R17+ convo
**
Semester dua, tahun pertama jadi mahasiswa
Ganendra memijit pelipisnya, pening. Gadis di hadapannya ini terus saja bicara tanpa henti dengan teman-temannya yang lain. Mulutnya terus menyerocos, seakan tak mengenal rem maupun takut kehabisan topik tuk dibahas.
Sudah ia dihadapkan dengan ujian mikro tadi, sekarang pula mesti mendengar ocehan Faleesha yang tiada henti.
Ganendra mendekat pada Devian, "Dev, bisa dimatiin aja nggak sih radionya ini? Berisik banget, siaran terus!" guraunya yang disambut gelak tawa Devian.
"Jangan gitu, Gan. Lumayan hiburan, dibanding anyep ini kita abis ngebul-ngebulan kuis dadakan." Balas Devian menepuk-nepuk pundak Ganendra akrab.
Ganendra menghela nafas panjang nan melelahkan.
"Oiya, Ganen, tadi lo bisa nggak ngisinya?" setelah sibuk berbincang dengan Brian Kevin, atau yang lebih akrab disapa Beka, Faleesha beralih melempar pertanyaan pada Ganendra.
Lelaki itu mengangkat bahunya acuh, "Bisa-bisa aja."
Bibir Faleesha mengerucut, kedua tangannya dilipat di depan dada, "Gila! Itu soal udah nggak biasa aja!"
Senyum tersungging di bibir Ganendra, kecil.
Merasa respon Ganendra terlampau datar, Faleesha lantas kembali melempar pertanyaan pada teman-temannya yang lain.
"Bisa diem dulu nggak, sih? Katanya pusing, tapi nyerocos terus." Ganendra akhirnya buka suara tanpa diminta.
Kontan, seisi meja tertuju padanya.
Aura permusuhan kembali menguar.
Faleesha mengangkat dagunya, menantang, "Kenapa emangnya? Biar nggak pusing justru harus ngobrol, biar banyak hiburan!" gadis itu membela.
Kening Ganendra mengkerut, "Ya buat lo itu hiburan, buat gue siksaan. Heran, nggak ada capeknya itu mulut ngomong, mirip radio rusak!"
"Heh, awas aja ya lo kalau sampe suatu saat nanti malah demen sama ocehan gue!"
Ganendra bersedekap, "Gue? Demen sama ocehan lo yang kayak radio rusak itu? Nggak bakal! Kasian kuping gue denger suara lo, enak juga nggak didenger, bikin pengang iya."
Faleesha baru saja akan bangkit tuk berhadapan langsung dengan Ganendra sebelum Brian menahan, "Udah, udah, nggak enak Fal." Cegahnya menepuk-nepuk punggung Faleesha ringan.
Faleesha kembali duduk anteng, mencoba melepaskan segala emosi yang menguasai dirinya. Ganendra sialan, awas aja sampe dia naksir gue, nggak bakal gue tolak baik-baik, batinnya berbisik penuh bara.
"Ih, seru abis nontonin orang ribut. Lucu sih kalau misal beberapa tahun lagi kalian ternyata jodoh," Jevian nyeletuk seraya bertepuk tangan kecil dengan mata yang berbinar.
Kontan, kedua insan yang diseret-seret dalam perbincangan itu beradu pandang, masing-masing melempar tatapan enggan yang tersurat.
"Kalau di dunia ini tersisa satu cowok, dan itu elo," Faleesha menunjuk lelaki yang duduk di hadapannya dengan telunjuk, "Mending gue jomblo sekalian sampe akhir dunia!" lanjutnya menatap Ganendra tajam bak belati yang baru saja diasah.
Sang laki-laki mengulas senyum miring, "Gak usah geer, gue juga mending sama cowok, kalau di dunia ini ceweknya sisa lo doang."
Kontan, seisi ruangan geleng-geleng kepala, "Aduh, ini gue ketawa paling kenceng sih kalau beberapa tahun ke depan nanti, ternyata lo berdua jodoh." ucap Jevian, si pemuda berambut pirang sambil geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad
FanfictionDulu waktu jamannya kuliah, Faleesha paling ogah berurusan sama Ganendra. Karena selain cowok itu omongannya sepedes cabe Carolina Reaper, gengsinya gede pula. Tapi hidup emang suka bercanda, mati-matian ngehindarin, eh.. ujungnya akad juga. -•-•-•...