Telapak tangan Ganendra menyentuh dahi wanitanya yang terkulai lemah di sofa panjang yang berada di ruangannya.
Panas banget, batinnya berbisik khawatir.
Kelopak mata Faleesha tertutup, tubuhnya menggigil meski pendingin ruangannya dalam kondisi mati, juga dua lapis selimut membalut tubuhnya.
Ganendra bersimpuh, menepuk-nepuk pipi cintanya pelan, "Fal, bangun."
Faleesha tak merespon.
Lantas kembali Ganendra ulangi tindakannya, "Fal.. Bangun..."
"Faleesha... Sayang..." panggilnya lagi yang akhirnya mendapat respon lenguhan berat dari Faleesha.
Perlahan, sepasang matanya terbuka.
Manik mata yang biasa bersinar itu kini redup, nampak sayu, "Hngghhh..."
"Bangun dulu yuk sayang, kita ke dokter, kamu panas banget ini badannya." ajak Ganendra mengusap-usap punggung tangan Faleesha.
Wanita itu mengangguk.
"Sini aku bantuin." dengan sigap, Ganendra membantu istrinya yang tengah payah itu untuk berdiri.
Kepala Faleesha benar-benar berputar sekarang. Kakinya melemas.
"Gapapa sini, peluk aku aja kalau nggak kuat berdiri."
Faleesha langsung ambruk, di pelukan yang selama ini ia dambakan.
Ganendra lantas memapah tubuh istrinya yang kehilangan separuh dari tenaganya sampai ke parkiran, yang tak pelak mengundang perhatian dari para pengunjung karena keadaan toko tengah ramai.
Lelaki itu dengan hati-hati menyenderkan cintanya pada kursi lalu dililitnya dengan sabuk pengaman.
Telaten, Ganendra lantas kembali membungkus Faleesha menggunakan selimut yang tadi berada di ruangannya, lalu disematkan pula bantal leher agar wanitanya nyaman dalam perjalanan.
Ganendra mengelus ringan pucuk kepala Faleesha, memberi kekuatan tanpa ucapan.
Selepas memastikan Faleesha telah rampung persiapannya, Ganendra memutari mobil dan langsung tancap gas menuju dokter kepercayaan mereka.
**
Faleesha ditarik dari alam mimpi.
Wanita itu menyipitkan mata, mencoba merangkai tiap-tiap kejadian yang hanya diingatnya sepintas karena pusing yang teramat sangat.
Ia teringat mengeluhkan kepalanya yang pening, lalu memutuskan tuk melipir dari dapur dan merebahkan diri di atas sofa.
Selepas itu, ia tak ingat siapa yang berjengit panik, berkata bahwa suhu tubuhnya melambung naik.
Tak lama, Ganendra datang, dan ia dibopong ke rumah sakit.
Apa Ganendra hanya bagian dari mimpinya?
Faleesha mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamarnya yang remang.
Nampaknya memang ia hanya bermimpi. Mimpi yang terlalu panjang, karena di kenyataan, Ganendra tidak ada di sana.
Mungkin salah satu pegawainya yang mengantarnya pulang.
Mana mungkin Ganendra yang sedang marah itu menurunkan ego.
Mustahil, pikirnya.
Perlahan, wanita itu bangkit dan berjalan lesu menuju dapur tuk mengaliri kerongkongannya yang kering kerontang dengan air.
Sesampainya di dapur, matanya mengerjap-ngerjap.
Ganendra, duduk di meja makan, ditemani mie instan cup dan nasi yang asapnya masih terkepul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad
FanfictionDulu waktu jamannya kuliah, Faleesha paling ogah berurusan sama Ganendra. Karena selain cowok itu omongannya sepedes cabe Carolina Reaper, gengsinya gede pula. Tapi hidup emang suka bercanda, mati-matian ngehindarin, eh.. ujungnya akad juga. -•-•-•...