Jaman kuliah, beberapa tahun lalu.
"Yaudah, yuk masuk, udah dibuka tuh teaternya." seorang perempuan berambut cokelat panjang sebahu mengajak ketiga teman lainnya untuk memasuki ruangan yang nomornya telah tertera di tiket.
"Tiket di siapa?" Ganendra mengajukan tanya yang otomatis menghentikan langkah ketiga orang lainnya.
Mereka berkumpul membentuk lingkaran. Devian mengangkat tinggi-tinggi tangannya seraya menunjukkan empat lembar tiket pada ketiga temannya yang lain, "Di gue."
Ganendra mengangguk lantas mempersilakan Devian untuk memimpin jalan.
Devian pun melangkah terlebih dahulu, disusul oleh Kara—si gadis berambut panjang—tepat di belakangnya, baru Ganendra dan Faleesha paling belakang.
Faleesha mempercepat langkahnya, memangkas jaraknya dengan Ganendra. Begitu masuk ruangan, trailer film horror yang akan tayang dua minggu lagi itu terputar keras yang lantas membuat Faleesha terpekik kaget hingga secara refleks meraih lengan Ganendra.
Mereka memilih tempat duduk di bagian D, sehingga butuh beberapa pijakan anak tangga untuk sampai disana. Namun baru sampai di anak tangga pertama, Faleesha yang memang pada dasarnya penakut dan hanya sok menantang dirinya hari ini, memberikan reaksi yang ikut membuat Ganendra terkejut.
Lelaki itu menoleh, mendapati gadis itu tengah menunduk dengan tangan yang masih mencengkram erat tangannya.
"Ish, apaan sih?! Lepas!" ucapnya melepaskan kaitan dalam sekali sentak.
Faleesha geleng-geleng kepala, "Aduh beneran Ganen, gue takut beneran, please sampe tempat duduk aja," pintanya memohon masih dengan kepala yang tertunduk.
Ganendra mengembuskan nafasnya panjang, "Yaudah nggak usah pegang-pegangan juga."
"Yaudah." akhirnya Faleesha melepaskan cengkramannya.
Saat Ganendra dan Faleesha tengah berinteraksi, Davian dan Kara yang sudah terlebih dahulu berjalan pun kini duduk anteng berdampingan di kursi yang telah mereka pilih tadi.
Davian tertawa geli, mendekatkan dirinya pada Kara seraya menunjuk-nunjuk Faleesha juga Ganendra, "Kar, lo liat tuh temen lo yang ngajakin. Cemen banget,"
Kara ikut tertawa, "Emang belagak tuh si Fale, emang enak, sampingnya Ganen, nggak bisa ngumpet-ngumpet di bahu orang deh."
Kembali pada Ganendra dan urusannya.
Lelaki itu baru saja akan meneruskan perjalan yang sempat tertunda sebelum untuk kedua kalinya Faleesha mencengkram erat pergelangan tangannya sekaligus memangkas jarak di antara mereka sehingga kini kepala gadis itu menempel tepat di belakang lengan Ganendra.
"Ish! Makanya kalau takut nggak usah sok ngajakin nonton horror." omelnya namun kini tak disertai penolakan.
**
Ganendra tertawa geli sambil menatap layar dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada. Di antara seluruh penonton di ruangan ini, hanya dia seorang diri yang merasa bahwa setan di film yang sedang ditontonnya itu nampak lucu.
Faleesha, yang sejak film dimulai hanya menonton lewat celah kecil di antara jari jemarinya menoleh, menatap lelaki itu dengan kening berkerut, "Apa yang lucu sih?!"
"Itu setannya lucu. Lo liat gak?"
Faleesha menggeleng.
Lelaki itu lalu tertawa meremehkan, "Cupu. Makanya jangan ditutup mulu tuh mata lo," ledeknya.
Faleesha menatap Ganendra sensi, lalu saat indera pendengarannya mulai menangkap musik latar yang menandakan adegan mengejutkan akan segera muncul, kembali ia buru-buru menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Ganendra tersenyum miring. Diraihnya tangan Faleesha, "Buka, ayo buruan, liaaatt!!!" katanya iseng seraya menarik-narik kedua tangan Faleesha agar menjauh dari wajahnya.
"GANEN SIALAANN, GUE JADI NGELIAT SETANNYA!!!" marah Faleesha yang tak pernah terpikirkan Ganendra akan bertindak iseng sampai sejauh itu.
Ganendra tertawa puas.
"Biarin gue tahan tangannya biar nggak bisa ngintip-ngintip." ucap lelaki itu seraya mengunci kedua tangan Faleesha dengan tangannya.
"Lepas gak tangan gue?!"
"Nonton makanya."
"Yaudah, kalau gitu gue nontonin muka lo aja."
Ganendra menautkan kedua alisnya, "Ngapain jadi nonton orang ganteng?"
"Cuih."
"Nonton."
"Nggak."
"Yaudah, terserah." sahut lelaki itu tak peduli lalu kembali fokus pada film, dengan tangan yang masih menggenggam kedua tangan Faleesha, menahannya agar tak digunakan oleh sang empunya.
Faleesha pun ikut menepati janjinya untuk hanya memakukan pandangannya pada Ganendra semata.
Ganendra melirik gadis itu sekilas dari ekor matanya.
"Heleh, udah ah. Nanti balik dari sini malah lo lagi yang naksir gara-gara dua jam ngeliatin muka gue doang." ucapnya menutupi salah tingkah, kemudian melepaskan tangannya dari tangan Faleesha yang menyunggingkan senyum penuh kemenangan.
***
cerita ini alurnya maju-mundur yaah, harap diperhatikan keterangan waktunya xixix terimakasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad
FanfictionDulu waktu jamannya kuliah, Faleesha paling ogah berurusan sama Ganendra. Karena selain cowok itu omongannya sepedes cabe Carolina Reaper, gengsinya gede pula. Tapi hidup emang suka bercanda, mati-matian ngehindarin, eh.. ujungnya akad juga. -•-•-•...