Ganendra baru saja menginjakkan kaki di lantai dua rumahnya tatkala sayup-sayup terdengar suara tangisan seorang perempuan yang menangis tersedu-sedu.
Kontan, lelaki itu segera mengedarkan pandangan sekaligus menajamkan indra pendengaran.
Kakinya mulai melangkah, mendekat pada sumber suara yang ia yakin berasal dari walk in closet.
Makin dekat tubuhnya digiring, makin jelas tangis itu terdengar.
"Fal?" Ganendra mencicit, karena hal pertama yang ditemukannya adalah cintanya yang berurai air mata, duduk di salah satu sofa kecil warna biru, sendirian.
Ganendra mendekat, "Kenapa sayang?" tanyanya lembut seraya bersimpuh.
Faleesha sesenggukan, "A-aku, abis beli sepatu, terus... hiks... nggak bisa masangnya."
Sudah tiga puluh menit ia duduk sendiri, mencoba menyesuaikan diri, mencari posisi terbaik agar tubuh bagian atasnya dapat meraih tubuh bagian bawah yang kini terasa sulit lantaran usia kandungan yang mulai memasuki minggu ke-dua puluh delapan.
Ganendra mengusap lembut rambut hitam kecokelatan Faleesha, ikut merasa prihatin dengan kendala yang dialami istrinya, "Jangan nangis gitu dong. Sini, aku bantuin ya."
Faleesha mengangguk, membiarkan Ganendra membantunya memasang sepatu di bawah sana.
Namun, Ganendra kini berada di ambang kebingungan.
"Fal, ini ukuran yang biasa kamu pake?"
"Iya. Kenapa?"
"Salah nggak?"
Faleesha menggeleng, "Nggak. Kenapa emangnya?"
Ganendra terdiam.
Sejurus kemudian, pria itu menggeleng, "Nggakpapa," sahutnya nampak tenang.
Namun karena Faleesha adalah pribadi yang peka, segera dirangkainya maksud dari pertanyaan hingga air muka Ganendra dan ditarik kesimpulan.
"Nggak muat kah?"
Kepala Ganendra terangkat, "Uhm.." lelaki itu menggumam.
Tangis Faleesha kembali pecah, "KAAN KAKI AKU JADI GEDEAN..."
Ganendra mengelus tengkuknya, bingung harus berbuat apa sementara Faleesha terus menangis meraung, meratapi kakinya yang mulai membengkak.
"Beli lagi beli lagi yaa." Ganendra melabuhkan Faleesha dalam peluknya, mengusap-usap punggung cintanya tuk memberi kehangatan lagi kenyamanan.
Faleesha menggeleng, "Itu ukuran udah paling gede."
"Cari model lain, ya, nanti aku temenin kita belanja besok deh."
Lagi, wanita itu menggeleng, "Nggak ah, boros nanti beli-beli terus."
Bola mata Ganendra bergerak kesana kemari—gelisah, takut salah ucap.
"Yaudah, kalau nanti ada yang kamu suka bilang yaa, nanti aku yang beli."
"Iya, makasih."
"Sama-sama." sahut Ganendra menarik diri, "Tapi DP dulu yah." lanjutnya lagi yang langsung mengecup kedua pipi Faleesha.
Faleesha yang memang tak mempersiapkan diri tuk serangan tiba-tiba itu hanya bisa membeku, bersemu malu.
"Makan dulu, yuk. Udah makan belum kamu?" Ganendra beralih, mengajukan pertanyaan sambil menyeka sisa air mata di wajah Faleesha yang sembab.
Wanita itu menggeleng.
Senyum tipis diulas, "Kan, sampe lupa makan. Kasian sayangku, galauin sepatu sampe kelaperan. Makan yuk, kamu mau apa sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Akad
FanfictionDulu waktu jamannya kuliah, Faleesha paling ogah berurusan sama Ganendra. Karena selain cowok itu omongannya sepedes cabe Carolina Reaper, gengsinya gede pula. Tapi hidup emang suka bercanda, mati-matian ngehindarin, eh.. ujungnya akad juga. -•-•-•...