Jesi 10 • Dating

57.3K 5.5K 23
                                    

Dibandingkan dengan aku yang sudah terbilang sibuk, pekerjaan Mas Rizal ternyata jauh lebih sibuk jika sedang ada masalah semacam ini. Bahkan ketika tidak ada masalah saja dia bisa berada di dua kota yang berbeda dalam satu hari, apalagi ketika ada masalah seperti sekarang. Baru tiba di apartemennya setelah tengah malam datang.

Aku menghela napas, merapikan selimut yang tersingkap sekaligus membenarkan posisi duduk karena merasa sedikit pegal.  "Mas." Paggilku seraya melirik ke arah meja dimana stand watch ku berdiri yang menunjukkan pukul satu dini hari.

Mas Rizal yang sedang sibuk memotong sosis menoleh, menggeser sedikit posisi ponselnya dan menyunggingkan senyum yang terlampau manis di pagi buta seperti ini. "Kenapa, Mbak?" ujarnya setelah seluruh wajahnya tampak di layar. Kebetulan aku memang sedang menemaninya memasak mie instan melalui panggilan video.

Sangat random dan tidak biasa!

"Kamu beneran nggak mau ganti baju dulu biar lebih nyaman?" Meski terlihat sangat tampan, aku tetap menanyakan apakah dia sungguh tidak ingin berganti pakaian terlebih dulu. Bukannya apa-apa, hanya saja jantungku tidak aman lagi karena melihat live masak dari laki-laki yang mengenakan kemeja dengan lengan di gulung sampai siku yang menampilkan otot seksinya. Oh tidak, tentunya juga tidak ketinggalan dengan kelakuannya yang juga membuka dua kancing baju teratasnya hingga membuatku harus beristighfar beberapa kali.

Mas Rizal menggeleng, lalu tanpa menjawab kembali melanjutkan kegiatannya sebelum diinterupsi - lagi olehku. "Nggak, Mbak. Kalo ganti sekarang tanggung, aku juga belum mandi soalnya."

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas. Tidak bisa berkata lagi jika dia sudah menjawab seperti itu. Satu-satunya yang bisa aku lakukan sekarang hanya mengiyakan, lalu mengontrol diriku agar tetap fokus menyaksikan objek yang ada di layar.

Aku meraih gelas minum yang tergeletak di atas meja. Kembali membenarkan posisi duduk karena mulai tidak nyaman, entah karena sudah terlalu lama tidak bergerak atau memang karena terlalu lelah akibat sedari sore tidak bisa memejamkan mata karena terserang insomnia.

"Kamu beneran nggak ngantuk, Mbak?" Mas Rizal terlihat mencuci sayur yang akan dicampurkannya ke dalam mie. Memang laki-laki yang satu ini selalu menambahkan sedikit sayuran hijau ke dalam setiap masakan yang dibuatnya. Benar-benar pecinta sayur yang sesungguhnya.

Aku menggeleng menanggapi pertanyaannya. "Insomnia?" tebaknya tepat sasaran. Tidak jarang aku memang terserang insomnia, dan dalam case seperti itu hanya dia yang  dengan ikhlas menjadi korban untuk menemaniku begadang hingga merasa ngantuk. Benar-benar definisi pacar yang begitu pengertian seperti yang aku inginkan.

***

"Genrenya bebas?" 

“Iya, Mbak. Terserah kamu,” jawab Mas Rizal mengonfirmasi. Sebuah jawaban yang berhasil membuatku diam-diam menarik sudut bibir karena memiliki pacar yang pengertian seperti dia.

“Nggak bakal protes, kan?” Untuk kedua kalinya aku memastikan pada laki-laki yang sedang menyandarkan kepalanya di bahuku. 

Mas Rizal mengangguk. “Iya, Mbak.”

"Geser sebentar, Mas. Aku mau ambil minum dulu ke dapur." Aku menyuruhnya untuk mengangkat kepalanya agar aku bisa beranjak pergi. Namun alih-alih mengikuti, dia malah mengatakan bahwa dia yang akan pergi ke dapur dan membiarkanku tetap tinggal untuk mencari film.

Sembari menunggu Mas Rizal kembali, aku meraih ponselku yang tergeletak di atas meja. Mengetikkan beberapa kata di kolom pencarian untuk mendapatkan jawaban dari topik yang sebelumnya aku dan Mas Rizal bicarakan.

Rekomendasi film saat berkencan dengan pasangan

Tulis ku pada kolom pencarian di google.

Aku sudah lupa kapan terakhir kali mengikuti perkembangan industri perfilman sehingga tidak cukup update dengan film-film terbaru yang cocok untuk ditonton bersama pasangan.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang