Sebelum baca, Jangan lupa Vote dan Komentar sebanyak banyaknya. Terimakasih.
─── ❝ Selamat Membaca❞ ───
Kanaya tak hentinya celingak celingukan di sekitar jalan yang alamat barusan diberikan oleh Ayahnya."Hei," Panggil seorang yang Kanaya kenal. Angkasa ? Pria itu tak hentinya tersenyum kearah Kanaya dengan senyum bodohnya.
"Pesenan gue mana?" tanya Angkasa.
Kanaya lalu menyerahkan pesanan berupa lima bungkus nasi padang. "Totalnya seratus ribu," ucap Kanaya.
Angkasa lalu memberikan yang sebesar dua ratus ribu dan memberikannya pada Kanaya.
"Cuman seratus—"
"Ongkos antar sama temenin gue makan hari ini."
Kanaya mengernyitkan dahinya bingung. Tangannya lalu diseret Angkasa menuju sebuah kursi taman yang terlihat ada dua orang terlihat menunggu disana.
Angkasa meletakkan kantung kresek itu di tengah meja dan mendudukan Kanaya disampingnya. "Lo lama banget ngantar nya. Gue kelaparan tau!" keluh Angkasa lalu mengeluarkan lima bungkus nasi padang itu dan membagikannya kepada pria dan wanita paruh baya didepannya.
Kanaya masih diam dan menatap Angkasa yang terlihat membuka nasi padang dan langsung melahapnya. "Enak banget, gue pasti bakalan langganan disini lagi," puji Angkasa.
Kanaya lalu menatap dua orang didepannya. "Mereka siapa?"
"Kenalin ini Pak Asep, Sopir gue. Kalau yang itu bu Rahma, dia yang sering nyapu dijalan situ." tunjuk Angkasa ke arah trotoar dibelakang Kanaya.
Bu Rahma hanya tersenyum simpul kearah Kanaya. "Ibu juga punya anak seumuran kalian."
"Oh yah? Sekolah dimana bu?" tanya Kanaya penasaran.
"SMA Rajawali, sekarang uda kelas dua belas," jawab Bu Rahma.
"Berarti satu angkatan sama kita," bisik Kanaya lalu menoleh kearah Angkasa.
"Siapa namanya bu, siapa tau bisa jadi temannya Angkasa."
"Ibu nggak mau kasih tau namanya. Takut nanti dia malu punya ibu penyapu jalanan," jawab bu Rahma sembari tersenyum getir.
"Kenapa harus malu. Kata Abah Enal, Asal pekerjaan itu halal dan tidak merugikan orang lain maka nggak perlu malu dan harus bangga bu, apalagi tugas ibu membersihkan trotoar."
"Kanaya harusnya berterima kasih sama ibu karna uda kerja keras buat membersihkan area trotoar itu." Kanaya tersenyum simpul lalu membuka botol air mineral untuk bu Rahma.
Rahma tak menyangka dikota jakarta yang sudah se-modern ini masih ada anak sopan, baik seperti Kanaya. Karna terkadang ia sering menjumpai beberapa anak anak yang sering membuang sampah dipinggir trotoar lalu mengejek ejeknya karna pekerjaan kotornya itu.
Gadis manis bernama Kanaya itu benar, tak ada yang salah dengan pekerjaan menyapu jalanan karna ia tidak merugikan siapapun dan pekerjaan ini halal. Andai saja putrinya berpikiran yang sama dengan Kanaya, pasti Rahma akan bahagia sekali.
"Ibu tinggal dimana?" tanya Kanaya lagi.
"Ibu ngontrak di jalan welas asih," jawab Ibu Rahma.
"Pokoknya kalau ibu butuh uang atau yang lainnya, cukup hubungi Angkasa yah bu," ucap Angkasa lalu memberikan kartu namanya pada bu Rahma.
"Terimakasih banyak, nak."
*****
Gemerlap langit malam terlihat begitu indah dari atas jembatan penyeberangan yang sedikit remang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTRA CINTA KANAYA [TAMAT] [15+]
Teen FictionIni kisah tentang Kanaya yang menyukai sahabatnya sendiri bernama Arkana. Mereka berdua lalu memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih. Namun siapa sangka, Arkana malah memutuskan Kanaya secara sepihak dan meninggalkan gadis itu begitu saja. Kanaya...