Wanita bermasker dengan senapan di tangannya segera menuruni tangga bangunan terbengkalai. Barusan dialah yang membunuh Gloria. Saat di ujung tangga, dia melihat Gitta berdiri di sana dengan pistol di tangannya.
Wanita bermasker segera berlari kembali ke atas menaiki tangga. Gitta mengejarnya. Dia menembaki dari bawah dengan target kaki lawannya.
Suara tembakan menggema dalam gedung tersebut.
Salah satu tembakan berhasil mengenai kaki wanita itu. Gitta berhasil mengejarnya. Dia memukul wajah wanita itu. Tidak tinggal diam, wanita itu menodongkan senapannya pada Gitta. Gadis itu segera menghindar sehingga peluru bomnya menancap di atap bangunan terbengkalai itu.
Gitta dan wanita itu segera menghindar dan bertiarap. Dalam 5 detik yang, peluru bom itu meledakk. Atap bangunan pun roboh. Gitta menyeret wanita itu ke tempat yang lebih aman lalu menembak lengan dan pahanya.
"Aarrgghh!!" Wanita itu berteriak kesakitan.
"Kau pasti anak buahnya Vionna. Kau sudah membunuh rekanku. Sekarang kau harus memberikan aku informasi mengenai Vionna. Di mana markas utama wanita itu?" Tanya Gitta.
Wanita itu mengambil peluru dari tasnya Gitta mundur. Ternyata wanita itu menusukkan peluru sebesar jari telunjuk tersebut ke lehernya.
Gitta menelan saliva. Dia mengambil senapan wanita itu kemudian segera berlari dari tempat tersebut. Tiba-tiba wanita itu meledak. Gitta berhasil meloloskan diri sekarang. Tiba-tiba seseorang menarik dan membekap mulutnya.
Gitta meronta dan melawan. Pria yang membekap mulutnya berbisik, "Ini aku, kau tidak perlu bertindak berlebihan seperti ini."
Gitta mengenali suara itu. Suara milik Xander. Dia mendongkak menatap pria bertopi dan bermasker yang juga menatap padanya. Tidak lain dia adalah Xander. Gitta segera mengalihkan pandangannya.
Beberapa bodyguard wanita bermasker memasuki area gedung terbengkalai. Xander membawa Gitta bersembunyi ke tempat yang lebih aman di bawah gedung.
Gitta melepaskan helmnya kemudian mengambil oksigen sebanyak-banyaknya lalu kembali memakai helm.
"Helm itu membuatmu seperti semut," kata Xander.
"Diam kau."
Gitta dan Xander melihat sebuah mobil berwarna merah berhenti di depan gedung. Vionna keluar dari mobil tersebut. Gitta terbelalak melihat seorang pria di dalam mobil itu. Jantungnya berdebar kencang. Tentu dia mengenalinya.
Pria itu Devan!
Dia masih hidup!
Gitta akan pergi untuk membawa Devan kembali, tapi Xander menahannya.
"Aku tahu dia tunanganmu, tapi jangan bertindak bodoh. Ada banyak bodyguard di sana. Kita bisa berada dalam masalah kalau gegabah," kata Xander.
Ucapan pria itu ada benarnya. Gitta pun menurut pada Xander. Tiba-tiba sebuah peluru bom melesat ke arah mereka.
"Xander! Merunduk!" Gitta menarik pria itu dan bertiarap di tempat yang lebih aman.
Ledakkan pun terjadi. Gitta mendongkak ke atas. Ternyata salah satu bodyguard Vionna menemukan mereka.
Xander melepaskan tembakan ke perut wanita itu sampai jatuh dan meledak. Gitta melihat senapan yang dia ambil dari pembunuh Gloria tadi. Dia mencoba menembak ke arah para bodyguard Vionna. Dan berhasil, peluru bomnya meledak.
Sementara Vionna duduk manis sambil menghisap cerutu. "Habisi mereka."
Peluru Xander habis. Gitta menyadarinya. "Pakai pistolku!"
Xander mengambil pistol dari tas di pinggang Gitta kemudian dia menembaki para bodyguard lagi.
Gitta kehabisan peluru bom. Dia bersembunyi di balik patung raksasa.
Xander juga kehabisan peluru. Dia bersembunyi di balik dinding. Xander dan Gitta saling pandang.
Xander mengulurkan tangannya. Gitta segera berlari pada Xander. Sebuah peluru melesat hampir mengenai kepalanya, beruntung peluru tersebut bersarang di pohon.
"Kita sudah terpojok," bisik Gitta.
"Tidak." Xander mencari peluru cadangan dari tasnya. Tembakan ditujukan ke dinding tempat persembunyian Xander dan Gitta.
Gitta terus menarik Xander agar menghindar dari tembakan yang menembus dinding. Xander mendongkak menatap Gitta kemudian dia menembak ke arah para penembak bom. Bodyguard wanita itu berjatuhan satu persatu karena tembakan Xander.
Gitta mendadak diam dan melamun. Dia memikirkan keselamatan Devan padahal dirinya sedang dalam bahaya.
Sebuah peluru melesat menembus dinding dan mengenai lengan Gitta. Gadis itu berteriak kesakitan. Itu adalah peluru bom. Xander terkejut. Dia segera menarik peluru bom itu dan melemparkannya ke gedung terbengkalai.
Ledakkan terjadi.
Vionna berteriak kaget. "Apa yang kalian lakukan?! Cepat bunuh mereka!"
Xander membawa sebuah bom asap dari tasnya dan melemparkannya ke berbagai arah kemudian membawa Gitta pergi dari tempat itu.
Mereka berdua selamat dan tiba di tempat persembunyian yang tadi digunakan Gitta untuk menyembunyikan motornya. Gitta melepaskan helm dan melemparkannya ke lantai kemudian pergi ke kamar mandi.
Xander melepaskan topi dan maskernya lalu menyusul Gitta. "Lukamu harus diobati."
Gitta keluar dari kamar mandi dengan wajah basah oleh air. Dia habis cuci muka.
Xander menyuruhnya duduk dan membuka bajunya. Pria itu ke luar sebentar. Gitta membuka kaosnya. Dia mengenakan tanktop hitam. Pandangannya menatap kosong ke lantai.
Xander kembali dengan daun yang biasa digunakan Devan untuk mengobati luka. Gitta melihat Xander mengunyah daun tersebut kemudian menempelkannya di lengan Gitta yang terluka.
Hal tersebut kembali mengingatkannya pada Devan. Air mata Gitta menggenang di pelupuk matanya.
Xander melirik Gitta yang terlihat begitu sedih dan akan menangis. Pria itu mengusap rambut Gitta. "Kau benar-benar bucin."
"Gloria meninggal di hadapanku, tunanganku diculik jalang itu. Hari ini benar-benar sial," kata Gitta.
"Mana lagi yang luka?" Tanya Xander.
"Tidak ada, terima kasih." Gitta mengambil kaosnya untuk dipakai kembali, tapi Xander menahannya
"Kaosmu akan mengenai luka di lenganmu. Tunggu sebentar sampai ramuannya kering," kata Xander kemudian berlalu ke kamar mandi.
Gitta menunduk dan mengusap air matanya. Xander kembali dan menyelimuti Gitta dengan kemeja hitamnya. Gadis itu mendongkak menatap Xander yang telanjang dada.
Ada banyak bekas jahitan dan bekas peluru di tubuh kekarnya. Gitta merasa sedih. Dia juga memiliki banyak luka di tubuhnya yang tidak bisa hilang ditelan waktu.
Sama seperti rasa sakit di hatinya akibat luka tersebut.
🌹🌹🌹
20.54 | 13 Maret 2021
By Ucu Irna Marhamah
KAMU SEDANG MEMBACA
H-12 : CATCH
ActionDevan dan Gitta diperintahkan ARN untuk menangkap penjahat internasional yang berkewarganegaraan Indonesia di New York, yaitu seorang gangster yang terkenal berbahaya. Mereka terjebak dalam situasi yang sulit. Di mana Devan mengorbankan dirinya unt...