terus melakukan evaluasi dan perbaikan (evaluation and change to be better) lalu kemudian tawakal setelah usaha yang dilakukan itu di rasa sudah cukup maksimal.
Orang-orang semacam ini biasanya tidak serta merta memikirkan permasalahan apa yang akan dihadapi ketika ingin memulai sesuatu, namun cenderung mencobanya lebih dulu baru memikirkan permasalahannya ketika memang sudah benar-benar terjadi. Maksudnya adalah melaksanakan istilah 'mulai aja dulu' dan tidak menjadi pe-wacana yang baik namun tak kunjung juga merealisasikannya.
"Jadi pergi, Mbak?" Aku mengangguk mendengar pertanyaan yang diajukan mama barusan.
Setelah memutuskan untuk rehat dari dunia industri hiburan aku mulai kembali tinggal di rumah. Berdiam diri di apartemen selama seharian tanpa ada teman benar-benar membuatku hampir mati kebosanan sehingga memilih pulang dan menemani papa mama.
"Jam berapa?"
"Delapan, Mah." Jawabku sembari menggeser dudukku ke ujung sofa untuk memberikan tempat pada mama.
Sudah dua hari ini aku memutuskan untuk mengikuti kelas memasak untuk mengisi waktu luang. Aku yang terbiasa sibuk bekerja seharian menjadi super bingung untuk menghabiskan hari karena hanya mondar mandir di rumah dan tidak melakukan sesuatu. Alhasil atas usulan nyonya rumah ini aku akhirnya mendaftarkan diri di sebuah lembaga kursus memasak. Sebuah kegiatan yang bisa mengalihkan rasa bosan sekaligus bermanfaat untuk kehidupan rumah tanggaku di masa depan.
"Berangkat sendiri?"
"Di jemput Mas Rizal, Mah." Ujarku memberitahu mama bahwa untuk hari ini aku akan diantarkannya ke sweet love, nama tempat kursus memasak ku yang direkomendasikan oleh salah satu pacar Aldi yang entah sekarang sudah putus atau belum.
Mama tersenyum. "Nggak ngerepotin emang minta di jemput?"
Aku menggeleng. Bukan karena yakin bahwa aku tidak merepotkan nya namun karena aku tidak tahu apakah menjemput ku itu membuatnya repot atau tidak. Pasalnya orang ini menawarkan diri sendiri sehingga tanpa pikir panjang aku langsung mengiyakannya sebelum dia berubah pikiran.
Lagian berangkat sendiri juga begitu membosankan karena tidak memiliki teman mengobrol di perjalanan sehingga aku sangat semangat saat dia menawarkan diri itu. "Nggak tau, Mah. Tapi kayaknya enggak deh."
"Mas Rizal tadi nawarin sendiri kok!" Lanjutku kemudian.
Kulirik mama di sampingku mengangguk. "Terus kenapa belum siapa-siap?"
Aku mengambil ponselku yang tergeletak di atas meja dan mengetuk layarnya untuk melihat jam. "Sebentar lagi deh, mah. Masih jam tujuh lima belas."
"Sekarang, Mbak! Kamu kan belum mandi sama siap-siap. Belun lagi entar dandannya pasti lama... Kasian calon mantu mama kalo nunggunya lama."
Alih-alih berdiri dan melaksanakan perintah beliau aku justru menyandarkan punggungku ke punggung sofa. "Lima menit lagi deh, Mah." Ujarku yang sudah membuat mata nyonya rumah ini melotot tidak setuju.
"Janji lima menit aja!" Lanjut
ku menawar karena jujur aku terlalu malas untuk mandi di pagi hari seperti ini.***
"Mau nggak, Mas?" Aku menawari Mas Rizal sepotong coklat yang baru aku buka dari dalam tas.
Sedari dulu aku punya kebiasaan untuk mengemil coklat. Dan jika seminggu saja tidak olahraga maka pipiku akan menyembul dan terlihat begitu chubby.
"Suapin...." Ujarnya begitu manja.
Aku mendengus, namun tak ayal juga memotongkan satu potong dan menyuapinya. "Manis!" Komentarnya begitu singkat.
"Namanya juga coklat, Mas. Kalo pedes namanya sambel." Jawabku sembari mengelap tanganku dengan tisu.
Kulirik Mas Rizal di sebelahku menggeleng. Masih belum mengatakan apapun karena masih sibuk mengunyah coklat yang tadi aku berikan.
Sembari menunggunya aku kembali memotong sepotong lagi untuk aku nikmati.
"Coklatnya emang manis, bee. Tapi lebih manisan yang nyuapin." Katanya yang membuatku menoleh seketika. Aku bahkan berhenti mengunyah coklat yang ada di mulut karena pagi-pagi seperti ini laki-laki ini sudah menggombal.
"Jangan flirting ya, Mas. Kalo masih pagi gini jantung aku masih kagetan." Responku yang malah di balasnya dengan tertawa.
"Barusan ini fakta yah... Malah di kira bercandaan doang." Aku menggeleng mendengar penuturannya.
"Jadi udah belajar apa aja?" Tanyanya mengenai kelas memasak ku.
"Belum ngapa-ngapain, Mas. Kan baru dua hari...." Aku memberitahunya bahwa belum banyak yang aku lakukan di kelas memasak ini.
Selama dua hari terakhir ini aku hanya mengamati dan mengenali peralatan dan bahan-bahan umum yang biasa digunakan di dapur. Lalu sesekali memperhatikan cara memasak yang di praktekkan oleh salah satu chef yang menjadi coach.
"Tapi seru?"
Aku mengangguk yakin. "Seru banget!"
"Tapi ada yang bikin kesel." Lanjutku lagi.
Mas Rizal menoleh ke arahku dan mengerutkan dahi. "Aku ketemu mantan gebetan kamu di sana, Mas!" Jelasku yang berhasil membuatnya kaget di tengah-tengah fokusnya menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet
Genç Kız Edebiyatı"Kok belum punya pacar kak?" "Kak, kriteria pacarnya yang kaya gimana?" "Spill tipe idealnya dong kak ..." Aku sudah terlalu lelah untuk menjawab pertanyaan semacam ini. Pertanyaan yang harusnya tidak lagi ditanyakan, yang sayangnya malah terus ter...