6 bulan kemudian....
Faleesha menarik kursi plastik berwarna merah yang letaknya tak jauh dari tempatnya singgah. Wanita itu kemudian menaruh bokongnya seraya mengatur nafas yang ngos-ngosan.
Hari ini ia datang ke tokonya yang hampir selesai dibangun. Faleesha sebetulnya berniat untuk pindah ke tempat yang lebih luas, sebelumnya. Namun gagal lantaran pemilik usaha ayam geprek yang menempati ruko persis di sebelah kanannya tiba-tiba menjual bangunan miliknya dengan harga yang terbilang murah karena tengah terlilit hutang dan mesti dilunasi secepatnya.
Jual butuh istilahnya.
Saat harga jual dan kantong dirasa cocok, maka wanita itu tak ragu mengambil alih kepemilikannya.
Tiga bulan ini, selama kedua ruko di renovasi, Faleesha hanya melakukan penjualan secara daring dan membatasi pesanannya per-hari. Hal itu dikarenakan tiga bulan belakangan ini, ia juga sibuk mondar-mandir mengecek kesiapan hunian barunya bersama Ganendra.
Sebuah rumah, dengan taman belakang hijau yang luas, juga garasi yang memuat empat mobil seukuran minibus.
Ia berencana pindah ke rumah baru lusa, setelah semua barang di apartemennya selesai diangkut.
"Kamu aku cariin ternyata disini." Ganendra nimbrung sambil mengecup pucuk kepalanya singkat.
"Kamu ngapain keliling di dalem?" tanya nya sedikit mendongak menatap Ganendra dari tempat duduk.
"Iseng aja, mau ngecek kalau ada yang kurang kan bisa diperbaiki sebelum selesai."
Wanita itu hanya menjawab dengan anggukan.
"Laper nggak kamu?" tanya Ganendra seraya memasangkan topi abu-abu ke kepala istrinya yang persis dihujani sinar matahari sore.
"LAPEERRR! Ih aku belakangan ini suka laper, padahal baru makan satu atau dua jam yang lalu." curhatnya merasa keheranan sendiri.
Ganendra tertawa, "Nggakpapa, makan yang banyak. Terus, mau makan apa?"
Faleesha terdiam berpikir sambil mengusap dagunya.
"Hmmm.. Apa ya?"
Pandangannya berpendar, mencari ide dari lingkungan sekitar.
"AH! ITUU! Aku mau nyoba mie ayam bangka yang di deket lesan disitu deh, yang." ucapnya menunjuk kedai mie ayam tenda yang lokasinya dihimpit minimarket dengan logo A merah dan tempat les bahasa inggris.
Ganendra menautkan kedua alisnya, "Kamu mau makan disitu? Tapi itu loh, ngantri dia, tuh liat."
Faleesha mengerucutkan bibirnya, "Ya nggakpapa. Ngantrinya kan duduk, nggak sambil berdiri."
"Yaudah, yuk kesana yuk. Jalan ya?"
"Iya."
**
Faleesha menatap Ganendra yang tengah duduk di ruang televisi dengan stik PS dan telepon yang terhubung bersama Devian dengan kesal. Kedua tangannya dilipat di depan dada, matanya mulai memanas.
Sebabnya, tidak lain tidak bukan adalah ia merasa cemburu dengan Ganendra tadi waktu mereka makan mie ayam.
Ah, ralat. Bukan cemburu dengan Ganendra, tapi cemburu dengan tatapan lapar perempuan lain yang menatap cintanya penuh penasaran juga kekaguman.
Tadi ketika mereka makan mie ayam, ternyata jamnya berpasan dengan jam anak-anak selesai les yang juga berniat makan di tempat yang sama. Mereka masih muda, mungkin rata-rata umurnya baru enam belas sampai sembilan belas tahunan.
Masih muda tapi lirik-lirik suami orang, huuh, belom aja gue tutup mata lo satu-satu semua, batinnya masih terbakar cemburu.
Kayak nggak pernah ngeliat orang ganteng aja sih?! Sampe melotot tuh matanya kayak mau keluar
HUAAAH, PADAHAL CUMA NGINGET-NGINGET TAPI MAKIN KESEL BAWAANNYA!!!!
Dalam sepersekian detik, tatapan nyala itu berubah sendu. Dan tak butuh waktu lama, matanya mengabur terhalang air mata yang tanpa diniatkan turun dari pelupuk.
Mendengar ada suara sesenggukan, kontan Ganendra meminta Devian untuk menjeda permainan.
Lantas diliriknya Faleesha, yang sudah menangis tak karuan di meja makan.
Dengan panik, Ganendra setengah berlari menyambahi.
"Eh, kamu kenapa nangis? Ih kok sedih banget, nangisin apa?" tanya nya merendahkan diri, berinisiatif menghapus jejak-jejak air mata di wajah sang istri.
Faleesha meninju keras dada Ganendra, "AKU SEBEL SAMA KAMU!!!"
"Sebel sama aku?" cicitnya kebingungan.
Perasaan gue cuma diem doang main PS, apa karena gak diajak? tanya Ganendra dalam hati.
"OHH, kamu kesel karena aku main PS terus? Oke, bentar nih aku matiin PS-nya," katanya hendak bangkit kembali ke ruang tv, namun dicegah oleh Faleesha.
"SINI!"
"Iya, iya. Kenapa? Aku salah apa? Maaf yaa..."
Faleesha menatap wajah bulat itu lekat-lekat. Tangannya terangkat di udara, mengelus pipi Ganendra pelan seraya terus berjalan sampai berhenti di hidung.
"Kamu bisa nggak sih jadi orang tuh jangan ganteng-ganteng?!" omelnya mencubit hidung Ganendra keras-keras sampai sang empunya mengaduh.
"ADWUH AHW, SHAKIT." pekiknya meminta Faleesha untuk melepaskan capitannya.
"Tiap kita ke mana-mana pasti deh ada yang suka ngeliatin kamu sampe segitunya. Apa besok-besok kamu aku pakein topeng aja sekalian biar nggak ada yang lirik-lirik?!"
"SHAHYANHG, GHAK BHISHA NHAFHAS."
Capitan itu terlepas.
Ganendra kembali bernafas dengan bebas.
"Kamu nangis kenapa? Coba ulang."
"Karena kamu terlalu ganteng. Jadi orang-orang suka ngeliatin kamu."
"Ya.....????? Aku mau gimana? Ini keturunan, Fal."
"Pokoknya aku sebel."
"Iya, maaf deh karena terlalu cakep. Terus harus gimana aku jadinya?"
"Ya kurangin gantengnya!!! Ish, gitu aja nggak paham."
"Caranya?"
"Ya kamu pikir aja sendiri!"
HADEEEEHHHH, punya bini ajaib bener kelakuannya
**
Faleesha duduk di tepi ranjangnya, kehabisan kata-kata kala netranya memaku pada tiga benda berwarna putih yang dibelinya di apotek tadi. Sekali lagi, ia mengucek mata, memastikan ini bukan sekadar ilusi semata.
Tiga test pack di genggamannya kompak menunjukkan garis dua.
Lantas dengan gemetar, Faleesha meraih ponsel di wastafel.
Seiring dengan air mata kebahagiaan yang menitik turun dari pelupuk, ia memotret pemandangan yang telah lama dinanti, setelah berulang kali hatinya dikoyak akan pertanyaan yang tak kunjung dapat jawaban.
Kini ia telah dapat jawabannya, hadiah dari Tuhan, selepas sulit dilalui perjuangan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad
FanfictionDulu waktu jamannya kuliah, Faleesha paling ogah berurusan sama Ganendra. Karena selain cowok itu omongannya sepedes cabe Carolina Reaper, gengsinya gede pula. Tapi hidup emang suka bercanda, mati-matian ngehindarin, eh.. ujungnya akad juga. -•-•-•...