🌼 Mantra Cinta Kanaya | 11

89 54 38
                                    

Sebelum baca, Jangan lupa Vote dan Komentar sebanyak banyaknya. Terimakasih.

─── ❝ Selamat Membaca❞ ──

Saka terlihat membaringkan Kanaya diatas kasur lalu segera berlari mencari sesuatu dari dalam kotak P3K tapi sialnya apa yang pria itu cari sama sekali tak ada. "Sialan!!!" Umpat Saka.

Ia lalu berlari keluar dari UKS menuju ruang penyimpanan obat. Matanya lalu melihat Arkana sudah ada didepan pintu.

"Kalau sampai lo pelakunya. gue bakalan habisin lo sekarang juga," ancam Saka lalu segera berlari meninggal UKS menuju ruang penyimpanan obat.

Arkana lalu berjalan menghampiri Kanaya yang terlihat sudah memucat. Mata gadis itu sudah tertutup sempurna.

"Kanaya !!!" Panggil Angkasa yang terlihat sedari tadi sudah ada di ambang pintu dan segera berlari menghampiri Kanaya yang terlihat terbaring lemah diatas ranjang.

Angkasa terlihat menepuk nepuk pelan pipi Kanaya sedangkan Arkana masih diam mematung menatap Kanaya tanpa ekspresi apapun.

Tak berselang lama Saka datang dengan sebuah suntikan ditanganya. Ia lalu membuka penutup suntikan itu dan siap menyuntikkannya pada Paha Kanaya.

Tapi dengan cepat Arkana menahan tangan Saka. "Uda gila lo, mending bawa Kanaya ke rumah sakit ketimbang-"

"Nggak sempat bego !!! Lo mau Kanaya mati disini hah !!!" Gertak Saka, ia lalu membuka rok Kanaya tapi lagi lagi ditahan Arkana.

"Kanaya perempuan dan lo seenak jidat buka roknya-"

"Lo bisa diem nggak !! Semakin lama lo ngebacot, semakin cepat Kanaya mati."

Angkasa juga terlihat berusaha menahan Saka untuk membuka rok Kanaya. "Lo nggak bisa main suntik gitu aja.
Cuman dokter yang bisa main alat suntik. "

Saka memutar bola matanya malas saat mendengarkan celoteh dua pria dibelakangnya. Ia lalu membuka rok Kanaya dengan sedikit gemetar. "Maafin gue Nay," ucap Saka pelan.

Saka lalu menyuntikkan cairan Epinefrin pada bagian luar paha Kanaya sedangkan Arkana dan Angkasa membalikan tubuh mereka agar tidak melihat apa yang seharus tidak mereka berdua lihat.

Setelah selesai menyuntikkan cairan itu, Saka lalu kembali mengecek denyut nadi Kanaya yang terasa telah normal. Akhirnya Saka dapat bernapas lega sekarang.

"Kanaya kenapa?"

"Syok Anafilaktik merupakan syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat. Reaksi ini akan mengakibatkan penurunan tekanan darah secara drastis sehingga aliran darah ke seluruh jaringan tubuh terganggu," jelas Saka yang terlihat masih duduk di tepi ranjang menatap Kanaya berharap ia segera tersadar.

"Sejak kapan Kanaya punya alergi?" Tanya Arkana tak percaya dengan ucapan Saka barusan. Seingat Arkana, gadis itu makan segalanya dengan santai seperti tak punya alergi apapun.

Saka hanya tersenyum miring mendengar pertanyaan Arkana barusan. ia lalu berdiri dan menatap pria itu tajam. "Bagaimana mungkin lo yang uda kenal Naya lebih lama dari gue tapi nggak tau menahu soal alergi yang dia punya?"

Mata Saka masih menatap Arkana tajam sedangkan Angkasa terlihat menengahi dua pria itu agar perkelahian tak terjadi.

"Lo jujur sama gue sekarang. Lo kasih Kanaya apa tadi siang?" tanya Saka dengan sedikit penekanan.

Deg ~

Arkana terdiam sejenak, ia baru teringat kalau tadi siang ia memberikan cumi udang asam manis pada Kanaya atau jangan jangan gadis itu alergi makan laut ?

