CW: obrolan 18+
***
Layar di televisi berukuran enam puluh inchi itu menggelap kala jam digital di atas lemari kayu menunjukkan angka 23:30. Seratus dua puluh enam menit sudah dihabiskan Faleesha juga Ganendra di dalam kamar, membunuh waktu malam minggu dengan agenda menonton film bersama. Semenjak kehadiran Zevanya, keduanya seakan enggan berpergian jauh dari sang buah hati.
Makhluk kecil yang usianya menginjak delapan bulan dua hari yang lalu itu pun kian menggemaskan hari ke hari. Mata bulatnya yang besar sering dibuat takjub dengan hal-hal kecil yang Faleesha lakukan.
Ocehannya pun seakan menjadi lantunan merdu. Rambut hitamnya yang lurus nan jatuh itu mulai memanjang, membuat sosok Zevanya bak boneka yang sungguh hidup.
"Yang, anak aku selain bisa tepuk tangan, bisa apalagi dia?" sambil menaruh remot televisi kembali bergabung di kotak putih yang berisi sekawanan remot elektronik yang lain, Ganendra melempar pertanyaan.
Faleesha mengernyit, "Apaan anak kamu anak kamu aja?!" balasnya sewot, tak terima.
Ganendra nyengir, melompat ke atas kasur hingga ranjang berukuran 200x200 cm itu kontan berantakan.
Gemas, Faleesha lantas menepuk paha suaminya keras-keras hingga menghasilkan suara yang garing.
"Main lompat-lompat aja! Dipikirnya Zevanya kali kalau lompat-lompatan nggak bikin goyang satu kasur?! Nanti kalau rubuh gimana?!" tegur wanita itu seraya mengurai rambut hitam yang sebelumnya dicepol.
Ganendra tersenyum miring, menahan ringisan meskipun pukulan tadi pedas dirasa, "Ya emang nggak pernah goyang sebelumnya? Kuat-kuat aja tuh buktinya nih masih kokoh," sahut lelaki itu dengan pandangan mulai menggelap.
Sontak, bulu kuduk Faleesha meremang. Buru-buru ditutupnya wajah Ganendra dengan bantal, "Nggak sekarang ya, capek aku tadi abis kontrol ke toko sambil ngurus Zeva dibawa kesana," tolaknya sebelum serangan terjadi.
Ganendra berdecak, disusul desahan panjang, "Kapan dong? Dari hari-hari lalu besok-besok terus tapi nggak terlaksana." gerutunya menyingkirkan bantal lantas menggembungkan pipi, bertingkah layaknya bocah berumur tujuh tahun yang tengah merajuk pada sang ibu lantaran usulan membeli kinderjoy ditolak.
"Ya sabar ya sayang, nanti juga waktunya akan tiba." hibur Faleesha mencubit hidung Ganendra keras-keras hingga sang empunya berteriak kesakitan.
"FAL!!!!! SAKIT!!!"
"Ssshhh! Nanti anaknya bangun! Berisik aja sih!" cepat dibekapnya mulut Ganendra dengan telapak tangan demi meredam suara cerocosan.
Ganendra melipat kedua tangannya di depan dada, menatap wanita dalam bungkusan piyama abu-abu mendungnya sinis, "Yang bikin teriak siapa yang kena omel siapa." sindirnya menembakkan aura permusuhan.
Faleesha terkekeh, bergerak maju memeluk Ganendra, "Maaf yaa, abis kamu gemesin banget. Paling gemes nomor dua di dunia."
"Kok nomor dua?!"
"Ya, nomor satu soalnya anakku."
"Anakku."
"Yaudah anak bersama."
"Anakku sih, kan aku penyumbang benihnya."
"Ya nyumbang kalau nggak ada tempatnya mau berkembang dimana?!"
"Heheheh ya juga. Anak trans tv berarti."
"Kok?"
"Milik kita bersama."
**
Usai mengantar Zevanya ke rumah orangtuanya pukul delapan pagi, Faleesha segera bertolak kembali ke rumah untuk bersiap menghadiri acara kantor Ganendra yang diagendakan akan dimulai tepat pada pukul satu siang nanti di salah satu hotel di bilangan Jakarta Pusat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad
FanfictionDulu waktu jamannya kuliah, Faleesha paling ogah berurusan sama Ganendra. Karena selain cowok itu omongannya sepedes cabe Carolina Reaper, gengsinya gede pula. Tapi hidup emang suka bercanda, mati-matian ngehindarin, eh.. ujungnya akad juga. -•-•-•...