31. Hampir

7K 574 6
                                    

6 bulan sebelum pernikahan...

Faleesha mengacak-acak rambutnya, benar-benar dibuat frustasi dengan ucapan yang baru saja mengalir dari mulut Ganendra beberapa saat yang lalu.

"Keluarga gue mau kita tetep pake adat jawa, Fal." begitu katanya tadi.

Sejak awal memang kedua belah pihak menemui bentrok perihal adat yang digunakan di hari H. Pihak keluarga Faleesha menginginkan akad dilaksanakan dengan adat sunda, sedang sisi Ganendra kekeuh menginginkan prosesi jawa sejak lamaran sampai hari H nanti.

"Ya lo bilang lah, ini udah deal loh, baju, MUA segala macemnya udah gue DP. Gue nggak ada banyak waktu, Nen, buat ngurus ulang semua dari awal. Ini aja udah kebantuan sama Aqila."

"Ya gimana? Gue juga udah bilang gitu, tapi Eyang minta adat jawa."

Faleesha mengusap wajahnya kasar, "Sebenernya yang nikah itu kita apa keluarga kita sih? Kayaknya repot banget mereka itu, nggak bisa nikmatin aja apa ya?" gumam Faleesha terdengar begitu putus asa.

"Ya maklumin aja Fal, anggap aja bantuan."

Kening Faleesha berkerut, "Apanya bantuan? Bikin repot iya."

"Terus gimana ini?"

Faleesha mengibas-ngibaskan tangannya di udara, "Terserah deh, gue udah nggak ada tenaga lagi buat ngebantah, berdebat segala macem."

Ganendra tersenyum lemah, lantas mengelus pelan lengan atas kekasihnya, "Kita sama-sama ya." ucapnya menenangkan.

Faleesha mengangguk, pasrah.

**

2 minggu kemudian...

"Udah lo urus?" jari jemari lentik Faleesha kontan berhenti menari di atas keyboard laptop ukuran 14 inch miliknya.

Pertanyaan yang barusan Ganendra lempar lewat sambungan telepon jujur mengusiknya. Apa katanya? Gue yang ngurus?

"Gue yang ngurus?" cicitnya.

"Iya, gimana? Udah dapet belom?" karena terbentang jarak, Ganendra tak dapat melihat bagaimana murkanya wajah Faleesha saat ini.

Setelah stres dihantam pekerjaan yang hampir membuat kepalanya pecah, ditambah mengurus tetek bengek pernikahan yang tiada akhir, Ganendra masih memintanya tuk mengurus perubahan sepihak yang tempo lalu diusulkan?

"Kata lo kan bareng-bareng ngurusnya?"

"Ya nanti gue bantuin kalau lagi senggang. Ini Eyang nanya, bisa nggak kita dari akad sampe resepsi make adat jawa? Harus make jawa sih katanya, tradisi soalnya."

Faleesha mengelus dada, mencoba bersabar, karena mungkin saja ini yang dimaksud orang tuanya sebagai 'cobaan sebelum menikah'.

"Belum sempet, nanti yaa gue sekalian minta bantuin Aqila deh nyari-nyari referensi." sahutnya setelah berhasil mengendalikan diri.

"Aduh, jangan lama-lama, Fal. Acara kita kan sebentar lagi, nanti kalau jadi kacau gimana?"

"Ya, ini gue juga lagi hectic banget soal kerjaan.  Atau siapa deh sepupu lo, siapa lo, yang waktunya banyak minta tolong survei, nanti kita pilih sama-sama."

Ganendra mendesah panjang, "Jangan ngerepotin orang gitu lah, urus sendiri aja kan kita bisa."

Faleesha mengembuskan nafas lelah, "Yaudah, kalau gitu, sabar yaa Ganendra."

"Fal, jangan terlalu santai-santai, sih. Kesannya lo nyepelein banget deh ini, yang mau nikah kita loh."

"Santai santai apanya sih? Lo mikir nggak sih kalau ngomong? Lagi ada-ada aja, kesepakatan awal kita gimana, udah tau kita sama-sama sibuk, makanya make adat sunda tuh kemaren biar nggak banyak ini itunya." Faleesha naik pitam.

Teman Tapi AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang