🌼 Mantra Cinta Kanaya |14

66 21 21
                                    

Sebelum baca, Jangan lupa Vote dan Komentar sebanyak banyaknya. Terimakasih.

─── ❝ Selamat Membaca❞ ───


Saka terlihat masih melamun selama pelajaran les yang tengah berlangsung selama dua jam lamanya. Entahlah perasaannya benar benar sedikit kecewa karna Kanaya lebih memilih Arkana ketimbang dirinya.

Apa benar ia mulai menyukai Kanaya ? Atau mungkin ini cuman perasaannya saja. Sejujurnya Saka belum pernah merasakan jatuh cinta, rasanya seperti apa kira kira ? Kanaya pernah bilang jatuh cinta itu rasanya seperti ribuan kupu kupu keluar dari dalam perut.
Tapi, Saka bahkan tak merasakan itu. Jantungnya hanya berdebar saja saat Kanaya tersenyum kearahnya.

Apakah itu juga bisa dibilang sedang jatuh cinta ?

"Untuk pertemuan kali ini kita sudahi dulu. Besok kita lanjut bab 12 dan 15."

Lamunan Saka lalu buyar saat seorang tutor perempuan didepannya telah selesai mengakhiri pelajaran kali ini.

Saka lalu menggendong tas punggungnya dan keluar dari dalam ruang. Tak lupa ia memakai earphone bluetooth ke telinganya. Sesekali pandangnya menatap jendela besar disampingnya yang telah basah karna guyuran hujan.

"Saka," Panggil Seorang gadis dengan hoodie kebesaran ditubuhnya. Karna Saka tak kunjung menoleh, gadis itu berlari dengan payung dan sekantung plastik berisi dua bapao kesukaannya.

"Lo ngapain disini?" tanya Saka khawatir pasalnya hujan sedang deras derasnya tapi gadis manis itu malah datang menemui dirinya.

"Naya mau minta maaf," gumam Kanaya.

Saka terdiam sejenak tak mengerti dengan perkataan Kanaya barusan. "Lo nggak ada salah sama gue, buat apa minta maaf?"

"Tadi Naya bohong sama Saka," jawab Kanaya pelan, ia benar benar takut Saka akan marah padanya. Kanaya masih tertunduk menatap sepatu boots berwarna kuning yang ia kenakan.

Saka hanya tersenyum simpul mendengar jawaban Kanaya. Ia lalu mengelus rambut Kanaya lembut.

"Gue nggak marah sama lo," ujar Saka sembari terus tersenyum simpul kearah Kanaya.

Entah sejak kapan jantung Kanaya mulai berdetak tak karuan saat Saka menatapnya Begitu hangat.

Saka lalu memeluk Kanaya begitu erat seolah olah tak ingin gadis itu sedih lagi. Saka memang sering memeluk Kanaya saat gadis itu menangis entah karna ditinggal Arkana di tengah jalan, ditolak Arkana berkali kali atau bahkan saat Kanaya melihat Arkana sedang bercumbu mesra dengan pacarnya.

"Saka nggak marah sama Naya?" tanya Kanaya lalu menatap lekat mata Saka.
Pria itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Mana mungkin Saka bisa marah pada Kanaya.

Kanaya kembali tersenyum dan memberikan dua bakpao buatan Umi Enal ke Saka. Bakpao ini merupakan makanan favorit Kanaya, Saka, Arkana dan Enal.

Waktu masih SD Kanaya bahkan rela membantu Umi Enal untuk membuat bakpao hanya karna ingin makan Bapao Gratis.

"Sekarang gue antar lo pulang yah."

Kanaya hanya mengangguk lalu menyerahkan satu bakpao itu pada Saka.
Mereka berdua lalu berjalan kearah parkiran mengambil sepeda milik Saka sembari sesekali mengunyah bakpao buatan Umi Enal yang sangat terkenal enak.

*****

Angkasa masih menatap darah pada ujung jarinya yang terlihat tak hentinya menetes menodai marmer dikakinya. sedangkan Tuan Nugraha terlihat sibuk menelpon dokter untuk segera datang.

Saat Angkasa hendak berdiri dengan cepat Nyonya Nugraha menahan tangan Angkasa agar tidak terlalu banyak bergerak.

"Angkasa baik baik aja, cuma luka
kecil—"

"Lukanya memang kecil, tapi darahnya nggak bakalan berhenti secepat itu. Sekarang lebih baik kamu duduk dan tunggu dokter Rico kesini."

Angkasa lalu duduk dan masih menatap darah diujung jadinya yang terlihat tak hentinya meneteskan darah padahal ia hanya tercucuk jarum.

"Kata dokter Rico kompres pakai air dingin," kata Tuan Nugraha. Mbok sri yang bertugas sebagai ART di rumah itu langsung berlari membawa kain dan semangkok air dingin.

Nyonya Nugraha masih menatap putranya lekat. Wajah Angkas sedikit pucat saat ini. "Ada yang sakit?"

Angkasa hanya menggelengkan Kepalanya pelan. "Kasa baik baik aja," ucap Angkasa lalu merebahkan Kepalanya dipundak ibunya.

Darah diujung jari Angkasa sama sekali tidak kunjung berhenti padahal telah di lap dengan beberapa lembar tisu.

Angkasa mengidap penyakit Hemofilia. Mungkin kalian sudah cukup awan dengan Penyakit yang satu ini, hanya saja tak banyak orang yang menderitanya.

Sebuah penyakit yang Angkasa pikir mirip seperti cerita klasik princess disney Aurora. Tidak boleh tertusuk jarum atau kamu akan tertidur selamanya. Sama seperti Angkasa, bukan hanya jarum atau benda tajam lainnya tapi semua benda yang kemungkinan bisa membuat tubuh Angkasa  terluka.

Penyakitnya ini juga yang membuat keluarga Nugraha menjadi lebih overprotectif pada Angkasa.

Sewaktu kecil Angkasa pernah hampir meninggal gara gara jatuh dari sepeda dan lututnya mengalami pendarahan hebat hingga mau tak mau ia harus dirujuk kerumah sakit sebelum ia kehabisan darah.

"Angkasa mau sembuh tapi dokter bilang penyakit ini nggak mau pergi dari tubuh Angkasa," gumam Angkasa sambil melihat banyaknya tetesan darah yang tak kunjung mereda dari telunjuknya.

Nyonya Nugraha hanya bisa memeluk Angkasa. Entah sudah berapa kali Angkasa mengatakan permintaan itu padanya tapi nyatanya penyakit itu memang tak bisa sembuh dan hanya bisa di minimalisir.

Nyonya Nugraha hanya bisa meluk putranya yang terlihat sedikit memucat.

[BERSAMBUNG]

Kalau ada saran, kritik atau kesalahan tulisan bisa langsung berkomentar. Sampai jumpai di chapter selanjutnya.

Kira kira apa yang mau kalian sampaikan kepada :

Arkana

Kanaya

Saka

Angkasa

Terima kasih telah berkunjung ke ceritaku. Jangan lupa kencengin Komen dan vote nya biar aku makin semangat upload nya.

MANTRA CINTA KANAYA [TAMAT] [15+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang