Sebelum baca, Jangan lupa Vote dan Komentar sebanyak banyaknya. Terimakasih.
─── ❝ Selamat Membaca❞ ───
Kanaya terlihat semakin mengeratkan pelukannya pada Saka saat sepedah milik pria itu mulai melajukan kencang yang membuat Kanaya tertawa kesenangan. "Saka!! Berhenti dulu, berhenti dulu!!" Seru Kanaya sembari menepuk nepuk lengan Saka.
Kanaya lalu turun dari boncengan sepedan dan berlari ke sebrang jalan trotoar. Ia melihat bu Rahma sedang menayapu jalanan padahal harusnya ia istirahat karna kondisi juga sudah gelap.
Namun Kanaya terkejut saat melihat Aira yang entah datang dari mana terlihat memarah marahi bu Rahma.
"Aira minta uang buat bayar Ujian," pinta Aira dengan nada ketus.
"Bukannya kemaren lusa kamu ambil 500 ribu nak? Harga LKS pasti tidak semahal—"
"Ibu, kebutuhan Aira banyak!! Aira harus perawatan, Aira harus beli make up, beli skin care. Pokonya banyak lah!! Kalau Aira cantik, nanti pasti bakalan dapat cowo tajir yang setidaknya bisa buat Aira bahagia," ujar Aira menatap ibunya jijik.
"Nggak kaya ibu, kerja seharian cuman dapat Gocap. Hello!! Hari gini Gocap bisa dapat apa bu? Beli skin care aja nggak dapat !!" sindir Aira sembari melirik sinis Rahma.
"Yaudah siniin dompet ibu."
"Jangan nak, itu buat bayar kontrakan!! Kalau kamu ambil, kita bakalan diusir," mohon Rahma berusaha mempertahankan dompet miliknya.
Karna tak kunjung diberikan, Aira lalu menarik paksa dompet itu dari tangan Ibunya. "Udalah bu, uangnya buat Aira aja. Lagian uang cuman dua ratus ribu mana cukup buat bayar kontrakan," ujar Aira lalu melemparkan dompet kosong kearah ibunya yang terlihat sudah bersimpuh diaspal jalan raya.
Kanaya terkejut bukan main melihat perilaku Aira terhadap ibunya, Ia benar benar tak bisa tinggal diam sekarang.
"Aira, jangan kasar gitu sama ibu," ujar Kanaya lalu membatu Bu Rahma berdiri perlahan.
"Bukan urusan lo," balas Aira ketus.
Kanaya lalu berdiri dan berusaha merebut uang dua ratus ribu milik bu Rahma dari tangan Aira. "Ini duit gue!!"
"Aira nggak boleh begitu ke ibu sendiri, kata Abah Enal surga ada di telapak kaki ibu jadi—"
"Bla bla bla bla~ banyak bacot lo!! Awas lo aduin gue ke Arkana. bakalan gue habisi lo," ancam Aira lalu pergi begitu saja meninggal Rahma dan Kanaya.
"Ibu Baik baik aja? Ada yang sakit? Ada yang luka? Mau Aira bawa ke puskesmas?" tanya Kanaya khawatir pada wanita paruh baya yang masih duduk di pinggir trotoar.
"Ibu Baik baik aja nak," jawab Rahma sembari tersenyum simpul.
Saka lalu berjalan menghampiri Kanaya setelah menyaksikan perdebatan singkat antara Kanaya dan Aira.
"Saka liat nggak tadi, si Aira durhaka banget sama ibunya. Belum pernah dikutuk jadi batu tuh anak," ungkap Kanaya.
"Ibu Baik Baik aja?" Tanya Saka.
"Ibu Baik Baik aja nak, nggak perlu khawatir gitu."
Saka hanya tersenyum simpul mendengar jawaban bu Rahma. Wanita paruh baya itu lalu berdiri dan berniat berpamitan pulang. "Ibu nggak bisa lama lama disini soalnya belum masak," ujar Bu Rahma.
"Ibu nggak perlu masak karna Kanaya uda beliin Ketoprak special kesukaan Kanaya khusus buat ibu," ujar Kanaya lalu memberikan sekantuk kresek berisi dua bungkus ketoprak.
"Makasih banyak Nak, maaf ibu jadi sering ngerepotin."
Kanaya menggelengkan kepalanya. "Ibu nggak ngerepotin kok, Kanaya malah seneng bisa kasih makanan yang Kanaya suka ke ibu," ujar Kanaya.
"Mau kita temenin sampai rumah bu?" Tanya Saka.
"Nggak perlu Nak, lagian rumah ibu nggak jauh dari sini kok. Kalau begitu ibu pulang duluan, kalian hati hati dijalan," pamit bu Rahma.
Kanaya hanya tersenyum sembari melambaikan tangannya kearah Bu Rahma.
*****
Angkasa terlihat terbaring lemas diranjang rumah sakit. Kepalanya benar benar terasa nyeri seperti dihantam batu berukuran besar. Belum lagi mimisan kali ini lebih banyak ketimbang hari hari sebelumnya bahkan wajah Angkasa terlihat sudah memucat.
Malam ini sebenarnya ia ingin mengunjungi bu Rahma untuk mengajaknya makan bersama tapi tiba tiba telinga Angkasa berdengung kita dan kepalanya terasa nyeri lalu darah kembali keluar dari hidung.
"Bunda uda bilang berapa kali sama kamu, kalau sakit bilang sama bunda sayang. Jangan diam," ujar Risma, bunda Angkasa.
"Angkasa besok mau sekolah, boleh nggak bun?" tanya Angkasa pelan. Mata pria itu terlihat sedikit sayu.
"Tunggu kamu sembuh baru boleh ke sekolah yah sayang." Risma mengelus rambut putranya lembut.
"Angkasa mau ketemu Naya boleh?" tanya Angkasa pada bundanya sembari tersenyum tipis.
"Naya siapa sayang?" Tanya Risma lembut. Angkasa terlihat sedikit malu saat bunda menayangkan siapa itu Naya.
"Jangan bilang anak bunda uda berani jatuh cinta yah?" goda Risma.
"Angkasa suka sama Naya, senyumnya Naya manis bun kaya permen. Dulu dia teman main Angkasa selama dirumah sakit," jelas Angkasa sembari tersenyum simpul sedangkan Risma masih menatap putranya sambil terus menerua mengelus lembut rambut putranya.
Ia bersyukur Angkasa telah mempunyai sahabat selama disekolah, padahal itu pertama kalinya Angkasa sekolah formal.
"Nanti Bunda ajak Naya kesini yah, biar bisa temani Angkasa," ujar Risma.
"Habis pulang sekolah aja bunda ajak Naya main kesini tapi jangan dipaksa yah bun, soalnya Naya batu banget anaknya," jelas Angkasa.
Risma hanya terkekeh mendengar penjelasan putranya itu tentang sosok Naya yang berhasil membuat Angkasa jatuh cinta. Risma hanya ingin berterimakasih pada gadis itu karna telah mau menjadi sahabat Angkasa selama ini.
"Iya sayang. Bunda nggak bakalan paksa kok, besok bunda ajak dia kesini."
[BERSAMBUNG]
Kalau ada saran, kritik atau kesalahan tulisan bisa langsung berkomentar. Sampai jumpai di chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTRA CINTA KANAYA [TAMAT] [15+]
Ficção AdolescenteIni kisah tentang Kanaya yang menyukai sahabatnya sendiri bernama Arkana. Mereka berdua lalu memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Namun siapa sangka, Arkana malah memutuskan Kanaya secara sepihak dan meninggalkan gadis itu begitu saja. Kanaya...