Faleesha menatap mahakarya-nya dengan tatapan penuh bangga. Hari ini, ia sengaja mengosongkan jadwalnya hanya untuk membuat kue yang persiapannya telah sejak jauh-jauh hari. Hari ini adalah hari kelahiran Ganendra, yang telah tiga puluh tahun hidup di dunia.
Wanita itu sejak pagi sibuk berkutat dengan kue rancangannya. Ia yang biasa dibantu oleh para staf dalam menyelesaikan pesanan pun hari ini menolak semua bantuan yang mereka ajukan. Ia ingin kue ini sepenuhnya hasil tangannya sendiri, tanpa campur tangan orang lain.
Perasaan bahagia membuncah dalam dada Faleesha. Karena ini adalah ulang tahun pertama Ganendra yang mereka rayakan setelah berubah statusnya. Plus, perayaan ulang tahun yang dirayakan bersama di hari yang sama. Sebelum menikah, karena kesibukan juga sulitnya menyamakan jadwal, mereka terbiasa merayakan hari lahir di hari libur, atau beberapa hari setelah hari H.
Tapi berhubung mereka sudah berada di atap yang sama sekarang, jadi tak perlu repot-repot lagi memundurkan waktu perayaan.
Selepas membungkus kue, Faleesha pun pulang ke rumah. Ia sengaja pulang lebih cepat ketimbang jadwal biasa karena berniat mempersiapkan dekorasi kecil-kecilan sebagai kejutan. Tak lupa pula ia menyiapkan jam tangan sebagai kado yang dibungkus apik dalam kotak berpita emas.
Belakangan ini, sebelum tidur, Faleesha memperhatikan suaminya itu kerap mengulik-ulik jam tangan dari berbagai merek. Sepertinya suaminya itu berniat membeli jam tangan, tapi masih kebingungan menentukan pilihan. Jadi wanita itu berinisiatif membelikannya terlebih dahulu, berharap mudah-mudahan lelaki itu kan suka dengan pilihannya.
Selepas menata dekorasi juga membersihkan diri, Faleesha pun duduk anteng di meja makan menunggu kedatangan Ganendra yang biasanya akan tiba sekitar dua puluh menit lagi.
Lelaki itu hidupnya teratur. Ia akan berangkat, juga pulang di jam yang sama. Kalau pun terlambat, pasti karena ada acara.
Sepertinya hari ini Ganendra tak memiliki agenda. Berulang kali Faleesha mengecek ponselnya, tak satupun pesan dari suaminya itu hinggap disana.
10 menit....
20 menit....
30 menit....
Yang ditunggu tak kunjung datang. Faleesha lantas berpindah ke sofa panjang yang ada di ruang televisi, merebahkan tubuhnya yang terasa pegal lantaran berlama-lama duduk tegak. Ditambah, ia masih dalam masa menstruasi, jadi nyeri di perutnya menjadi-jadi.
Merasa hawa sejuk, Faleesha pun perlahan-lahan memejamkan mata.
Wanita itu pikir, ia hanya akan tidur singkat. Mungkin sekitar sepuluh sampai tiga puluh menit.
Tapi sampai ia kembali membuka mata, terbangun di tengah keadaan ruangan yang masih gelap, Ganendra masih belum juga hadir disana.
Faleesha mengucek mata, melirik jam yang tertera di ponselnya.
23.00
Ia buru-buru duduk, lalu berjalan mengelilingi unit apartemen, mencari keberadaan Ganendra.
"Kok nggak ada? Apa lagi pergi keluar?" tanya nya menengok ke arah rak sepatu.
Nihil.
Sepatu yang biasa dikenakan Ganendra juga masih belum kembali ke tempatnya.
Faleesha lantas mengecek notifikasinya, menanti kabar dari suami.
Nihil.
Ganendra tak menelpon, maupun memberinya pesan mengenai keberadaannya.
Perut Faleesha keroncongan sekarang. Ia belum makan sejak siang tadi karena berniat akan makan malam bersama Ganendra di rumah.
Tapi hingga waktu yang hendak berganti hari, belum tampak juga batang hidung lelakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad
FanfictionDulu waktu jamannya kuliah, Faleesha paling ogah berurusan sama Ganendra. Karena selain cowok itu omongannya sepedes cabe Carolina Reaper, gengsinya gede pula. Tapi hidup emang suka bercanda, mati-matian ngehindarin, eh.. ujungnya akad juga. -•-•-•...