"Kanaya Alergi makanan laut?"

Saka lalu mencengkram kuat kerah baju Arkana seperti bersiap melabuhkan tinjuan kearah wajah tampan pria itu.

Saka benar benar tak perduli dengan Arkana yang dulu merupakan sahabat baiknya, Saka benar benar tak habis pikir kalau Arkana sampai tak tau Alergi yang Kanaya derita.

"Saka," Panggil Kanaya pelan.

Saka lalu melepaskan cengkramannya pada kerah baju Arkana dan berjalan menghampiri Kanaya yang terlihat sudah membuka matanya.

"Ada yang sakit ? Masih pusing ? Mual ?"

Kanaya hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Mau susuk coklat," pinta Kanaya pelan. Ia lalu mengubah posisi berbaring menjadi duduk.

Kanaya sedikit merasa baikan saat ini. Tubuhnya sedikit agak lemas karna tadi ia memuntahkan semua makanannya.

"Arkana ngapain disini? Lo juga ngapain disini?" tanya Kanaya menujuk kearah Angkasa yang terlihat sibuk mencari sesuatu didalam tasnya. Angkasa lalu memberikan susu coklat kesukaannya pada Kanaya.

"Iklas nggak?" Tanya Kanaya. Pasalnya Angkasa biasanya sangat pelit jika susu coklat favoritnya diminta oleh Kanaya.

"Itu stock susu coklat terkahir gue dan sekarang gue lepas dengan iklas khusus buat lo," jawab Angkasa.

Kanaya hanya tersenyum simpul menatap susu coklat kotak ditangannya sembari sesekali tertawa mendengar lelucon dari Angkasa.

Sedangkan Arkana masih diam tersenyum tipis melihat Kanaya yang terlihat sudah baikan. Tiba tiba ponsel Arkana berbunyi dan ternyata chat notifikasi dari Aira yang memintanya dijemput di cafe depan sekolah.

"Arkana mau kemana? Habis ini Angkasa mau traktir kita makan di-"

"Gue mau jemput Aira," potong Arkana cepat. Tanpa berpamitan Arkana sudah pergi lebih dahulu meninggal UKS.

Wajah Kanaya terlihat tertekuk saat ia tau Arkana lebih memilih kekasihnya ketimbang makan bersama Angkasa dan Saka.

Saka yang tau perubahan wajah Kanaya lalu mengelus rambut gadis itu lembut.
"Kita mampir ke dokter dulu buat cek kondisi lo," ujar Saka tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari wajah cantik Kanaya.

"Habis dari sana kita nonton film yuk," ajak Kanaya senang.

Angkasa yang terlihat gemas langsung mencubit pipi Kanaya. "Lo kenapa gemesin banget sih," puji Angkasa yang terlihat masih menjepit pipi bulat Kanaya.

"Saka, Angkasa nakal !!!"

"Lepas sekarang atau-"

"Oke oke, gue siapin mobil dulu."

Kanaya tersenyum penuh kemenangan saat ini. Tanpa Kanaya sadari Saka ternyata masih menatap Kanaya sambil tersenyum kecil sedari tadi.

Ia sangat bersyukur Kanaya sekarang baik baik saja, ia hanya tak habis pikir apa yang akan terjadi saat gadis itu lambat mendapatkan pertolongan pertama.

Sejujurnya Saka sangat ragu tadi karena itu pertama kalinya ia menyuntikkan cairan pereda alergi ke tubuh manusia karna biasanya ia hanya berani menyuntikkannya ke hewan seperti tikus sebagai bahan percobaannya.

Saka tau kalau itu gejala anafilaksis karna gejala yang Kanaya tunjukkan sangat mirip dengan teori yang Saka pelajari selama dikelas. Ia juga sempat ikut kegiatan dirumah sakit hanya untuk sekedar menyelaraskan antara teori yang ia pelajari disekolah.

Saka memang sangat suka dengan dunia permedisan dan dia sudah bertekad akan mengambil kedokteran nantinya.

[Bersambung]

Kalau ada saran, kritik atau kesalahan tulisan bisa langsung berkomentar. Sampai jumpai di chapter selanjutnya.

MANTRA CINTA KANAYA [TAMAT] [15+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang