H12 - 01 - Mission

31 2 0
                                    

🌹🌹🌹

"Though no one can go back and make a brand new start, anyone can start from now and make a brand new ending."

🌹🌹🌹

Beberapa pria dan wanita berjas berdiri berbenjer. Mereka semua adalah anggota Agen Rahasia Negara atau ARN. Salah satunya ada Gitta dan Devan.

ARN adalah salah satu lembaga yang bertugas menangani kejahatan internasional di mana pelaku atau penjahatnya adalah warga Indonesia.

Seorang pria paruh baya berdiri di depan mereka semua sambil memberikan beberapa petuah, dia adalah ketua ARN. Setiap hari Senin, mereka selalu melakukan rapat besar seperti itu di kantor.

Setelah rapat berakhir, semuanya kembali ke ruangan masing-masing, kecuali Gitta dan Devan yang dipanggil ke ruangan ketua ARN.

Rudiawan Hariz, ketua ARN menatap kedua agen yang berdiri di depannya. Pandangan pria paruh baya itu tertuju pada cincin tunangan yang terpasang di jari manis Devan dan Gitta.

"Aku sudah memerintahkan kalian untuk mundur dari misi itu. Aku sangat bersyukur kalian kembali dalam keadaan hidup," kata Rudi sambil mengalihkan pandangannya ke jendela.

"Ini pekerjaan kami. Mati di medan perang adalah risikonya," kata Devan.

"Kau beruntung bisa menjinakkan bom itu, karena kau mantan AKPT," ujar Rudi.

Devan menundukkan kepalanya begitu pun dengan Gitta.

"Kalian akan dinonaktifkan untuk sementara." Rudi mencopot kode dari jas mereka dan meletakkannya ke meja. "Beristirahatlah."

Gitta dan Devan pulang ke rumah masing-masing.

Saat membuka pintu, Gitta disambut oleh anjing jenis akita inu berwarna coklat. Gadis itu tersenyum saat anjingnya senang dengan kepulangannya.

"Biggy," panggil Gitta saat dirinya menuangkan makanan ke mangkuk anjing. Biggy segera berlari dan memakan makanannya.

Gitta tinggal sendirian di rumah yang cukup besar. Dia membeli Biggy saat anjing itu masih sangat kecil. Setidaknya sekarang dia tidak tinggal sendirian lagi. Jika dia mau pergi untuk berangkat misi, maka dia akan menitipkan Biggy pada tetangganya di seberang rumah yang bernama Royce.

Keluarga Royce sangat baik padanya. Mereka bahkan sering menawarinya untuk menginap sewaktu masih kecil, tapi Gitta menolak. Pekerjaannya sangat berisiko. Dia tidak bisa memiliki hubungan dengan siapa pun. Yang tetangganya tahu, Gitta bekerja sebagai PNS yang suka bolak-balik ke luar kota.

Setelah memberikan Biggy makan, dia memasuki ruangan ketenangan di rumahnya. Ada tiga foto wanita di dinding yang diberikan karangan bunga. Gitta berdo'a di depan foto pertama. Yaitu foto wanita paruh baya yang tersenyum hangat.

"Ibu, aku mencintaimu. Semoga kau bahagia di sana." Gitta meletakkan dupa di depan foto ibunya.

Dia beranjak ke foto nomor dua. Tampak seorang polwan lengkap dengan seragamnya yang menatap penuh ambisi. Tidak ada senyuman di wajahnya, tapi dia sangat cantik dan berkharisma.

Gitta menatap foto tersebut lalu meletakkan dupa di depannya. "Aku sudah berusaha keras, Kak Zega. Aku berhenti menjadi polisi dan memutuskan untuk menjadi ARN. Kakak benar, tidak ada yang menyukai keluarga kita. Semua orang menganggap keluarga kita sebagai keluarga yang menakutkan."

** Flashback **

Derap langkah kaki para polisi memasuki vila di Desa Jati Merah. Mereka membawa pistol di tangan masing-masing. Di dalam vila tersebut ada seorang wanita yang terluka akibat tembakan di tubuhnya. Ada pistol di tangannya. Terlihat juga dua orang pria terbujur kaku di vila tersebut. Tampaknya perempuan itu yang sudah menghabisi nyawa mereka.

Para polisi segera membentuk formasi mengelilingi wanita itu dengan tameng di depan mereka sebagai pelindung. Dilihat dari formasi yang mereka bentuk, wanita itu tampaknya cukup berbahaya.

"Senior Yerisca Zega, menyerahlah! Kami sudah mengepungmu!"

Perempuan bernama Yerisca Zega itu tersenyum saat juniornya sendiri yang mengepung. Salah satu dari mereka ada Gitta yang tampaknya cukup ragu untuk menyerang Zega.

"Kau akan mendapatkan hukuman atas semua yang kau lakukan!" Kata salah satu polisi dengan suara bergetar.

Zega mendecih. "Tidak perlu, aku akan menghukum diriku sendiri."

Para polisi tetap waspada. Mereka kenal Zega dengan baik. Perempuan itu suka berbuat tiba-tiba. Zega mengarahkan pistol yang dia pegang ke pelipisnya.

Gitta menggeleng. Air matanya berlinang.

"Biarkan aku mengatakan sesuatu sebentar," ucap Zega.

Para polisi semakin berwaspada. "Jangan lakukan apa pun sebelum hakim memutuskan hukuman apa yang pantas kau dapatkan, Senior!"

Zega tersenyum tipis. Air matanya mengalir membasahi pipinya. "Jika kau dilukai oleh orang lain, apa kau akan diam saja? Seseorang memukulmu dan kau diam, itu sama saja kau membiarkannya memukulmu lagi dan lagi. Aku tidak bisa diam saja melihat mereka seenaknya pada orang lain. Jika kita diam, mereka tidak akan berhenti."

Gitta tak bisa menahan air matanya. Dia mengelap air matanya menggunakan lengan bajunya. Polisi di sampingnya menyikut lengan Gitta.

Para polisi termenung untuk sesaat, setelah mendengar perkataan Zega.

"Selamat tinggal... dunia." Zega tersenyum pada Gitta sambil mengangguk.

Dor!

Zega tersungkur dengan tembakan bunuh diri di kepalanya.

"Senioor!!!"

Gitta jatuh terduduk dengan air mata yang semakin banyak mengalir dari matanya.

**

Para polisi mengevakuasi seluruh jenazah di Jati Merah, termasuk jenazah dua pria tadi dan Zega. Ternyata jumlah korban yang tewas tidak sedikit. Sekarang Jati Merah benar-benar berwarna merah. Darah di mana-mana.

Banyak polisi junior yang menangisi kepergian Zega. Meskipun gadis itu bukan sosok polisi yang disiplin, tapi Zega adalah polisi yang sangat bertanggung jawab, apalagi terhadap juniornya.

Wajar jika mereka menangis. Belum lagi, kepala kepolisian dan rekan-rekan kepolisian di kantor juga tewas semalam saat seseorang yang belum diketahui siapa menembak membabi buta.

** End Flashback **

Lalu dia ke foto terakhir dan memberikan dupa di depan foto tersebut. "Kehidupan ini sangat keras."

** Flashback **

Setelah semuanya beres, kepolisian kembali membaik. Gitta membuka lokernya. Dia mengernyit melihat ada sepucuk surat di dalam lokernya tersebut. Dia membukanya, ternyata tidak hanya surat. Ada flashdisk juga di dalamnya.

Dia pun membaca surat itu.

Isi surat itu adalah:

Gitta, aku sudah selesai di sini. Maafkan aku, mungkin karena aku keluarga San akan semakin dibenci. Tapi, aku berharap banyak padamu. Kau bisa membuat pandangan orang berubah Gitta. Aku meminta tolong padamu, hubungi pengacara ayahku untuk menggunakan uang yang ditinggalkan keluarga San Bima agar digunakan untuk membangun panti asuhan atas nama keluarga San. Satu lagi, tolong simpan foto ini. Dia kakakku yang lain, namanya Yesinta Zevanya.

Zega

Dalam flashdisk tersebut ada foto wanita yang di panjang di samping foto Zega di rumah Gitta saat ini.

** End Flashback **

Biggy berlari menghampiri Gitta yang terlihat sedih. Dia menjilat. Gitta tersenyum lalu memeluk anjing manis itu.

🌹🌹🌹

17.59 | 12 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah

H-12 : CATCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang