Jessi 15 • Don't be Silly, Jes

46.5K 5.4K 46
                                    

Secara alamiah manusia pasti akan mengalami masa bosan bahkan untuk situasi yang harusnya tidak mengizinkan. Situasi dimana harusnya seseorang bersabar untuk mengeluarkan diri dari keadaan pelik yang dihadapi yang mana tidak memberikan opsi pilihan akan keputusan apa yang harus di buat.

Ya benar. Manusia kadang-kadang memang dikalahkan oleh situasi dan kondisi dalam menentukan sebuah pilihan yang akan dijalani.

Aku menghela napas sembari menjepit rambutku yang sedari tadi dibiarkan terurai. Berjalan mondar mandir kesana dan kesini karena benar-benar tidak bisa keluar. Terjebak dalam sebuah gedung apartemen mewah karena jika berani keluar pasti akan di buru oleh para wartawan yang lapar akan berita hangat yang sedang viral.

Sementara aku mondar-mandir karena bosan partner buronan ku malah justru asyik duduk dan memainkan game online melalui ponsel pintarnya yang harganya mencapai puluhan juta itu.

"Mas...." Aku memanggilnya agar menghentikan aktivitasnya.

Aku tidak habis pikir bagaimana bisa seorang anggota partai sepertinya bisa bersikap santai seperti itu di situasi rumit ini. Membiarkan dirinya duduk tenang dan bermain game sementara di luar sana namanya menjadi trending dimana-mana setelah mempublikasikan hubungannya dengan seorang aktris terkenal yang merupakan adik kelasnya di masa SMA.

Kulirik Mas Rizal menoleh ke arahku. "Kenapa, Mbak?" Tanyanya seolah tidak sedang terjadi apa-apa.

"Ini gimana caranya kita keluar, Mas?" Tanyaku karena jujur sudah sangat bosan berdiam diri sendiri.

Meski ada banyak hal yang bisa aku lakukan di dalam ruangan yang cukup besar ini aku tetap saja merasa jenuh karena tidak bisa menikmati sinar matahari secara langsung.

Entah bagaimana ceritanya bisa terjebak seperti ini yang jelas setelah kepulangan Aldi kemaren tiba-tiba saja bawah gedung apartemenku sudah sangat ramai oleh orang-orang yang mencari informasi tentang hubunganku dengan Mas Rizal.

Dan sayangnya pun orang yang mejadi pembicaraan juga kebetulan sedang berada di sini, dan tanpa ajudan-ajudannya. Ya tepat sekali bahwa Mas Rizal memang kemaren datang ke tempatku seorang diri tidak seperti biasanya.

"Emangnya mau kemana, hm?"

"Ya kemana kek."

"Lagian kamu nggak ngantor apa gimana, sih?" Lanjutku karena dia masih bersikap terlalu santai untuk ukuran orang yang posisinya cukup tinggi di pemerintahan.

"Ini kan weekend, Mbak." Aku menepuk dahiku karena bahkan sudah melupakan fakta bahwa hari ini adalah hari Sabtu.

Jika sedang mengalami kejadian yang tidak biasa aku memang cenderung melupakan beberapa hal yang otakku anggap tidak begitu penting. That's why aku bahkan tidak sadar jika akhir Minggu sudah kembali menyapa di kehidupan sibukku setiap harinya.

"Sini duduk!" Mas Rizal menarik pelan lenganku agar duduk di sofa di sebelahnya.

"Live instagram aja yuk!"

"Ha?" Aku memastikan apakah pendengaran ku barusan benar atau tidak.

Pasalnya jika itu benar maka akan termasuk ke dalam hal yang paling random dilakukan oleh seorang menteri dalam menyikapi permasalahan. Sebuah cara berpikir yang sudah tidak lagi out of the box melainkan sudah mencapai thinking of the new book.

Mas Rizal mengangguk. "Iya, kamu nggak salah denger."

"Ngapain?"

Dia mengendikkan bahu. "Kamu biasanya ngapain kalau ngadain siaran langsung?"

Aku terdiam karena sedang memikirkan jawaban atas pertanyaannya. Sebenarnya aku juga tidak melakukan apapun dan kadangkala hanya bicara ngalor ngidul selama beberapa menit saja kemudian mengakhirinya.

"Bikin klarifikasi aja gimana?" Aku tiba-tiba terpikirkan sebuah ide cemerlang tentang apa yang sebaiknya kita berdua lakukan di keadaan darurat semacam ini.

"Klarifikasi?" Dahinya mengernyit hingga terlihat seperti terlipat.

Aku mengangguk yakin. "Soal hubungan kita yang selama ini backstreet." Jawabku sembari mengedipkan satu mata sebelah kiri didepannya.

Astaga, Je....
Please, don't be silly!

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang