05. Be Careful What You Wish For

16.6K 1.1K 4
                                    

"Ganen?"

klik

Kepala Faleesha melongok, masuk ke dalam ruangan tempat di mana biasanya Ganendra berada di pagi hari pada Sabtu yang cerah ini. Tidak menemukan apa yang dicarinya, Faleesha kembali menarik kenop untuk menutup pintu.

Apartemen mereka tidak begitu luas, dan seluruh ruangan sudah ia jelajahi. Tapi di pukul sembilan dengan matahari yang perlahan naik hingga menyilaukan mata ini, Ganendra seolah hilang. Berulang kali Faleesha me-restart ponsel juga wifinya, takut kalau ternyata Ganendra sudah mengabarinya lewat WhatsApp untuk pergi ke suatu tempat.

Faleesha pikir, koneksi internetnya yang bermasalah. Ternyata memang Ganendra tak memberi jejak sekalipun.

Perempuan dengan piyama merah marun polos itu terduduk di sofa dengan tangan yang memegang segelas susu putih dingin yang baru saja dituangnya dari kulkas.

Faleesha menarik nafas dalam, berpikir keras memikirkan kemana suaminya itu pergi. Tadi selepas subuh, ia memang tertidur sebentar.

"Waktu gue tadi tidur, dia masih ada deh. Kapan ngilangnya kalau begitu?" gumamnya seraya menyeruput susu dingin yang sudah jadi langganan sarapannya.

"Apa dia olahraga ya?" lagi, Faleesha berbicara sendiri.

"Iya, olahraga pasti. Dia kan rajin orangnya, nggak kayak gue." timpalnya lagi menarik kesimpulan.

**

Faleesha melipat kedua tangannya di depan dada sambil menatap jam dinding yang menempel di ruangan yang didominasi warna cokelat susu itu penuh perhitungan.

Karena sibuk harus membuat pesanan kue, ia baru kembali ke apartemen pukul empat sore. Dia pikir, Ganendra sudah kembali dari kegiatan 'olahraga' nya. Namun ternyata nihil.

Tak ada tanda-tanda Ganendra disini.

"ISH, KEMANA SIH?! SEHARIAN NGGAK ADA KABAR?!" gerutunya mengerucutkan bibir, meraih ponsel dari saku celana jeansnya tak sabaran.

Buru-buru Fale menelepon Ganendra, untuk yang kesekian kalinya dalam beberapa jam kebelakang.

"Ini gue abis salah apa sih? Kok tiba-tiba dia ngilang nggak ada kabar gini?" gumam Faleesha di tengah-tengah penantiannya akan terjawabnya panggilan.

"Halo?"

AKHIRNYA!

"Halo?! Kamu dimana?!"

"Iya, ini udah nyampe."

"Nyampe mana?! Kok nggak ngabar-"

tut tut tut

Faleesha mengerjap-ngerjapkan matanya, menatap ponselnya tak percaya. Ya Allah, dosa nggak sih ngeblock suami nyebelin kayak begini?! batinnya meminta petunjuk.

Selang beberapa detik, bel apartemennya berbunyi. Dengan langkah besar, Faleesha melangkah.

"Siapa?" ia berbicara lewat interkom.

"Orang ganteng."

Faleesha memutar bola matanya malas lalu segera membuka pintu untuk suaminya yang cengar cengir tanpa dosa.

"KEMANA AJA—"

"Hai! Aku bawain kamu es krim mochi yang cukup buat nyetok satu kulkas!" sebelum Faleesha sempat mengomel, Ganendra terlebih dahulu menyela ucapannya.

Lelaki itu berdiri menyamping, memperlihatkan setumpukan kardus dalam troli supermarket yang penuh sesak.

Faleesha menganga, kehabisan kata-kata.

"Kamu...."

"Minggir, nanti keburu meleleh."

Masih dengan rasa ketidakpercayaannya, Faleesha mundur beberapa langkah, memberi ruang bagi Ganendra dan troli besarnya untuk masuk.

cup

"I only take hugs and kisses as a payment, Miss. Thank you." ucapnya selepas mengecup pipi Faleesha di sela-sela mendorong troli menuju dapur.

Faleesha masih mematung di tempatnya, mencerna setiap aksi yang baru saja suaminya lakukan. Ganendra, troli penuh es krim mochi, tak terkecuali dengan kecupan di pipinya.

Wanita itu menutup pintu pelan.

Ini pasti sebab cuitan isengnya di twitter beberapa waktu lalu, yang bergurau akan menyetok es krim mochi sebanyak satu kulkas karena terlalu menyukai makanan manis yang satu itu. Itu sungguh hanya sebuah gurauan, tapi Ganendra menganggapnya serius.

Faleesha melangkah, mendekati Ganendra yang tengah bersenandung sambil memasukkan es krim mochi ke dalam freezernya.

Kedua tangan Faleesha dilipat di depan dada, "Kamu beliin ini semua buat aku?" tanyanya memilih untuk mengamati saja dulu.

Ganendra mengangguk dengan binaran di matanya, "Iya. Kamu suka nggak?"

Suka sih... Cuma ini gue bisa muak sama es krim mochi kalau disuruh ngabisin segininya, batin Faleesha geleng-geleng kepala.

Tak ingin membuat Ganendra merasa usahanya sia-sia, Faleesha lantas menjawabnya dengan anggukan, "Suka kok. Cuma ini agak kebanyakan yah," ringisnya.

"Aku cuma ngewujudin perkataan kamu, kok." Bela Ganendra.

Ya iya salah gue juga sih becandanya bilang mau nyetok satu kulkas...

"Yaudah, nanti aku bagi-bagiin sama tetangga, sama temen-temen boleh juga, kan?" tanya Faleesha secara tiba-tiba bersimpuh di samping kardus penuh es krim mochi didekat Ganendra.

"Eh, kamu ngapain disitu?"

"Bantuin kamu nyusun." Jawabnya disertai senyuman seraya mengoper empat buah kemasan es krim mochi yang ia capit.

Faleesha berniat meringankan pekerjaan Ganendra yang sedaritadi bolak-balik jongkok-berdiri layaknya tengah squat demi memindahkan es krim ke freezer.

Lelaki itu mengulas senyum manis, "Makasih, ya."

"Iya, sama-sama. Hitung ini sebagai bayaran, ya."

"Nggak. Aku tetep hanya akan ngitung hugs and kisses as a payment, titik."

***

Teman Tapi AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang